backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi
Konten

Hiperprolaktinemia, Kelebihan Hormon Prolaktin dalam Darah

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 28/12/2023

Hiperprolaktinemia, Kelebihan Hormon Prolaktin dalam Darah

Prolaktin merupakan salah satu hormon yang dibutuhkan oleh pria maupun wanita. Meski begitu, kelebihan hormon prolaktin bisa menimbulkan gangguan yang disebut dengan hiperprolaktinemia.

Karena prolaktin erat kaitannya dengan sistem reproduksi, hiperprolaktinemia bisa menjadi penyebab susah hamil.

Apa itu hiperprolaktinemia?

Hiperprolaktinemia adalah kondisi ketika jumlah hormon prolaktin dalam darah melebihi batas wajar. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan masalah kesuburan pada pria maupun wanita.

Melansir dari laman Cleveland Clinic, berikut adalah kadar normal hormon prolaktin dalam tubuh manusia.

  • Pria: kurang dari 20 ng/ml.
  • Wanita: kurang dari 25 ng/ml.
  • Wanita hamil atau menyusui: 80-400 ng/ml.

Selama masa kehamilan dan menyusui, jumlah prolaktin memang akan naik drastis karena hormon ini berfungsi untuk mendorong produksi ASI.

Meski sebagian besar kasus hiperprolaktinemia tidak mengancam nyawa, kondisi ini bisa menyebabkan kemandulan dan masalah kesuburan lainnya.

Seberapa umum kondisi ini?

Hiperprolaktinemia terjadi pada sepertiga wanita yang bermasalah dengan masa subur. Contohnya, ketika menstruasi tidak teratur padahal Anda tidak memiliki riwayat gangguan ovarium.

Kondisi ini lebih banyak ditemukan pada wanita, khususnya yang berusia di bawah 40 tahun.

Apakah pasien hiperprolaktinemia tetap bisa hamil?

Jika kadar prolaktin sudah kembali normal, hiperprolaktinemia tidak akan membuat Anda sulit hamil.
Namun, perlu diingat bahwa kondisi ini bisa terjadi pada wanita dan pria. Faktor kehamilan pun dipengaruhi oleh pria maupun wanita.
Maka, penting untuk memastikan bahwa kadar hormon prolaktin pada kedua belah pihak sudah normal.

Tanda dan gejala hiperprolaktinemia

Pria dan wanita bisa memiliki gejala yang berbeda karena keduanya memiliki sistem reproduksi yang berbeda pula.

Berikut ini adalah beberapa gejala yang biasanya dialami orang-orang dengan hiperprolaktinemia.

  • Infertilitas atau masalah kesuburan.
  • Terhentinya siklus menstruasi.
  • Penurunan gairah seksual.
  • Rasa sakit pada area payudara.
  • Galaktorea atau kondisi saat ASI keluar ketika tidak hamil.
  • Vagina kering sehingga sakit saat berhubungan seksual.
  • Disfungsi ereksi.
  • Tingkat testosteron rendah.
  • Pembesaran jaringan payudara pada pria (ginekomastia).

Hyperprolactinemia sering kali juga tidak menimbulkan gejala atau hanya berskala ringan sehingga tidak disadari.

Maka, apabila Anda merasakan ada yang aneh dengan sistem reproduksi Anda, segera periksakan diri Anda ke dokter.

Penyebab hiperprolaktinemia

penyakit kelamin penyebab susah hamil

Prolaktinoma atau tumor kelenjar pituitari adalah penyebab utama dari hiperprolaktinemia. Pasalnya, pada kelenjar pituitari itulah hormon prolaktin diproduksi.

Selain itu, berikut adalah kondisi lain yang juga bisa menyebabkan hyperprolactinemia.

  • Hipotiroidisme (tiroid terlalu rendah).
  • Gangguan kelenjar pituitari lainnya, seperti akromegali atau sindrom Cushing.
  • Mengonsumsi obat untuk tekanan darah tinggi, antipsikotik, penghambat asam H2, antidepresan, pereda mual, pereda nyeri, atau pil KB.
  • Cedera pada dinding dada.
  • Stres atau olahraga berlebihan.
  • Melakukan stimulasi pada puting.

Namun, ternyata hampir sepertiga dari kasus hiperprolaktinemia pada wanita tidak diketahui penyebabnya. Kondisi ini disebut hiperprolaktinemia idiopatik.

Diagnosis hiperprolaktinemia

Dokter akan melakukan diagnosis untuk hiperprolaktinemia berdasarkan gejala, riwayat penyakit, dan riwayat pengobatan pasien. Pasien juga perlu dipastikan bahwa mereka tidak sedang hamil atau menyusui.

Untuk memastikan diagnosis, dokter biasanya meminta pasien untuk tes darah atau pemindaian MRI.

1. Tes darah

Tes darah bertujuan untuk mengukur kadar hormon prolaktin di dalam tubuh.

Kadar prolaktin pada angka 25 ng/ml biasanya tidak menyebabkan perubahan siklus menstruasi. Namun, kondisi ini tetap bisa menurunkan kesuburan.

Perubahan siklus menstruasi biasanya terjadi saat kadar prolaktin  berada di angka 50-100 ng/ml.

Sementara itu, jika tes darah menunjukkan kadar prolaktin di atas 100 ng/ml, Anda mungkin mengalami menopause dini.

2. MRI

Pasien diduga memiliki prolaktinoma jika kadar prolaktinnya di atas 250 ng/ml. Untuk memastikan kondisi ini, dokter biasanya melakukan MRI.

Pemeriksaan organ tubuh dengan gelombang radio ini akan memperlihatkan kondisi kelenjar pituitari sehingga dokter bisa mengetahui ukuran tumor.

Pengobatan hiperprolaktinemia

Penanganan hiperprolaktinemia bertujuan untuk menurunkan kadar prolaktin hingga kembali ke angka normal.

Jenis perawatan yang diterima setiap pasien bisa berbeda-beda, tergantung dengan kondisi, penyebab, usia, dan riwayat kesehatan.

Berikut ini adalah beberapa pengobatan yang bisa diberikan pada pasien hiperprolaktinemia.

1. Obat resep

Bromokriptin dan kabergolin merupakan jenis obat yang paling sering diresepkan untuk pasien hyperprolactinemia.

Obat biasanya diberikan dalam dosis rendah terlebih dahulu. Dosis akan ditingkatkan secara perlahan sampai hormon prolaktin kembali normal.

Efek samping kabergolin dinilai lebih rendah dibandingkan bromokriptin. Meski begitu, Anda harus selalu mengonsumsi obat sesuai petunjuk dokter.

2. Operasi atau radiasi

sinar gamma

Jika pengobatan tidak juga menurunkan kadar hormon atau justru menyebabkan alergi, dokter bisa merekomendasikan operasi. Cara ini biasanya dilakukan jika hiperprolaktinemia disebabkan oleh prolaktinoma.

Apabila operasi tidak berhasil, pasien akan menerima pengobatan dengan radiasi untuk memperkecil tumor.

Pengobatan pasien hiperprolaktinemia juga bisa disesuaikan dengan penyebabnya. Contohnya, pada pasien dengan hipotiroidisme, dokter akan mengobatinya dengan pemberian hormon tiroid sintetis.

Sementara itu, jika hiperprolaktinemia disebabkan oleh obat-obatan, dokter bisa meresepkan obat pengganti dengan fungsi serupa, tetapi tidak menimbulkan efek samping berupa peningkatan hormon prolaktin.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 28/12/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan