Setiap pasangan biasanya sudah merencanakan kehamilan sebaik mungkin agar si buah hati hadir di saat yang tepat. Namun, bagaimana jika Anda “kebobolan” hamil di luar rencana yang sudah dibuat?
Tak dapat dipungkiri, kehamilan yang tidak direncanakan sering kali menimbulkan kepanikan tersendiri. Simak tipsnya berikut ini supaya Anda tetap bisa memberikan yang terbaik bagi si Kecil dalam kandungan.
Penyebab kebobolan hamil meski sudah pakai kontrasepsi
Bukan hal yang salah jika Anda ingin menunda kehamilan atau mencukupkan diri dengan satu anak saja.
Anda pasti memiliki pertimbangan tersendiri, seperti jarak usia dari anak sebelumnya, kemampuan finansial, kondisi kesehatan, atau alasan lain.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Anda sebagai pasangan suami-istri (pasutri) biasanya akan menggunakan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
Meski kontrasepsi terkenal cukup efektif, ini bukanlah jaminan 100% bahwa kehamilan tidak akan terjadi.
Sebagai contoh, Anda bisa kebobolan alias tetap hamil saat pakai kondom karena ukurannya tidak sesuai atau melepasnya terlalu cepat.
Keterlambatan minum atau suntik KB juga bisa meningkatkan peluang Anda hamil meski sudah menggunakan pengaman. Bahkan, pengguna IUD masih bisa hamil meski peluangnya kecil.
Satu dari 100 wanita yang menggunakan KB spiral atau IUD diperkirakan masih tetap hamil setiap tahunnya. Hamil kebobolan ini biasanya disebabkan oleh posisi IUD yang bergeser atau sudah kedaluwarsa.
Karena efektivitasnya yang berbeda-beda, Anda bisa membicarakan rencana pemasangan KB dengan dokter. Anda mungkin diberi pilihan lain, seperti tubektomi atau vasektomi jika tidak lagi menginginkan kehamilan.
Apa yang sebaiknya dilakukan saat kebobolan hamil?
Setelah memastikan kehamilan melalui test pack dan pemeriksaan ke dokter kandungan, pasutri yang kebobolan mungkin merasakan kepanikan atau gejolak emosi lainnya.
Untuk menghadapi situasi tersebut, cobalah melakukan beberapa hal berikut.
1. Mengelola emosi
Takut, panik, dan bingung adalah reaksi yang wajar ketika menghadapi situasi tidak terduga, termasuk kehamilan. Oleh karena itu, tak perlu merasa malu atau bersalah ketika Anda merasakannya.
Semua itu justru termasuk ke dalam proses penerimaan. Alih-alih memendam emosi negatif, Anda bisa menyalurkannya dengan menangis maupun hal lain yang dapat meringankan perasaan Anda.
2. Menghindari membuat keputusan saat emosi
Ketika emosi masih menguasai pikiran, Anda mungkin berpikir untuk melakukan sesuatu yang kemungkinan besar akan Anda sesali setelah emosi mulai stabil.
Karena itulah, hindari membuat keputusan atau mengambil tindakan besar saat emosi. Sebaliknya, fokuslah menerima emosi tersebut atau melakukan kegiatan lain yang bisa memperbaiki suasana hati Anda.
Setelah emosi stabil, pikirkanlah kembali keputusan yang tadi sempat terpikirkan. Dalam kondisi ini, Anda bisa mempertimbangkan dampaknya untuk jangka panjang.
3. Membangun pemikiran positif
Kehamilan yang tidak direncanakan mungkin membuat Anda merasa mendapat “beban” tambahan. Sayangnya, pikiran ini justru akan semakin membuat Anda stres.
Tentu tidak mudah untuk berpikir positif ketika dihadapkan dengan situasi seperti ini. Namun, langkah ini penting agar Anda bisa menjalani kehamilan dengan lebih nyaman.
4. Membicarakan dengan pasangan
Kehamilan adalah tanggung jawab dua orang, jadi berbagilah dengan pasangan tentang apa yang Anda rasakan. Hal ini berlaku untuk istri ke suami dan sebaliknya.
Di sini, pasutri bisa menguatkan satu sama lain. Suami perlu memahami bahwa istri yang hamil akan lebih sensitif, sedangkan istri memahami bahwa suaminya perlu waktu untuk memproses emosinya.
5. Membuat keputusan bersama
Saat emosi Anda dan suami sudah terkendali, buatlah keputusan bersama apakah kehamilan ini akan dilanjutkan atau tidak. Namun, pertimbangkanlah segala risiko dan konsekuensi dari setiap keputusan tersebut.
Melansir Ikatan Dokter Indonesia, pilihan aborsi hanya bisa diterapkan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin masih kurang dari 500 gram.
Selain itu, pertimbangkan pula faktor hukum yang harus dipenuhi. Sejauh ini, aborsi di Indonesia hanya diizinkan untuk kedaruratan medis yang mengancam nyawa ibu atau janin serta korban pemerkosaan.
Itu artinya, aborsi ilegal bisa mengancam nyawa bumil sekaligus berisiko membuat Anda mendapatkan hukuman.
6. Mengecek kondisi kesehatan Anda
Karena tidak merencanakannya, Anda mungkin terlambat menyadari kehamilan. Alhasil, tubuh Anda mungkin tidak berada dalam kondisi ideal untuk menyambut si Kecil.
Mengutip Central for Disease Control and Prevention (CDC), wanita yang tidak merencanakan kehamilan memiliki risiko lebih besar mengalami komplikasi kehamilan.
Oleh karena itu, segeralah pergi ke dokter kandungan untuk memastikan kondisi Anda. Dokter juga akan membantu Anda menghadapi kehamilan tersebut.
7. Jangan terlalu memikirkan pendapat orang lain
Salah satu penyebab kebobolan hamil sering terasa lebih berat adalah pendapat yang kurang menyenangkan dari orang lain. Satu-satunya yang bisa Anda lakukan adalah mengabaikannya.
Anda tidak bertanggungjawab untuk menenangkan mereka atau memberi pengertian tentang apa yang terjadi, sebab yang harus menjadi prioritas adalah ketenangan bagi diri sendiri.
Tak ada salahnya untuk membatasi interaksi dengan orang-orang yang membuat Anda merasa lebih terpuruk atau tidak mendukung kehamilan tersebut.
8. Melakukan penyesuaian yang dibutuhkan
Kondisi keuangan, rencana pendidikan atau pekerjaan bisa menjadi faktor yang membuat Anda merasa belum siap melihat tes hamil menunjukkan hasil positif.
Mau tak mau, Anda harus kembali mengatur prioritas dan mungkin menunda beberapa rencana demi mengutamakan kebutuhan kehamilan.
Bila benar-benar membutuhkan, tak ada salahnya untuk mengajukan pinjaman ke bank atau orang terdekat. Namun, pastikan Anda dan pasangan melakukannya dengan pertimbangan penuh.
9. Mempersiapkan asuransi atau BPJS
Solusi yang tidak boleh diabaikan saat mengalami hamil kebobolan atau tidak terencana adalah menyiapkan asuransi.
Cobalah mulai mencari asuransi yang bisa membantu Anda menanggung kehamilan, termasuk persalinan. Contohnya, dengan BPJS Anda bisa mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan persalinan gratis.
Hal serupa juga bisa Anda dapatkan dari asuransi swasta. Untuk mendapatkan asuransi sesuai kebutuhan, jangan malu memberitahukan kebutuhan Anda pada pihak penyedia.
10. Menghubungi keluarga dan sahabat
Ingat, Anda dan suami tidak sendirian dalam menghadapi kehamilan tanpa rencana ini. Oleh karena itu, cobalah menyampaikan kepada keluarga dan sahabat tentang kabar tersebut.
Kebobolan hamil seharusnya bukanlah hal yang membuat Anda sungkan untuk berbicara dengan mereka. Justru di saat-saat seperti ini, Anda mungkin membutuhkan dukungan dari keluarga.
11. Memberi tahu atasan atau rekan usaha
Bersikap jujur dan terbuka pada atasan atau rekan usaha tentang situasi Anda sangatlah penting. Apalagi, kehamilan mungkin memengaruhi kinerja atau jam kerja Anda.
Meski Anda masih berusaha menerima kehadiran si Kecil, bukan berarti Anda harus merahasiakannya dari rekan bisnis atau atasan. Mereka justru bisa memberi dukungan yang Anda butuhkan.
Kesimpulan
- Menyambut kehamilan yang tidak direncanakan mungkin memang tidak semudah itu.
- Supaya lebih cepat beradaptasi, cobalah untuk mengelola emosi, membicarakannya dengan pasangan, dan meminta panduan dari dokter kandungan.
- Ketika perasaan Anda sudah lebih stabil, mulailah melakukan penyesuaian rencana Anda dengan kehadiran si Kecil.
[embed-health-tool-due-date]