Keterbatasan jumlah dokter spesialis dan fasilitas kesehatan di Indonesia membawa hambatan nyata di dalam penanganan penyakit kardiovaskular. Hadirnya transformasi digital perawatan kardiovaskular membawa “angin segar” untuk menghadapi tantangan ini.
Kemajuan perawatan kardiovaskular di Indonesia
Penyakit jantung masih menjadi penyebab utama kematian di Indonesia. Bahkan, lebih dari 650 ribu penduduk di Indonesia meninggal dunia akibat penyakit kardiovaskular setiap tahunnya.
Kondisi ini kian diperparah dengan terbatasnya jumlah spesialis jantung dan fasilitas kesehatan, seperti disampaikan Astri Ramayanti Dharmawan, Presiden Direktur Philips Indonesia.
Temuan dalam Future Health Index 2024 menemukan bahwa 75% cardiologist–dokter spesialis jantung–setuju terjadi kekurangan jumlah staf sehingga hal ini akan memengaruhi respons atau layanan ke masyarakat. Di sinilah peranan teknologi untuk mengatasi hambatan tersebut.
Astri Ramayanti Dharmawan
Dalam menghadapi tantangan ini, Philips Indonesia menawarkan transformasi digital perawatan kardiovaskular melalui teknologi pencitraan berbasis kecerdasan buatan (AI).
Teknologi ini memungkinkan diagnosis yang lebih cepat serta intervensi medis yang lebih tepat.
Tidak hanya itu, Philips Indonesia juga sudah bekerja sama dengan Rumah Sakit Harapan Kita sebagai rumah sakit rujukan untuk gangguan jantung dan pembuluh darah.
Salah satu bentuk kerja samanya yaitu melalui pelatihan agar tenaga medis yang terlibat dalam perawatan kardiovaskular mampu memanfaatkan kemajuan teknologi dengan optimal.
Penyakit jantung menyasar generasi muda Indonesia

Fasilitas kesehatan di Indonesia juga menghadapi tantangan besar dalam menangani penyakit kardiovaskular. Hal ini diungkapkan oleh drg. Iing Ichsan Hanafi, MARS., MH, selaku Ketua Umum Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI).
Jumlah rumah sakit di seluruh Indonesia mencapai 3.155 unit, baik itu rumah sakit pemerintah atau swasta.
Adapun, rumah sakit dengan layanan jantung lanjutan jumlahnya masih terbatas dan tersebar hanya di kota-kota besar, lebih khususnya di Pulau Jawa.
Ketersediaan tenaga medis spesialis dan teknologi yang masih tersentralisasi ini menimbulkan keterlamabatan dalam diagnosis dan pengobatan penyakit kardiovaskular.
Penyakit jantung belakangan juga mulai menyerang orang dewasa muda berusia 25–34 tahun.
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menyebutkan bahwa jumlah pasien jantung pada kelompok usia 25–34 tahun menduduki peringkat teratas dengan 140.206 orang.
Meningkatnya jumlah pasien jantung berusia muda menjadi “alarm” untuk semua rumah sakit agar tidak hanya berfokus dalam pengobatan, tetapi juga pencegahan.
Hal ini bisa dilaksanakan melalui edukasi kesehatan, deteksi dini, dan manajemen faktor risiko.
Tanpa upaya pencegahan yang kuat, beban penyakit jantung akan terus meningkat dan dapat mengancam orang-orang dalam kelompok usia produktif di Indonesia.
Pencegahan penyakit kardiovaskular
Penyakit jantung kerap dianggap sebagai “penyakit orang tua”. Padahal, kenyataannya saat ini spektrum usia pasien jantung makin luas, mulai dari bayi hingga orang lanjut usia.
dr. BRM. Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC, Ketua Bidang Medis Yayasan Jantung Indonesia (YJI), juga menjelaskan bahwa definisi penyakit kardiovaskular makin luas.
Hal ini mencakup penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, penyakit jantung katup, infeksi jantung, hingga aritmia atau gangguan irama jantung.
Faktor risiko utama dari gangguan kardiovaskular meliputi pola makan yang tidak sehat, gaya hidup sedenter atau kurang bergerak, dan kebiasaan merokok.
Perubahan gaya hidup modern, seperti stres kerja, duduk terlalu lama, dan konsumsi makanan tinggi lemak, juga memperbesar risiko penyakit jantung pada usia muda.
Penyakit jantung kini menyerang kelompok usia muda yang sedang berada di masa produktif. Ini sangat memengaruhi kehidupan mereka dan keluarga karena mereka harus menyesuaikan diri untuk mengelola penyakit ini seumur hidup.
dr. BRM. Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC
Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pencegahan penyakit jantung sedini mungkin.
Edukasi gaya hidup sehat untuk jantung, yaitu dengan berhenti merokok, berolahraga secara rutin, serta mengelola stres dengan baik, menjadi langkah awal yang perlu dilakukan.
Pemeriksaan kesehatan yang meliputi pemantauan tekanan darah dan cek kolesterol juga perlu dilakukan setidaknya setiap satu tahun sekali.
Bagi orang yang berisiko tinggi, dokter juga dapat merekomendasikan prosedur rekam jantung atau elektrokardiografi (EKG) untuk mengevaluasi kesehatan jantung secara menyeluruh.
Upaya transformasi digital perawatan kardiovaskular tidak lepas dari dukungan teknologi yang canggih, kolaborasi antarsektor, dan langkah pencegahan yang tepat.
Hal ini akan menciptakan layanan kesehatan yang lebih merata dan efektif sehingga mampu menyelamatkan lebih banyak nyawa.
Kesimpulan
- Transformasi digital perawatan kardiovaskular menjadi solusi penting untuk mengatasi keterbatasan dokter spesialis dan fasilitas kesehatan di Indonesia.
- Hal ini juga berperan penting dalam penanganan gangguan kardiovaskular yang mulai menyasar orang dewasa muda berusia 25–34 tahun.
- Pencegahan penyakit jantung melalui gaya hidup sehat dan deteksi dini penting untuk mengurangi dampak dari masalah kesehatan ini di kemudian hari.
[embed-health-tool-heart-rate]