Keguguran menjadi salah satu masalah yang tidak diinginkan dan sering kali terjadi pada awal masa kehamilan. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut sebagai abortus spontan. Simak lebih dalam mengenai komplikasi kehamilan ini melalui pembahasan berikut.
Apa itu abortus spontan?
Abortus spontan adalah kematian embrio atau janin dalam kandungan yang terjadi tiba-tiba dan tanpa didahului oleh faktor-faktor medis tertentu.
Kondisi yang kebanyakan orang awam kenal sebagai keguguran ini terjadi pada usia kehamilan 20 minggu atau sebelum lima bulan.
Sebuah artikel dalam jurnal Obstetrics & Gynecology (2018) menyebutkan bahwa sekitar 10–15% kehamilan berakhir dengan keguguran atau abortus spontan.
Sebanyak 25% dari kasus ini terjadi selama trimester pertama. Persentase kasus mungkin bisa lebih tinggi sebab beberapa keguguran disalahartikan sebagai menstruasi yang terlambat.
Perlu Anda pahami bahwa kebanyakan kasus abortus spontan terjadi secara alami ketika janin berhenti tumbuh sehingga sering kali berada di luar kendali Anda.
Anda dapat mencegah komplikasi dari kondisi ini dengan menjauhi faktor risikonya. Bicarakan dengan dokter untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.
Penyebab abortus spontan
Lebih dari 50% kasus abortus spontan disebabkan oleh kelainan kromosom. Kromosom adalah struktur dalam sel tubuh yang berfungsi menyimpan karakteristik genetik setiap manusia.
Ketika sel telur dan sperma bergabung selama pembuahan, dua set kromosom juga bergabung.
Apabila keduanya memiliki jumlah kromosom yang lebih banyak atau sedikit dari seharusnya, hal ini bisa membuat janin mendapatkan kromosom yang abnormal.
Kelainan dalam proses inilah yang menyebabkan abortus spontan. Sebagian besar kelainan ini terjadi secara kebetulan dan tidak sepenuhnya diketahui penyebab pastinya.
Selain kelainan kromosom, beberapa faktor yang meningkatkan risiko abortus spontan yaitu:
- hamil di atas usia 35 tahun,
- memiliki riwayat keguguran pada kehamilan sebelumnya,
- gaya hidup buruk, seperti merokok, minum alkohol, dan memakai narkoba,
- mengalami kondisi atau penyakit kronis yang tidak terkontrol, misalnya hipertensi, diabetes, dan gangguan tiroid,
- infeksi penyakit TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, herpes simplex virus),
- kelainan pada rahim atau leher rahim, seperti inkompetensi serviks,
- ketidakseimbangan hormonal,
- gangguan pada sistem kekebalan tubuh, dan
- riwayat trauma atau kecelakaan pada ibu hamil.
Perhatian!
Penanganan abortus spontan
Apabila Anda mengalami abortus spontan yang tidak mengancam nyawa, dokter biasanya akan menyarankan untuk istirahat sampai perdarahan dan rasa sakit hilang.
Setelah gejala mereda dan jaringan janin keluar secara alami, dokter akan menganjurkan Anda untuk melakukan kuretase untuk menghilangkan sisa jaringan yang tertinggal dalam rahim.
Untuk mempercepat pembersihan rahim ini, dokter Anda bisa meresepkan obat-obatan tertentu.
Obat ini dapat diberikan melalui vagina (intravaginal) maupun dengan diminum (oral). Biasanya, obat intravaginal lebih efektif dan mampu mengurangi efek samping, seperti mual dan diare.
Dengan menggunakan obat dan melakukan prosedur kuretase, rahim Anda akan terbebas dari sisa jaringan yang berisiko menimbulkan komplikasi bila tidak dibersihkan.
Setelah melakukan prosedur ini, umumnya menstruasi akan kembali dalam waktu 4–6 minggu.
Sebagian wanita dan pasangannya mungkin merasa sangat sedih, cemas, dan bersalah dalam beberapa minggu atau bulan setelah mengalami aborsi spontan.
Dokter bisa menyarankan Anda untuk melakukan konseling psikologis dan menemui kelompok pendukung (support group) bila diperlukan.