backup og meta

Mengenal Hipoalbuminemia, Saat Tubuh Kekurangan Albumin

Mengenal Hipoalbuminemia, Saat Tubuh Kekurangan Albumin

Darah yang mengalir dalam tubuh Anda mengandung berbagai zat protein yang masing-masing memiliki fungsi berbeda. Salah satu protein tersebut adalah albumin. Tubuh yang kekurangan albumin, atau disebut juga hipoalbuminemia (hipoalbumin), bisa berefek buruk bagi kesehatan. Seperti apa bahaya yang ditimbulkan? Berikut ulasannya.

Apa itu hipoalbuminemia?

Sebelum membahas hipoalbuminemia, baiknya Anda ketahui dulu apa itu albumin. Albumin merupakan protein yang membentuk sebagian besar plasma darah dan memiliki fungsi yang sangat penting bagi tubuh. Sekitar 60 persen plasma darah terdiri dari albumin.

Albumin dalam tubuh diproduksi oleh hati (liver). Kadar normal albumin dalam darah berkisar antara 3,5 sampai 4,5 mg/dL.

Ketika kadarnya lebih rendah dari seharusnya, kondisi ini disebut hipoalbuminemia (kekurangan albumin). Anda harus menjalani perawatan untuk mengembalikan kadar albumin jadi normal.

Apa penyebab kekurangan albumin?

Hipoalbuminemia atau hipoalbumin adalah salah satu kondisi yang paling umum dialami pasien rawat inap dan sakit krisis.

Dikutip dari jurnal yang dipublikasikan di National Center for Biotechnology Information, beberapa penyebab hipoalbumin, antara lain:

1. Penurunan produksi albumin

Penurunan produksi albumin adalah penyebab yang langka pada hipoalbuminemia. Biasanya, orang dengan gangguan hati kronis mengalami penurunan jumlah albumin yang siginifikan. Ini karena albumin diproduksi di hati. 

2. Kekurangan nutrisi

Kwashiorkor, bentuk malnutrisi energi protein parah, yang terjadi pada bayi dan anak-anak menyebabkan penurunan kadar albumin karena pasokan asam amino ke hati berkurang.

Kekurangan nutrisi lainnya, terutama zat besi dan seng juga bisa menyebabkan kondisi tersebut. 

Albumin yang sangat rendah atau tidak terdeteksi sama sekali mencirikan kelainan langka yang dikenal sebagai analbuminemia. Orang dengan kondisi ini biasanya dapat bertahan hidup sampai dewasa dengan kondisi normal. 

3. Peningkatan pelepasan albumin

Pelepasan albumin dari dalam tubuh dapat terjadi ketika Anda mengalami penyakit ginjal. Beberapa penyakit ginjal yang dapat meningkatkan pelepasan albumin dari tubuh adalah:

  • Sindrom nefrotik yang ditandai dengan kehilangan albumin dan protein melalui ginjal. 
  • Penyakit ginjal stadium akhir ditandai dengan proteinuria dan albuminuria yang nyata, lengkap dengan hipoalbuminemia. 

4. Gangguan usus

Enteropati (penyakit usus atau saluran pencernaan) ditandai dengan hilangnya protein, termasuk albumin, melalui saluran gastrointestinal (pencernaan). Kondisi ini menyebabkan hipoalbumin. 

5. Kehilangan di ekstravaskular

Hilangnya albumin dari intravaskuler (pembuluh darah) ke ekstravaskuler (di luar pembuluh darah) dapat menyebabkan hipoalbumin. 

6. Luka bakar

Luka bakar dapat meningkatkan proses hilangnya albumin dari intravaskuler ke ekstravaskuler. Selain itu, kondisi tersebut juga dapat memengaruhi proses pembentukan protein di hati yang menyebabkan penurunan jumlah albumin. 

7. Sepsis

Sepsis dapat menyebabkan kebocoran kapiler yang akan mengakibatkan hilangnya albumin dari pembuluh darah. 

8. Gagal jantung

Hipoalbuminemia sering terjadi pada orang dengan gagal jantung. Kondisi ini merupakan kombinasi berbagai faktor, termasuk malnutrisi, inflamasi, dan kakeksia.

Risiko hipoalbumin dengan gagal jantung meningkat pada orang dengan usia lanjut. 

Komplikasi parah yang dapat disebabkan oleh hipoalbumin adalah kolaps sirkulasi yang bisa mengakibatkan kegagalan organ hingga komplikasi serius lainnya.

Kondisi ini juga kerap disebut sebagai gagal vaskular perifer, syok, atau penghentian vaskular perifer. 

Apa tanda dan gejala kekurangan albumin?

cara mengatasi pegal linu

Albumin memiliki banyak peran penting dalam tubuh, seperti menjaga keseimbangan cairan tubuh serta mengangkut berbagai macam zat dan nutrisi penting bagi tubuh.

Itu sebabnya, hipoalbuminemia bisa menimbulkan gejala berupa:

1. Asites

Asites adalah kondisi penumpukan cairan pada rongga perut. Jika Anda sebelumnya pernah didiagnosis mengalami penyakit hati, risiko asites muncul akan lebih besar.

Bila Anda mengalami gejala dengan melihat pembengkakan yang tidak normal di daerah perut, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.

2. Otot pegal linu

Kadar albumin yang rendah dapat berdampak buruk pada otot-otot tubuh Anda.

Pasalnya, rendahnya kadar protein dalam tubuh akan memudahkan Anda untuk mengalami kelemahan dan kelelahan otot, hingga kram pada otot.

