Saat usia kehamilan 37 minggu, saya mulai merasa mulas-mulas. Pada Senin sore, saya diantar suami ke rumah sakit dengan harapan bisa lahir secara normal. Tapi sampai lewat tengah malam pembukaan tidak kunjung naik. Malahan yang sebelumnya sudah mau pembukaan 5 jadi turun lagi ke pembukaan 4.
Dokter menjelaskan kalau air ketuban saya sedikit sehingga tidak akan cukup untuk mendorong bayi keluar. Padahal selama hamil saya sudah banyak minum air putih, sampai menyediakan galon air di kamar.
Akhirnya saya mengiyakan saran dokter untuk operasi caesar. Lagi pula sepertinya saya sudah tidak sanggup menahan mules yang sudah menyerang selama 12 jam.
Suara tangisan pertama bayi saya sangat melegakan. Namun kemudian saya mendengar dokter berkata, “Kecil”. Saya pun bertanya, “Hah kecil? Apa yang kecil?”
Ternyata bayi saya lahir dengan berat badan rendah (BBLR), beratnya cuma 2 kg. Berat tersebut lebih kecil dari hasil observasi sebelum melahirkan yang memperkirakan berat bayi 2,8 kg.
Proses berikutnya terasa berjalan sangat cepat. Setelah tim bidan membersihkan bayi, saya hanya sempat menyusuinya beberapa detik. Bayi saya langsung dibawa ke ruang NICU. Saya tanya, “Bayi saya kenapa, Dok?”
Saya terus bertanya selagi dokter menyelesaikan proses operasi. Tapi dokter cuma jawab, “Iya nanti dijelasin, ya.” Jawaban tersebut membuat saya menduga-duga hal yang buruk.
Setelah dipindah ke ruang rawat, barulah suami menjelaskan kondisi bayi kami yang memiliki berat badan rendah, detak jantungnya lemah, dan paru-parunya lemah. Syukur alhamdulillah, setelah observasi di ruang NICU selama 18 jam ternyata tidak ada masalah kesehatan.
Saat ini bayi saya sudah berusia 14 bulan, tumbuh dan berkembang dengan baik. Pengalaman kehamilan ini menjadi pelajaran bagi saya jika nanti diberi kesempatan untuk hamil anak kedua.
Shera (28) bercerita untuk pembaca Hello Sehat.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar