Pernah kebingungan membedakan warna air ketuban dan urine di fase kehamilan? Bagi sebagian ibu hamil, agak sulit menemukan perbedaan antara air ketuban dan air kencing. Saat air ketuban merembes, ibu bisa tidak menyadari apakah itu cairan ketuban atau air kencing. Untuk memudahkan, berikut penjelasan seputar cairan ketuban dan urine.
Perbedaan cairan ketuban dan urine
Ada kalanya air ketuban merembes dan keluar hanya sedikit. Pada saat itu, kadang ibu hamil hanya menganggap yang keluar adalah urine, bukan cairan ketuban.
Agar tidak menebak-nebak, ini perbedaan cairan ketuban dan air kencing yang perlu diperhatikan.
Aliran air ketuban tidak bisa dikendalikan
Urine dan cairan ketuban memiliki perbedaan dalam kendali air saat keluar.
Ketika cairan ketuban pecah, ibu akan merasakan aliran air atau tetesan air dari vagina dan tidak dapat kendalikan.
Kalau urine yang keluar, ibu bisa mengendalikannya kapan harus berhenti. Pasangkan pembalut bila cairan terus keluar.
Kemudian periksa warna dan bau dari cairan yang menempel di permukaan pembalut.
Air ketuban berwarna kuning
Saat ibu menempelkan pembalut pada area vagina, periksa warna dan bau dari cairan yang keluar atau merembes.
Dikutip dari Mandaya Royal Hospital, warna cairan ketuban bisa berbeda-beda. Biasanya warna air ketuban yaitu, kuning jernih, pucat, atau kehijauan.
Warna air ketuban yang merembes biasanya berbau manis atau tidak berbau.
Aroma cairan ketuban berbeda-beda. Mulai dari berbau manis sampai berbau pahit, tetapi yang paling umum adalah berbau manis.
Sementara itu, jika yang keluar adalah urine dan bukan ketuban, cairan tersebut berbau menyengat seperti gas amonia.
Warnanya juga kuning jernih atau lebih gelap, tergantung dari jumlah cairan yang dikonsumsi ibu hamil sehari-hari.
Air ketuban memiliki bintik merah dan lendir
Perbedaan antara cairan ketuban dan urine (air kencing) selanjutnya adalah tekstur air yang keluar dari vagina.
Air ketuban yang keluar dari vagina ditandai dengan adanya bintik-bintik merah mirip darah dan lendir menyerupai keputihan.
Maka, perhatikan cairan yang keluar saat Anda buang air kecil. Bila sudah selesai mengeluarkan urine dan masih ada cairan yang keluar, itu adalah air ketuban.
[embed-health-tool-due-date]
Lalu, seperti apa kondisi saat cairan ketuban pecah?
Dikutip dari Mayo Clinic, air ketuban adalah cairan yang mengelilingi bayi di dalam kandungan. Cairan ini dapat melindungi bayi dari benturan fisik dan juga berbagai infeksi.
Normalnya, cairan ketuban akan pecah pada awal atau selama tahapan proses melahirkan. Namun, cairan ketuban bisa pecah sebelum waktunya atau disebut Ketuban Pecah Dini (KPD).
Saat cairan ketuban pecah, ibu hamil biasanya akan merasakan sensasi basah di vagina atau di perineum. Ini adalah otot yang menghubungkan antara vagina dan anus.
Saat keluar cairan dari vagina, terkadang ibu hamil sulit membedakan air ketuban dan urine.
Cairan ketuban yang keluar ini bisa dalam jumlah kecil atau dalam jumlah besar, baik dalam waktu sementara atau berlangsung lama.
Hal yang harus dilakukan saat kantung ketuban pecah
Jika menyadari yang keluar adalah cairan ketuban, sebaiknya segera ke rumah sakit atau bidan.
Dokter akan memeriksa lebih lanjut dan memutuskan apakah kelahiran masih bisa ditunda atau harus melahirkan saat itu juga.
Petugas kesehatan akan memeriksa jumlah air ketuban di dalam kandungan. Apakah jumlah cairan ketubannya terlalu sedikit (oligohidramnion), normal, atau justru terlalu banyak (polihidramnion).
Pemeriksaan jumlah air ketuban sangat penting untuk mendeteksi adanya masalah cairan ketuban atau tidak.
Jika cairan ketuban sudah pecah, sebaiknya jaga kebersihan vagina. Hindari melakukan hal apapun yang memungkinkan bakteri bisa masuk ke vagina, seperti berhubungan seksual.
Ini karena ibu dan bayi lebih rentan terhadap infeksi setelah cairan ketuban pecah.