3. Pembengkakan tubuh

Hipoalbuminemia dapat menyebabkan penurunan tekanan onkotik tubuh. Tekanan onkotik sendiri merupakan tekanan yang berfungsi untuk membawa cairan ke dalam sistem peredaran darah.

Tekanan onkotik yang menurun dapat menyebabkan pembengkakan di seluruh bagian tubuh atau hanya pada lokasi tertentu.

Orang dengan albumin rendah biasanya mengeluhkan kelelahan, kelemahan parah, hingga kekurangan nutrisi.

Orang dengan kondisi ini biasanya datang ke rumah sakit dengan tanda-tanda penyakit yang menjadi penyebabnya, seperti diare atau anemia defisiensi besi. 

Bagaimana cara mengatasi albumin rendah?

Hipoalbuminemia dapat dideteksi lewat tes serum albumin dengan menggunakan sampel darah. Diagnosis kekurangan albumin juga bisa dilakukan lewat tes darah c-reactive protein dan tes urine.

Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan di atas, jika Anda benar dinyatakan memiliki kadar albumin rendah, dokter akan merekomendasikan beberapa pengobatan sesuai dengan kondisi kesehatan Anda. 

Pengobatan kondisi ini tergantung pada penyebab yang mendasarinya, karena hipoalbuminemia adalah akibat dari beberapa penyakit.

Secara umum, pilihan pengobatan untuk masalah albumin rendah adalah transfusi albumin dan menjalani pola makan (diet) tertentu. 

1. Transfusi albumin

albumin rendah transfusi albumin

Prosedurnya hampir sama dengan saat Anda melakukan transfusi darah, yang membedakan hanya zat yang masuk ke dalam tubuh.

Jadi, sebenarnya Anda tidak memerlukan persiapan khusus sebelum melakukan transfusi albumin.

Albumin akan dimasukkan melalui infus dan dosisnya akan disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien.

Pasalnya, dosis akan bergantung dengan penyakit yang diderita dan usia dari pasien. Jadi, dokter akan menyesuaikannya untuk Anda.

Oleh karena diberikan lewat infus, Anda mungkin saja merasakan sedikit sakit saat jarum dimasukkan ke dalam pembuluh darag, Namun, proses ini umumnya tidak berlangsung lama.

Albumin dibuat oleh pabrik, sama saja seperti obat-obatan lainnya. Itu sebabnya, mungkin ada beberapa efek samping yang muncul setelah Anda melakukan transfusi albumin, yaitu:

  • Edema atau pembengkakan pada bagian tubuh tertentu
  • Jantung berdebar-debar
  • Sakit kepala
  • Terasa mual
  • Menggigil
  • Demam
  • Kulit gatal-gatal

Pada beberapa orang, mungkin transfusi albumin akan menimbulkan alergi. Bila Anda mengalami hal ini setelah transfusi albumin, maka jangan panik. Segera laporkan pada dokter yang menangani Anda.

2. Pengobatan hipoalbumin lainnya

kacang menurunkan berat badan

Selain itu, Anda dapat mengatasi kekurangan albumin dengan cara melakukan beberapa hal sederhana berikut:

  • Memperbaiki pola makan dengan lebih banyak mengonsumsi protein, seperti kacang-kacangan, telur, ikan, produk susu.
  • Hindari/berhenti minum minuman beralkohol. Alkohol dapat menurunkan kadar protein dalam darah yang akan memperburuk kondisi Anda.
  • Bila Anda menderita penyakit ginjal, cara yang tepat dengan minum obat tekanan darah yang membantu mengurangi pelepasan albumin melalui urin. 

Jika kondisi kekurangan albumin tidak kunjung membaik, sebaiknya segera periksakan diri Anda ke dokter.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Albumin | Lab Tests Online. (2020). Retrieved 12 August 2020, from https://labtestsonline.org/tests/albumin

Chen, W., Chen, C., Chen, Y., Lu, C., Chen, S., Chen, Y., & Lin, M. (2015). Severe hypoalbuminemia is a strong independent risk factor for acute respiratory failure in COPD: a nationwide cohort study. International Journal Of Chronic Obstructive Pulmonary Disease, 1147. doi: 10.2147/copd.s85831

Gatta, A., Verardo, A., & Bolognesi, M. (2012). Hypoalbuminemia. Internal And Emergency Medicine, 7(S3), 193-199. doi: 10.1007/s11739-012-0802-0

Jellinge, M., Henriksen, D., Hallas, P., & Brabrand, M. (2014). Hypoalbuminemia Is a Strong Predictor of 30-Day All-Cause Mortality in Acutely Admitted Medical Patients: A Prospective, Observational, Cohort Study. Plos ONE, 9(8), e105983. doi: 10.1371/journal.pone.0105983

Sun, J., Sun, F., Wang, X., Yuan, S., Zheng, S., & Mu, X. (2015). Risk factors and prognosis of hypoalbuminemia in surgical septic patients. Peerj, 3, e1267. doi: 10.7717/peerj.1267

Vincent, J., Dubois, M., Navickis, R., & Wilkes, M. (2003). Hypoalbuminemia in Acute Illness: Is There a Rationale for Intervention?. Annals Of Surgery, 237(3), 319-334. doi: 10.1097/01.sla.0000055547.93484.87

Versi Terbaru

01/04/2021

Ditulis oleh Fajarina Nurin

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Karinta Ariani Setiaputri


Artikel Terkait

Methemoglobinemia

Transfusi Darah


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fajarina Nurin · Tanggal diperbarui 01/04/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan