Meskipun Anda tidak memiliki riwayat hipertensi atau tekanan darah tinggi, kehamilan dapat meningkatkan risikonya. Kondisi ini dikenal sebagai hipertensi gestasional.
Lantas, adakah pengaruh kondisi ini terhadap kesehatan janin? Pengobatan diabetes seperti apa yang aman bagi ibu hamil? Cari tahu jawabannya melalui uraian berikut.
Apa itu hipertensi gestasional?
Hipertensi gestasional adalah kondisi ketika ibu hamil memiliki tekanan darah tinggi, yaitu di atas 140/90 mmHg.
Tekanan darah tinggi umumnya terjadi ketika usia kehamilan memasuki 20 minggu dan akan membaik setelah persalinan.
Jika hipertensi terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu, itu artinya ibu hamil mengalami hipertensi kronis.
Ini adalah kondisi saat ibu hamil sudah memiliki riwayat hipertensi sebelum kehamilan dan berlanjut saat hamil.
Selain hipertensi gestasional dan kronis, ada lagi jenis hipertensi dalam kehamilan yang lainnya, yaitu preeklampsia dan eklampsia.
Seberapa umumkah hipertensi gestasional?
Mengutip dari Children Hospital of Philadelphia (CHOP), sebanyak 3 dari 50 ibu hamil atau sekitar 6% kehamilan akan membuat wanita mengalami kenaikan tekanan darah.
Sepertiga ibu hamil yang mengalami kenaikan tekanan darah juga menunjukkan gejala preeklampsia. Dalam kondisi ini, ibu hamil membutuhkan perawatan yang lebih intensif.
Tanda dan gejala hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional sering kali tidak menunjukkan gejala spesifik pada awalnya. Secara umum, berikut adalah beberapa gejala yang mungkin dirasakan ibu hamil.
- Sakit kepala.
- Pusing.
- Edema (pembengkakan) pada beberapa bagian tubuh, seperti wajah dan tangan.
- Berat badan naik secara tidak wajar.
- Penglihatan kabur atau buram.
- Mual dan muntah berlebihan.
- Sakit di bagian kanan atas perut.
- Jumlah urine berkurang atau jarang buang air kecil.
Setiap ibu hamil bisa merasakan gejala hipertensi yang berbeda, termasuk yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda memiliki kekhawatiran akan gejala tertentu, tanyakanlah pada dokter kandungan Anda.
Penyebab hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional adalah kondisi kesehatan yang belum diketahui apa penyebab pastinya.
Meski demikian, beberapa kondisi berikut dinilai bisa meningkatkan risiko ibu hamil untuk mengalami hipertensi gestasional.
- Hamil untuk pertama kalinya.
- Hamil di bawah usia 20 tahun atau di atas 40 tahun.
- Hamil lebih dari satu bayi, seperti kembar dua atau tiga.
- Memiliki riwayat diabetes, penyakit ginjal, hipertensi, atau autoimun.
Walau begitu, memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko tidak serta merta membuat Anda pasti mengalami gestational hypertension.
Komplikasi hipertensi gestasional
Tekanan darah tinggi dapat memengaruhi kondisi pembuluh darah Anda. Hal ini dapat mengurangi aliran darah ke organ-organ tubuh, seperti hati, ginjal, otak, rahim, dan plasenta.
Apabila tidak segera diatasi, hipertensi gestasional dapat mengakibatkan preeklampsia atau eklampsia. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikut.
- Solusio plasenta, kondisi ketika plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum bayi lahir.
- Gangguan tumbuh kembang janin.
- Bayi mati di dalam kandungan (stillbirth)
Sebagian besar kasus hipertensi gestasional memang akan membaik setelah melahirkan. Namun, kondisi ini juga bisa bertahan setelahnya apabila tidak mendapatkan penanganan yang tepat.
Diagnosis hipertensi pada ibu hamil
Diabetes gestasional biasanya terdeteksi saat ibu hamil periksa kandungan. Namun, dokter biasanya membutuhkan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis.
Ada dua tes yang digunakan sebagai metode skrining untuk hipertensi gestasional, yaitu tes urine dan tes darah.
Tes urine bertujuan untuk mencari keberadaan protein dalam urine. Sementara itu, tes darah dilakukan untuk memeriksa fungsi hati, ginjal, dan jumlah trombosit dalam darah.
Selalu ikuti petunjuk pemeriksaan dari dokter kandungan Anda untuk mendapatkan hasil akurat.
Pengobatan hipertensi gestasional
Terdapat beberapa obat tekanan darah tinggi yang aman dikonsumsi oleh ibu hamil, seperti metildopa, hydralazine, dan nicardipine.
Sementara itu, ibu hamil biasanya tidak diperbolehkan mengonsumsi obat-obatan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors, angiotensin II receptor blockers, serta renin inhibitors.
Penggunaan obat-obatan hipertensi pada ibu hamil harus mengikuti petunjuk dokter agar tidak berdampak buruk pada janin.
Jika hipertensi kehamilan sudah cukup parah dan sulit dikendalikan, dokter mungkin menyarankan induksi persalinan. Metode ini biasanya direkomendasikan ketika usia kehamilan sudah menginjak 37 minggu.
Anda mungkin menerima perawatan yang berbeda dengan ibu hamil lainnya karena dokter akan menyesuaikannya dengan kondisi Anda.
Perawatan rumahan dan pencegahan
Selain meresepkan obat-obatan, dokter biasanya merekomendasikan cara menurunkan tekanan darah tinggi pada ibu hamil melalui perawatan rumahan.
Meski terkesan sederhana, perawatan rumahan berikut akan mendukung keberhasilan pengobatan dari dokter.
- Tetap bergerak aktif sesuai kemampuan Anda.
- Makan makanan bergizi, rendah garam, dan rendah lemak.
- Minum air putih sebanyak 8–12 gelas sehari.
- Istirahat yang cukup.
- Kurangi minum minuman berkafein.
- Melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin.
- Selalu konsumsi obat-obatan sesuai anjuran dokter atau petunjuk pada kemasan.
- Hindari rokok dan alkohol.
Tak perlu menunggu sampai merasakan gejala diabetes gestasional. Anda bisa menerapkan berbagai cara tersebut sebagai langkah pencegahan.
Kesimpulan
- Hipertensi gestasional adalah kondisi ketika tekanan darah ibu hamil berada di atas 140/90 mmHg.
- Ditandai dengan sakit kepala, pusing, edema, kenaikan berat badan drastis, penglihatan kabur, dan penurunan jumlah urine.
- Lebih sering ditemukan pada wanita yang hamil untuk pertama kalinya, hamil di bawah 20 tahun atau di atas 40 tahun, hamil kembar, atau punya riwayat penyakit bawaan.
- Beberapa obat yang bisa diberikan untuk mengatasi kondisi ini adalah metildopa, hydralazine, dan nicardipine.
[embed-health-tool-heart-rate]