Pemberian vaksin influenza perlu dilakukan setiap tahun untuk mencegah penularan penyakit, terutama bagi mereka yang rentan terkena, seperti lansia. Tentunya, terdapat syarat kesehatan yang harus dipenuhi oleh lansia untuk bisa memperoleh vaksin influenza.
Tujuannya agar vaksin bisa lebih efektif. Selain itu, risiko efek samping setelah vaksinasi juga dapat berkurang. Lantas, apa saja syaratnya?
Kondisi kesehatan yang memungkinkan pemberian vaksin
Sebelum masuk ke syarat yang harus dipenuhi agar lansia bisa mendapatkan vaksin influenza, ada baiknya ketahui lebih dulu siapa yang direkomendasikan menerima vaksin ini.
Mengutip Centers of Disease Control and Prevention (CDC), terdapat kelompok tertentu yang perlu mendapatkan vaksin influenza secara rutin. Mereka adalah:
- Anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun
- Wanita hamil
- Lansia (usia 65 tahun secara global, 60 tahun di Indonesia)
- Penderita penyakit kronis, seperti diabetes, asma, dan penyakit paru
- Orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah
- Orang-orang yang sering bepergian
- Tenaga medis
CDC menaruh perhatian khusus pada lansia, sebab sekitar 70-90 persen kematian akibat influenza terjadi pada kelompok ini. Itu sebabnya influenza dianggap sebagai suatu ancaman bagi kesehatan lansia.
Pada dasarnya, tidak ada syarat spesifik yang perlu dipenuhi lansia untuk memperoleh vaksin influenza. Lansia yang hendak memperoleh vaksin hanya harus menjaga kesehatannya dan selalu menjalankan gaya hidup sehat.
Ketua Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia, Prof. Dr. dr. Siti Setiati, SpPD, K-Ger, menyatakan bahwa status gizi lansia terbukti memegang peran penting dalam menunjang efektivitas vaksin influenza.
“Kalau status gizinya baik dan pola hidupnya sehat, kekebalan tubuh lansia akan semakin kuat sehingga vaksin menjadi lebih efektif,” jelasnya dalam wawancara bersama tim Hello Sehat di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (05/07).
Risiko dan efek samping vaksin influenza bagi lansia
Selama syarat status gizi baik dan gaya hidup sehat terpenuhi, pemberian vaksin influenza tidak akan menimbulkan risiko bagi kesehatan lansia. Tubuh lansia mungkin akan bereaksi terhadap komponen vaksin, tapi reaksi tersebut sangatlah wajar.
Reaksi yang paling sering muncul setelah vaksinasi adalah nyeri dan bengkak pada area suntikan. Beberapa orang juga bisa mengalami demam, pusing, dan nyeri otot. Namun, sekali lagi, ini adalah respons normal yang akan menghilang dalam beberapa hari.
Kasus reaksi parah terhadap vaksinasi influenza sangat jarang terjadi. Biasanya, reaksi akan terjadi karena penerima vaksin tidak mengetahui bahwa sistem kekebalan tubuhnya rentan terhadap komponen vaksin.
Selain lansia yang dalam keadaan sakit, mereka yang tidak memenuhi syarat vaksin influenza biasanya adalah orang-orang dengan kondisi berikut:
- Alergi parah terhadap protein telur dalam vaksin.
- Alergi terhadap komponen vaksin, seperti antibiotik, gelatin, dan sebagainya.
- Pernah mengalami reaksi parah pada vaksinasi sebelumnya.
- Pernah mengalami penyakit Guillain-Barre syndrome (GBS) sebelum vaksinasi. GBS adalah penyakit yang menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan.
Syarat kesehatan untuk pemberian vaksin influenza lansia bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi vaksin, tapi tidak untuk mencegah reaksi parah tersebut. Jadi, lansia yang hendak memperoleh vaksin sebaiknya berkonsultasi dahulu dokter.
Meski demikian, risiko efek samping yang timbul akibat vaksin influenza tidak sebanding dengan manfaat yang akan didapat. “Satu efek samping vaksin tidak akan bisa mengalahkan seratus manfaatnya,” jelas dr. Siti pada kesempatan yang sama.
Ia juga menambahkan bahwa vaksinasi akan membantu orang-orang yang tidak menerima vaksin karena kondisi di atas terhindar dari penyakit ini. Saat seorang lansia yang sehat menerima vaksin, ia juga telah berperan membangun kekebalan bagi orang-orang di sekitarnya.
[embed-health-tool-bmi]