Mual adalah salah satu efek samping kemoterapi yang paling umum. Bahkan, efek samping ini mulai muncul sesaat setelah obat kemoterapi dosis pertama diberikan. Meskipun beberapa orang dapat meredakan rasa mualnya dengan mudah, sebagian pasien kanker lainnya harus berjuang dengan keras untuk mengatasinya. Lantas, apa saja yang harus dilakukan untuk mengatasi mual setelah kemoterapi? Berikut penjelasannya.
Cara mengatasi mual setelah kemoterapi
Meskipun ampuh membunuh sel-sel kanker, kemoterapi juga sering kali memicu rasa mual. Penyebabnya bermacam-macam, mulai dari frekuensi perawatan, dosis obat, dan cara pemberian obat (obat minum maupun cairan infus).
Parah atau tidaknya mual yang dirasakan bisa berbeda-beda pada setiap pasien. Ada yang hanya mengalami mual ringan yang dapat diatasi dengan baik, tapi ada juga yang mengalami mual parah atau bahkan sampai muntah. Inilah yang menyebabkan pasien kanker mengeluh nafsu makan menurun setelah kemoterapi.
Nah, berikut ini sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi mual setelah kemoterapi. Di antaranya:
1. Minum obat pereda mual
Setelah kemoterapi selesai dilakukan, dokter biasanya akan memberikan obat khusus untuk meredakan mual. Obat antimual ini disebut juga dengan antiemetik. Pemberian dosis dan jenis obatnya berbeda-beda untuk setiap pasien, tergantung dari seberapa parah mual yang dirasakan.
Obat antimual ini tersedia dalam berbagai bentuk, di antaranya pil, cairan infus, atau supositoria. Jika pasien mengalami mual dan muntah, pasien tersebut mungkin akan diberikan obat pereda mual melalui cairan infus atau supositoria supaya tidak terbuang sia-sia. Konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan obat pereda mual yang sesuai dengan kondisi Anda.
2. Akupuntur
Menurut American Society of Clinical Oncologists (ASCO), akupuntur disebut-sebut ampuh meringankan efek samping kemoterapi yang mengganggu. Salah satunya meredakan mual setelah kemoterapi.
Mengutip dari sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal Chinese Acupuncture and Moxibustion, akupuntur yang dikombinasikan dengan terapi panas bernama moksibusi dapat mengurangi mual akibat obat kemoterapi.
Hal ini diperkuat pula dengan studi kecil lainnya, bahwa pasien kanker yang baru saja menjalani radiasi dan kemoterapi cenderung mengalami mual yang lebih ringan. Selain itu, dosis obat antimual yang diberikan juga lebih rendah daripada pasien yang tidak melakukan akupuntur.
Meski manfaat akupuntur ini tampak menggiurkan, ternyata tidak semua pasien kanker boleh melakukannya. Khususnya pasien kanker yang jumlah sel darah putihnya rendah.
Jika akupuntur tetap dilakukan, ini ditakutkan akan meningkatkan risiko infeksi dan membahayakan kesehatan pasien. Sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter sebelum Anda memutuskan untuk mencobanya.
3. Gunakan prinsip “makan sedikit tapi sering’
Rasa mual akibat pengobatan kanker seringnya membuat pasien jadi malas makan. Jika makan dengan porsi normal membuat Anda mual dan muntah, sebaiknya gunakan prinsip “makan sedikit tapi sering’.
Sebab bagaimanapun, pasien kanker tetap harus makan secara rutin supaya kebutuhan nutrisinya tetap terjaga. Jika Anda tidak sanggup menghabiskan satu porsi makanan utuh secara langsung, sebaiknya berikan jeda setiap 2-3 jam untuk makan dengan porsi yang lebih kecil.
Perhatikan juga jenis makanan yang dikonsumsi. Hindari makanan yang digoreng, berlemak, dan makanan manis karena cenderung sulit dicerna. Alih-alih membuat pasien bisa makan, makanan tersebut justru bisa memperparah mual.
Dan yang terpenting, selalu penuhi kebutuhan cairan tubuh Anda dengan minum minimal 8 gelas per hari supaya tidak dehidrasi.
4. Teknik relaksasi
American Cancer Society (ACS) mengatakan bahwa teknik relaksasi memberikan hasil yang menakjubkan dalam mengurangi mual setelah kemoterapi. Jenis terapi ini bisa membantu Anda merasa lebih rileks dan mengalihkan Anda dari gangguan mual.
Ada banyak teknik relaksasi yang bisa Anda lakukan. Mulai dari latihan pernapasan, terapi musik, hipnosis, hingga meditasi. Semakin Anda merasa rileks, Anda pun akan semakin mudah menghadapi dan mengatasi berbagai efek samping kemoterapi yang mengganggu.
[embed-health-tool-bmi]