Ada banyak hal seputar bayi dalam kandungan yang tentunya membuat Anda sebagai calon ibu penasaran. Contohnya, sebagian dari Anda mungkin bertanya-tanya, apakah bayi bisa BAB di dalam kandungan?
Jika iya, apakah hal tersebut berbahaya? Untuk mengetahui jawabannya, simak pembahasan di bawah ini.
Apakah semua bayi BAB dalam kandungan?
Tidak semua bayi buang air besar atau BAB di dalam kandungan. Faktanya, hal tersebut justru bisa berbahaya bagi pertumbuhan janin.
Ruang tumbuh janin diselubungi oleh berbagai membran yang akan memenuhi kebutuhan janin selama berada di dalam rahim. Salah satunya adalah membran alantois yang membentuk tali pusat.
Pada membran alantois, terdapat sejumlah pembuluh darah yang bertugas membawa makanan dan sisa-sisa metabolisme yang selanjutnya dikeluarkan melalui tubuh ibu.
Namun, pada kasus tertentu, bayi bisa BAB sendiri dalam kandungan. Hal ini terjadi ketika aliran oksigen pada janin berkurang sehingga merangsang aktivasi saraf simpatis dan parasimpatis.
Akibatnya, lubang anus janin terbuka dan keluarlah kotoran. Kotoran yang disebut mekonium ini selanjutnya mengontaminasi cairan ketuban yang ada di sekeliling janin.
Hal ini berisiko membuat keracunan kotorannya sendiri. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut juga dengan sindrom aspirasi mekonium.
Apa bahayanya bila bayi BAB dalam kandungan?
Bayi yang buang air besar di dalam kandungan berisiko mengalami sindrom aspirasi mekonium atau meconium aspiration syndrome (MAS).
Dikutip dari Nemours KidsHealth, mekonium yang terhirup oleh janin bisa mengakibatkan:
- penyumbatan jalan napas janin,
- iritasi atau luka pada jalan napas dan jaringan paru-paru, serta
- terhambatnya surfaktan, zat lemak yang membantu paru-paru terbuka setelah lahir.
Bayi dapat menghirup mekonium pada saat masih berada di dalam kandungan, selama proses persalinan, atau sesaat setelah lahir.
Ciri bayi BAB dalam kandungan dapat terlihat dari air ketuban yang berwarna hijau kecokelatan yang menandakan bahwa terdapat mekonium di dalamnya.
Anda juga dapat mengetahui hal ini dari kondisi bayi saat baru lahir. Berikut adalah beberapa contoh gejala sindrom aspirasi mekonium pada bayi yang baru lahir.
- Warna kulit kebiruan (sianosis) pada bayi.
- Bayi bekerja keras untuk bernapas. Napas bayi mungkin terdengar berisik, lajunya lebih cepat, atau disertai dengan bunyi dengusan.
- Bayi tidak bernapas karena kurangnya kinerja organ pernapasan atau mengalami napas tercekat (apnea).
- Kondisi bayi lemas saat lahir karena kekurangan oksigen.
Jika gejala-gejala tersebut ditemukan pada pemeriksaan bayi yang baru lahir, dokter biasanya akan segera merujuk bayi tersebut ke NICU (Neonatal Intensive Care Unit).
Di ruangan tersebut, bayi akan mendapatkan bantuan oksigen. Akan tetapi, bila masih kesulitan bernapas, bayi akan mendapatkan bantuan dari mesin pernapasan atau ventilator.
Bayi yang mengalami gangguan pernapasan yang parah mungkin memerlukan perawatan lebih lanjut seperti berikut ini.
- Pemberian surfaktan untuk membantu membuka paru-paru.
- Pemberian oksida nitrat untuk membuka pembuluh darah dan meningkatkan penerimaan oksigen.
- Tindakan oksigenasi membran ekstrakorporeal dengan pompa yang bekerja seperti jantung, yakni memompa darah dari tubuh melalui paru-paru buatan.
Sebagian besar bayi yang mengalami sindrom aspirasi mekonium akibat BAB dalam kandungan akan membaik dalam beberapa hari atau minggu.
Lama waktu pemulihan akan bergantung pada seberapa banyak mekonium yang mereka hirup.
Sindrom aspirasi mekonium dan autisme pada bayi
Sindrom aspirasi mekonium dicurigai berkaitan dengan risiko autisme pada anak. Sebuah studi dalam jurnal Clinical and Experimental Pediatrics (2017) menyebutkan bahwa kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan risiko gangguan spektrum autisme (ASD) sebesar 8 persen. Apa saja yang berisiko membuat bayi BAB dalam kandungan?
Bayi umumnya baru akan mengeluarkan kotoran pertamanya atau mekonium setelah dilahirkan.
Akan tetapi, berikut adalah beberapa kondisi yang dapat meningkatkan kemungkinan bayi untuk BAB di dalam kandungan.
- Kehamilan jauh melewati hari perkiraan lahir sehingga plasenta mengalami penuaan.
- Berkurangnya pasokan oksigen ke tubuh janin.
- Ibu merokok saat hamil atau mengalami komplikasi kehamilan, misalnya diabetes atau hipertensi gestasional.
- Proses persalinan yang sulit atau berlangsung terlalu lama.
- Bayi tidak berkembang dengan baik selama kehamilan.
Sebisa mungkin Anda perlu menghindari faktor-faktor risiko di atas untuk mencegah sindrom aspirasi mekonium (MAS) akibat bayi BAB dalam kandungan.
Apabila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut tentang kondisi ini, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan informasi dan solusi terbaik.
Kesimpulan
- Tidak semua bayi buang air besar atau BAB dalam kandungan. Bayi yang buang air besar di dalam kandungan berisiko mengalami sindrom aspirasi mekonium.
- Mekonium atau kotoran pertama janin berisiko menghambat pernapasan serta merusak paru-paru janin bila terhirup di dalam kandungan.
- Hal-hal yang dapat meningkatkan risiko bayi BAB dalam kandungan yakni ibu merokok, ibu mengidap diabetes atau hipertensi, kehamilan melewati HPL, dan proses persalinan sulit.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]