Pernahkah Anda mendengar istilah diastasis recti? Diastasis recti atau diastasis rekti adalah kondisi ketika otot di sisi kanan dan kiri perut mengalami pemisahan.
Diastasis recti adalah salah satu masalah yang kerap dikeluhkan ibu setelah melahirkan atau di masa nifas. Sebenarnya, apa penyebab diastasis recti dan bagaimana gejala dari kondisi ini? Berikut ulasannya.
Apa itu diastasis recti?
Tubuh rasanya tak henti-hentinya mengejutkan Anda selama kehamilan.
Mulai dari timbul keinginan yang amat sangat untuk memakan makanan tertentu hingga adanya rasa sakit yang muncul di bagian punggung.
Ibu yang baru pertama kali menjalani kehamilan bahkan masih tak habis pikir bahwa tubuhnya dapat membesar sedemikian rupa demi menampung si jabang bayi.
Biasanya, pelebaran tubuh yang ibu alami selama kehamilan dapat kembali menyusut setelah selesai melahirkan normal maupun operasi caesar.
Sayangnya, dalam beberapa kasus, pelebaran tubuh ini ternyata mampu memicu kondisi diastasis recti atau diastasis rekti.
Diastasis recti atau diastasis rekti adalah kondisi di mana otot-otot pada perut Anda mengalami pemisahan karena adanya tekanan yang terjadi di dalam perut.
Secara lebih rincinya, diastasis recti atau diastasis rekti adalah pemisahan abnormal pada otot-otot di bagian depan perut alias otot rektus abdominus sisi kanan dan kiri.
Melansir dari laman UT Southwestern Medical Center, kondisi diastasis rekti ini biasanya tidak menimbulkan rasa sakit.
Seiring berjalannya waktu, tekanan rahim bisa semakin kuat sehingga menyebabkan otot-otot sisi kanan dan sisi kiri perut melebar dan menghasilkan jarak.
Diastasis recti atau diastasis rekti adalah kondisi yang dapat mulai terjadi pada trimester kedua sampai ketiga kehamilan maupun setelah persalinan.
Jika Anda mengalami diastasis recti, perut tidak lagi punya kemampuan untuk kembali ke kondisi semula.
Hal ini dikarenakan terjadi pelebaran perut yang berlebihan selama kehamilan.
Apa penyebab diastasis recti?
Berbagai penyebab diastasis recti atau diastasis rekti adalah sebagai berikut:
- Peregangan otot-otot rektus abdominus (perut) yang berlebihan dan terlalu kuat.
- Koordinasi otot perut bagian dalam, depan, dan samping yang buruk atau kurang berjalan dengan baik sehingga saling tarik-menarik.
- Peningkatan berat badan yang terlalu berlebihan saat hamil.
- Mekanisme tubuh kurang optimal dalam mengembalikan perut ke ukuran semula setelah melahirkan karena penambahan berat badan saat hamil.
- Proses pengencangan otot-otot perut sulit kembali normal.
Penyebab diastasis rekti atau pemisahan perut yang tampak membesar juga bisa terjadi karena adanya perubahan hormon.
Perubahan hormon tersebut membuat otot perut menipis dan meregang selama kehamilan.
Tekanan dari tubuh bayi yang sedang tumbuh saat masa kehamilan juga turut andil sebagai penyebab diastasis recti atau diastasis rekti.
Tekanan dari tubuh bayi terjadi bersamaan dengan tumbuhnya rahim yang dibantu oleh adanya hormon kehamilan.
Hormon kehamilan ini bekerja dengan cara melembutkan jaringan-jaringan penghubung (linea alba) yang terdapat di sekitar otot perut.
Pemisahan yang membuat perut tampak membesar ini terjadi saat pertumbuhan rahim yang sedang mengandung bayi selama kehamilan menyebabkan dua otot perut terpisah.
Ya, otot perut yang ada di sisi kanan dan kiri bisa terpisah satu sama lain sehingga perut tampak membesar dan sulit kembali ke ukuran semula sebelum kehamilan.
Otot-otot tersebut menjalar dari dada ke panggul hingga di bagian tengah perut.
Setelah melalui proses melahirkan, hormon di dalam tubuh dapat kembali ke kondisi semula seperti sebelum hamil.
Hanya saja, pada ibu yang mengalami diastasis rekti, biasanya jaringan perut telah kehilangan elastisitasnya sehingga tampak besar dan terpisah.
Apa saja gejala diastasis recti?
Gejala yang paling sering dirasakan saat Anda mengalami diastasis rekti adalah perasaan adanya pembengkakan atau membesarnya jarak pada garis tengah perut.
