Banyak ibu menjadikan hari perkiraan lahir (HPL) sebagai acuan untuk melahirkan. Sayangnya, terkadang janin masih betah di dalam perut setelah melewati HPL. Lantas, apa penyebab bayi terlambat lahir? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Kapan bayi dikatakan terlambat lahir?
“Kenapa sudah lewat HPL tapi bayi belum lahir?” Pertanyaan ini kerap kali diutarakan para ibu hamil yang sudah saatnya melahirkan.
Dikutip dari laman Pregnancy, Birth and Baby, kehamilan biasanya berlangsung kurang-lebih 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT).
Namun, hari perkiraan lahir ini mungkin saja jatuh lebih cepat atau lebih lambat dari 40 minggu, yakni sekitar minggu ke-38 hingga minggu ke-42 kehamilan.
Ibu mungkin kerap merasa cemas ketika usia kehamilan sudah memasuki minggu ke-39 tetapi perasaan mulas mau melahirkan belum juga muncul.
Kelahiran yang jauh lebih cepat daripada perkiraan disebut prematur. Bayi dikatakan prematur bila lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu.
Sementara itu, kelahiran yang lewat dari usia kehamilan 42 minggu dapat dikatakan terlambat lahir atau kehamilan serotinus (kehamilan postterm).
Penyebab bayi terlambat lahir padahal sudah waktunya
Ibu mungkin saja merasa khawatir ketika waktu melahirkan seharusnya tiba, tetapi tanda-tanda melahirkan belum kunjung muncul.
Ada beberapa hal umum yang menyebabkan bayi lahir terlambat. Berikut adalah beberapa di antaranya.
- Pertama kali hamil.
- Hamil pada usia yang sudah cukup tua, misalnya hamil di atas usia 35 tahun.
- Pernah melahirkan melewati batas HPL pada kehamilan sebelumnya.
- Belum pernah mengalami persalinan yang terlambat, tetapi ada anggota keluarga yang pernah mengalami ini sebelumnya.
- Memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang tergolong obesitas.
- Sedang mengandung bayi laki-laki.
Faktor lain yang menghambat kelahiran bayi juga bisa berkaitan dengan kesalahan perhitungan HPL ibu hamil.
Hal ini mungkin terjadi karena dokter sulit menentukan usia kehamilan awal berdasarkan USG pada akhir trimester kedua maupun ketiga kehamilan.
Bahkan, keterlambatan kelahiran bayi ini bisa disebabkan oleh komplikasi kehamilan, misalnya masalah dengan plasenta bayi meski kondisi ini jarang terjadi.
Risiko bila bayi lahir melewati HPL
Berikut adalah risiko kesehatan bagi ibu dan bayi jika persalinan melebihi HPL.
1. Risiko pada bayi
Beberapa risiko pada bayi yang lahir lewat dari waktu yang seharusnya yakni:
- kesulitan bernapas,
- keterlambatan atau terhentinya perkembangan karena masalah plasenta,
- penurunan cairan ketuban,
- perlambatan detak jantung bayi,
- bayi menghirup feses pertama dalam kandungan (aspirasi mekonium),
- bayi berukuran lebih besar dari rata-rata saat lahir (makrosomia janin),
- cairan ketuban bayi sedikit (oligohidramnion), dan
- kematian bayi pada saat lahir.
2. Risiko pada ibu melahirkan
Sementara itu, risiko yang mungkin ibu alami yakni:
Penanganan untuk bayi terlambat lahir
Apabila Anda sudah melewati HPL tapi belum melahirkan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter. Terutama jika perkembangan janin Anda sudah memasuki usia kehamilan 41 minggu.
Penanganan untuk bayi yang terlambat lahir bergantung dari tanggal jatuh tempo kelahiran.
Biasanya, dokter akan mempertimbangkan untuk memancing kelahiran bayi melalui prosedur induksi persalinan.
Di sisi lain, dokter juga bisa memutuskan untuk menunggu sedikit lebih lama sampai bayi siap lahir sendiri tanpa bantuan induksi pada waktunya.
Tindakan yang biasanya disarankan untuk mengatasi bayi terlambat lahir adalah sebagai berikut.
- Kelahiran harus segera dilakukan bila ada indikasi oligohidramnion.
- Obat prostaglandin dapat diberikan untuk mematangkan jaringan leher rahim (serviks) dan menginduksi persalinan.
- Kelahiran segera juga direkomendasikan bila bayi terlambat lahir meski kondisi serviks ibu sehat dan tidak ada komplikasi.
Dokter juga akan meminta Anda untuk kembali memeriksakan diri, paling tidak dua kali setiap minggu, untuk memastikan bayi tetap sehat.
Beberapa tes yang biasanya dilakukan yaitu pemeriksaan USG untuk melihat kondisi janin dan rahim serta tes serviks untuk melihat pembukaan persalinan.
Jika kehamilan Anda masih dalam kondisi baik, dokter mungkin menyarankan untuk menunggu sampai waktu melahirkan tiba.
Tak perlu khawatir, Anda perlu sedikit lebih rileks
Kecemasan yang dirasakan ibu saat bayi terlambat lahir tentu wajar adanya, terlebih bila Anda memiliki kondisi medis tertentu.
Selama dokter mengatakan bahwa bayi dan ibu sehat, tak ada salahnya menunggu lebih lama sampai waktu melahirkan tiba.
Wajar juga bila Anda merasa khawatir saat memasuki usia kehamilan 39 minggu atau lebih, tetapi belum juga merasa mulas atau tanda mau melahirkan lainnya.
Nikmati masa kehamilan Anda sedikit lebih lama. Tetaplah bahagia dan lakukan aktivitas yang disukai selama mengandung buah hati Anda.
Percaya saja, kehamilan ini tidak akan berlangsung selamanya dan Anda akan segera melihat wajah si Kecil lahir ke dunia.
Kesimpulan
- Penyebab bayi terlambat lahir antara lain kehamilan pertama, usia ibu lebih dari 35 tahun, obesitas, mengandung bayi laki-laki, atau kesalahan perhitungan HPL.
- Bayi yang lahir lewat HPL lebih berisiko mengalami kesulitan bernapas, keterlambatan perkembangan, penurunan air ketuban, dan memiliki ukuran tubuh yang lebih besar.
- Ibu hamil juga berisiko mengalami infeksi postpartum, perdarahan, serta robekan vagina yang parah.
- Konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Dokter mungkin akan menyarankan induksi persalinan atau observasi lebih lanjut guna memastikan ibu dan bayi tetap sehat.
[embed-health-tool-due-date]