Memasuki trimester tiga kehamilan, ibu hamil akan mulai mempersiapkan diri untuk persalinan. Demi persalinan yang lancar, dokter mungkin menyarankan ibu yang sedang hamil trimester 3 untuk melakukan cek lab.
Pemeriksaan seperti apa saja yang dibutuhkan? Lalu, apa fungsi pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil trimester 3? Simak informasi berikut untuk jawabannya.
Pemeriksaan apa saja yang dilakukan ibu hamil pada trimester 3?
Selain memperhatikan perkembangan janin, pemeriksaan laboratorium pada trimester akhir berfungsi untuk memantau kesiapan ibu hamil dalam menghadapi persalinan.
Tenang saja, pemeriksaan kehamilan tidak akan membahayakan ibu maupun janin selama dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan.
Sebaliknya, hasil pemeriksaan justru bisa membantu persiapan Anda untuk menjadi orang tua.
Berikut adalah beberapa pemeriksaan laboratorium yang bisa dilakukan ibu hamil saat memasuki trimester 3.
1. Cek kadar gula darah
Meski tidak memiliki riwayat gula darah tinggi, kehamilan membuat seorang wanita lebih berisiko mengalami diabetes. Inilah alasan mengapa pengecekan kadar gula darah tetap penting dilakukan.
Mengutip laman Medline Plus, dokter biasanya merekomendasikan cek gula darah bagi ibu hamil pada trimester 3, tepatnya ketika usia kehamilan memasuki 23–28 minggu.
Dokter mungkin meminta Anda untuk melakukan pemeriksaan gula darah lebih dini jika Anda memiliki risiko diabetes.
2. Cek hemoglobin
Tes darah lengkap merupakan pemeriksaan yang dilakukan secara berkala sejak awal kehamilan hingga menjelang persalinan.
Dokter mungkin merekomendasikan pemeriksaan darah ulang, khususnya hemoglobin (Hb), saat usia kehamilan 28 minggu.
Cek Hb berfungsi penting untuk memastikan apakah ibu mengalami anemia. Pasalnya, anemia saat hamil bisa berdampak buruk pada perkembangan janin.
Pemeriksaan ini juga bisa menunjukkan risiko kelainan darah genetik, seperti talasemia.
3. Skrining Streptococcus grup B
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa semua ibu hamil trimester 3 wajib melakukan pemeriksaan laboratorium untuk skrining bakteri Streptococcus grup B (GBS).
Bakteri yang kerap ditemukan pada area reproduksi wanita ini sebenarnya tidak membahayakan ibu hamil. Namun, infeksi GBS bisa menimbulkan masalah serius pada bayi baru lahir.
Anda tidak perlu khawatir. Skrining kehamilan GBS tidak akan menimbulkan rasa sakit maupun membahayakan janin.
Nantinya, dokter hanya akan mengambil sampel cairan dari vagina atau rektum saat usia kehamilan Anda memasuki usia sekitar 35–37 minggu.
4. Cek protein dalam urine
Jika Anda mengalami preeklampsia atau memiliki risikonya, dokter mungkin akan merekomendasikan cek lab untuk memeriksa keberadaan protein dalam urine.
Cek lab untuk protein dalam urine biasanya dilakukan saat ibu hamil memasuki trimester 3 karena pada waktu inilah preeklampsia biasanya terjadi.
Ciri utama preeklampsia adalah keberadaan protein dalam urine (proteinuria). Jika dokter menemukan proteinuria, Anda mungkin disarankan untuk melakukan pemeriksaan serupa setiap minggunya.
Selain pemantauan protein dalam urine, dokter akan memberikan perawatan tambahan untuk mengatasi preeklampsia.
5. Tes non-stres (NST)
Tidak semua wanita perlu melakukan tes non-stres selama kehamilan. Berikut adalah beberapa kondisi yang membuat Anda membutuhkan NST.
- Kehamilan berisiko tinggi, seperti adanya diabetes atau hipertensi.
- Kehamilan melewati hari perkiraan lahir (HPL).
- Penurunan gerakan janin atau ukuran janin terlalu kecil.
- Hamil anak kembar.
- Faktor Rhesus (Rh) janin berbeda dengan ibunya.
Non-stres test bertujuan untuk mengukur denyut janin terhadap gerakan tertentu dan memastikan bahwa janin mendapatkan oksigen yang cukup.
Kapan cek lab NST untuk ibu hamil trimester 3 perlu dilakukan? Pemeriksaan ini biasanya disarankan saat usia kehamilan sudah di atas 28 minggu.
6. Tes stres kontraksi
Apabila dokter menemukan potensi masalah pada kandungan melalui (NST), ibu hamil mungkin diminta mengikuti tes stres kontraksi ketika memasuki usia kehamilan 34 minggu.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah janin bisa menyesuaikan diri ketika jumlah oksigen berkurang saat kontraksi.
Untuk menciptakan kontraksi, dokter biasanya akan menyuntikkan hormon oksitosin dan meminta ibu hamil memijat area puting.
Dengan mengetahui hasilnya, dokter bisa mempersiapkan beberapa perawatan supaya janin bisa menyesuaikan diri menjelang proses persalinan sebenarnya.
7. Pemeriksaan USG
Ultrasonografi atau USG adalah pemeriksaan mendasar yang harus dilakukan ibu hamil selama kehamilan. Lantas, berapa kali periksa kandungan dengan USG harus dilakukan selama trimester 3?
Tidak ada aturan pasti tentang hal tersebut karena USG biasanya diwajibkan pada awal dan pertengahan kehamilan.
Namun, Anda mungkin menjalani USG tambahan karena merasakan kondisi tertentu atau sekadar ingin melihat kondisi janin.
Setiap ibu hamil bisa mendapatkan pemeriksaan laboratorium yang berbeda saat memasuki trimester tiga.
Terlebih, beberapa tes di atas memang bersifat skrining sehingga mungkin membutuhkan pemeriksaan lanjutan bila ditemukan kondisi tertentu.
Jangan khawatir dengan pemeriksaan yang dianjurkan oleh dokter kandungan. Sebab, dokter pasti sudah mempertimbangkan risiko dan manfaat yang bisa Anda dapatkan.
Kesimpulan
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]