Beragam tanda dan gejala diastasis rekti adalah sebagai berikut:
- Adanya celah di antara kedua otot perut sisi kanan dan sisi kiri yang terlihat jelas saat berbaring telentang dan mengangkat kepala ke atas.
- Tampak ada tonjolan di bagian tengah perut, terutama saat otot perut sedang bergerak.
- Mengalami nyeri punggung bawah karena diastasi rekti menyulitkan otot perut untuk bisa menopang punggung.
- Timbul rasa sakit di bagian panggul.
- Sulit mengangkat benda berat atau melakukan rutin sehari-hari.
Gejala tersebut dapat muncul usai persalinan, misalnya di masa perawatan setelah melahirkan normal maupun pasca operasi caesar.
Apa faktor risiko diastasis recti?
Berdasarkan Mayo Clinic, ibu yang hamil di usia 35 tahun atau lebih memiliki risiko lebih besar untuk mengalami diastasis rekti.
Terjadinya pembesaran perut ini didukung oleh beragam faktor risiko, baik sebelum hamil maupun setelah hamil, di antaranya:
Sebelum hamil
Faktor risiko diastasis rekti sebelum hamil adalah berikut ini:
- Ibu memiliki riwayat kehamilan dengan diaktasis recti sebelumnya.
- Ibu bertubuh gemuk.
- Ibu sudah hamil beberapa kali.
- Ibu punya otot perut yang lemah.
Saat hamil
Sedangkan saat Anda sedang hamil, berikut adalah faktor risiko diastasis rekti:
- Ibu hamil lagi dalam jarak yang cukup dekat.
- Ibu hamil dan akhirnya melahirkan bayi kembar tiga atau lebih.
- Ibu bertubuh kecil saat hamil tetapi hamil dan melahirkan bayi yang ukuran tubuhnya besar lebih dari biasanya.
Bagaimana cara mendiagnosis diastasis rekti?
Dokter dapat mendiagnosis diastasis recti dengan melakukan pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Selama pemeriksaan fisik, perut Anda akan ditekan secara lembut untuk merasakan apakah ada pemisahan antara kedua sisi otot perut saat menundukkan kepala.
Anda juga bisa melakukan hal yang sama untuk mengecek adanya diastasis rekti.
Umumnya, jika pemisahan perut berukuran lebih dari dua jari yang dijajarkan dengan arah vertikal dari tulang kemaluan ke tulang rusuk, kemungkinan Anda mengalami diastasis rekti.
Pemisahan antara kedua sisi otot perut kanan dan kiri biasanya semakin terasa saat perut sedang aktif bergerak, seperti saat Anda berpindah dari posisi berbaring ke duduk.
Dokter juga dapat mendiagnosis diastasis recti bila otot perut sulit berkontraksi.
Apa dampak diastasis recti?
Diastasis recti atau diastasis rekti adalah kondisi yang dapat mengakibatkan perut Anda jadi terlihat buncit atau lebih maju meski tidak sedang hamil.
Komplikasi lebih lanjut dari pembesaran perut ini dapat memicu terjadinya hernia.
Sebagian besar ibu tak menyadari bahwa dirinya mengalami diastasis recti serta mereka juga tak menemukan aktivitas yang dapat mengecilkan perutnya yang terlihat buncit.
Aktivitas fisik yang salah saat diastasis recti justru berisiko mengakibatkan cedera.
Bagaimana cara mengatasi diastasis recti?
Melakukan olahraga setelah melahirkan, seperti senam nifas, perlahan-lahan dapat membantu mengembalikan kekuatan otot perut.
Anda bisa melakukan terapi fisik maupun yoga untuk memperbaiki kondisi perut akibat diastasis rekti.
Namun, sebaiknya akivitas fisik yang ingin Anda lakukan telah lebih dulu didiskusikan dengan dokter.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan agar diastasis recti tidak semakin parah:
- Hindari mengangkat benda atau barang yang lebih berat dari tubuh bayi.
- Usahakan berguling dulu ke samping saat bangun atau hendak duduk di tempat tidur,
- Lakukan latihan ringan dan bukan intens agar otot perut bagian dalam lebih kuat.
- Hindari melakukan gerakan seperti sit up dan pose yoga tertentu karena dapat memperburuk kondisi perut.
Jika kondisi pemisahan perut atau diastasis rekti dirasa mengganggu aktivitas Anda sehari-hari, dokter mungkin akan menyarankan tindakan operasi atau pembedahan.
Operasi atau pembedahan biasanya dilakukan dengan menjahit perut guna memperbaiki dinding perut sekaligus mengurangi jarak antar otot.
Hal ini tentunya dapat membantu memperbaiki penampilan sekaligus mempermudah aktivitas harian, khususnya bila jarak pemisah lebih dari 3 sentimeter (cm).
[embed-health-tool-due-date]