Retikulosit adalah sel darah merah yang masih berkembang atau belum matang. Sel ini diproduksi oleh tubuh melalui sumsum tulang belakang, kemudian dikirim ke sistem peredaran darah saat sudah matang dalam waktu sekitar 1 atau 2 hari.
Nilai normal retikulosit dapat terganggu bila tubuh mengalami kelainan darah. Masih penasaran soal retikulosit? Cari tahu selengkapnya di sini, yuk!
Berapa jumlah retikulosit yang normal?
Sel darah merah atau eritrosit merupakan komponen darah yang berperan penting untuk mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh.
Sel ini dapat bertahan dalam peredaran darah selama kurang lebih 120 hari. Setelah itu, ia perlu diganti dengan sel-sel darah baru yang dibentuk dari retikulosit yang sudah matang.
Oleh karena itu, keberadaan sel ini dalam darah sangatlah penting. Melansir situs Lab Test Online, nilai normal retikulosit adalah sekitar 0.1% dari jumlah sel darah merah total.
Tinggi atau rendahnya jumlahnya dalam darah menandakan ada masalah tertentu pada tubuh, seperti anemia atau penyakit pada sumsum tulang, hati, atau ginjal.
Apa yang terjadi bila jumlah retikulosit terlalu tinggi?
Tingginya persentase sel ini dalam darah menandakan bahwa tubuh sedang mengalami anemia karena adanya perdarahan, baik yang bersifat akut maupun kronis.
Perdarahan menyebabkan banyak sel darah merah yang rusak (hemolisis).
Bila ini terjadi, tubuh secara otomatis akan memproduksi lebih banyak sel darah merah dan segera mengirimnya ke peredaran darah meskipun belum cukup matang.
Oleh karena itu, tubuh yang mengalami pendarahan akan memiliki persentase retikulosit yang lebih banyak daripada seharusnya.
Produksi sel ini akan terus dilakukan sampai jumlahnya cukup menggantikan sel darah merah yang rusak atau sampai mencapai kemampuan maksimal sumsum tulang.
Selain perdarahan, persentase retikulosit mungkin mengalami peningkatan bila tubuh menghasilkan hormon eritropoietin berlebihan.
Gangguan produksi hormon ini dapat terjadi pada orang yang merokok.
Apa yang terjadi bila jumlah retikulosit terlalu rendah?
Persentase retikulosit yang menurun menandakan adanya masalah yang mengganggu proses produksi sel tersebut.
Beberapa kondisi yang menyebabkan hal ini antara lain.
1. Anemia aplastik
Melansir Mayo Clinic, aplastic anemia merupakan kelainan langka pada sumsum tulang yang menyebabkan tubuh berhenti memproduksi sel darah merah.
2. Sirosis hati
Sirosis hati dapat menyebabkan aliran darah menuju ke liver tersumbat.
Akibatnya, pembuluh darahnya pecah dan tubuh mengalami perdarahan internal.
3. Penyakit ginjal
Ginjal berfungsi untuk membersihkan darah yang beredar di seluruh tubuh.
Penyakit pada ginjal seperti gagal ginjal, batu ginjal, kista ginjal, dan infeksi pada ginjal dapat memengaruhi nilai normal retikulosit dalam darah.
4. Radiasi dan kemoterapi
Terapi radiasi dan kemoterapi yang dijalani oleh penderita kanker dapat menyebabkan tubuh mengalami gangguan penyerapan zat besi, vitamin B12, atau folat.
Zat-zat tersebut diperlukan untuk memproduksi sel darah merah. Bila penyerapannya terganggu, produksi sel ini akan menurun.
Proses pemeriksaan retikulosit
Jumlah retikulosit dapat dihitung dengan melakukan pemeriksaan kadarnya dalam darah.
Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah kadarnya normal atau tidak normal.
Melansir U.S. National Library of Medicine, pemeriksaan retikulosit bertujuan untuk hal-hal berikut.
- Mendiagnosis jenis anemia tertentu.
- Memantau apakah pengobatan anemia yang dilakukan menunjukkan hasil.
- Memantau apakah sumsum tulang memproduksi sel darah merah yang cukup.
- Mengecek fungsi sumsum tulang setelah melakukan kemoterapi atau transplantasi sumsum tulang.
Dokter biasanya menyarankan pemeriksaan ini jika Anda mengalami kondisi berikut ini.
- Pemeriksaan darah yang sudah Anda jalani menunjukkan hasil sel darah merah normal.
- Anda menjalani perawatan dengan radiasi atau kemoterapi.
- Anda baru saja menerima transplantasi sumsum tulang.
- Anda mengalami gejala anemia seperti kelelahan, napas pendek, kulit pucat, dan tangan atau kaki dingin.
Pemeriksaan untuk mengetahui nilai normal retikulosit juga mungkin dilakukan pada bayi baru lahir bila ia dicurigai menderita penyakit anemia hemolitik.
Penyakit ini terjadi bila rhesus darah ibu tidak cocok dengan rhesus darah bayinya.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pembuluh darah vena di lengan.
Petugas kesehatan akan mengambil sedikit darah menggunakan jarum yang terhubung dengan tabung khusus.
Kemudian, sampel darah tersebut diperiksa di laboratorium.
Adapun pada bayi, sampel darah yang diambil sangat sedikit, yakni hanya berupa tetesan menggunakan alat yang disebut lancet.
Tidak ada risiko berarti yang ditimbulkan dari tes ini, hanya sedikit rasa sakit saat jarum ditusukkan ke dalam tubuh.
Prosedur ini pun berlangsung singkat yakni hanya sekitar 5 menit.