backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Tips Menambah Nafsu Makan Saat Kena Tifus

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 22/09/2021

    Tips Menambah Nafsu Makan Saat Kena Tifus

    Tifus adalah penyakit infeksi bakteri yang menimbulkan berbagai gejala, mulai dari demam, diare, hingga turunnya nafsu makan. Banyak pasien yang mengeluhkan betapa sulitnya memasukkan satu suap saja makanan ke dalam perut ketika terserang tifus. Padahal, supaya cepat sembuh dari tifus, pasien tifus wajib menjaga asupan makanannya. Lalu, bagaimana cara mengatasi rasa tidak nafsu makan saat terkena tifus?

    Kenapa sakit tifus menyebabkan tidak nafsu makan?

    Tifus alias demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini biasanya menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi bakteri. Penularan tifus biasanya terjadi dengan cepat di lingkungan yang kotor atau jika seseorang tidak menerapkan gaya hidup yang higienis.

    Salah satu gejala tifus yang paling umum adalah hilangnya nafsu makan secara drastis. Sebagian besar orang mengeluhkan sensasi pahit di lidah atau rasa mual sehingga nafsu makan pun menurun.

    Mengapa gejala ini bisa muncul? Infeksi bakteri Salmonella yang menjadi penyebab di baliknya. Ketika pencernaan terinfeksi bakteri, hal ini menyebabkan timbulnya gejala tidak ingin makan, hilangnya rasa lapar, serta penurunan berat badan.

    Ditambah lagi, gejala tifus lainnya seperti diare dan sakit perut semakin membuat tubuh menjadi lemas. Hal tersebut juga berpotensi memicu penurunan nafsu makan pasien tifus.

    Cara mengatasi tidak nafsu makan saat tifus

    Demam Tifoid (Tifus)

    Ketika terserang penyakit tifus, salah satu hal terpenting untuk mempercepat penyembuhan adalah memastikan asupan makanan harian tetap terjaga.

    Sayangnya, hilangnya nafsu makan akibat tifus bisa mengakibatkan masalah. Padahal, tubuh Anda sangat membutuhkan nutrisi dari makanan agar segera pulih dari penyakit.

    Nah, berikut ini adalah beberapa tips yang bisa Anda coba untuk mengakali rasa enggan makan ketika terserang tifus.

    1. Makan dengan porsi kecil sesering mungkin

    Tips pertama untuk mengatasi rasa tidak nafsu makan saat tifus adalah makan dengan porsi sedikit, tetapi dilakukan dengan lebih sering.

    Jika Anda normalnya makan 3 kali sehari, Anda bisa membagi waktu makan menjadi 5 atau 6 kali sehari. Namun, yang membedakan adalah porsi makannya.

    Apabila saat sedang sehat Anda terbiasa makan dengan porsi normal, kali ini cobalah makan dengan porsi lebih kecil. Anda juga bisa mengonsumsi camilan sebagai pengganti makanan berporsi besar. Hal ini akan membantu perut Anda lebih mudah menerima asupan makanan saat sedang sakit.

    2. Pilih menu favorit

    Cara selanjutnya untuk menghadapi rasa tidak nafsu makan saat tifus adalah dengan mengonsumsi menu makanan kesukaan Anda.

    Apabila penurunan nafsu makan tergolong parah hingga Anda tak ingin makan sama sekali, Anda tidak perlu khawatir apakah menu yang dimakan sudah cukup bergizi atau tidak. Namun pastikan ada makanan yang bisa masuk ke dalam perut.

    Tidak masalah jika Anda hanya bisa makan sup, bubur, atau pisang. Tapi hindari kondisi di mana perut Anda kosong dan tidak tersentuh makanan sama sekali.

    Bila memungkinkan, perbanyak asupan makanan yang kaya akan kalori dan protein. Selain memberikan lebih banyak energi, makanan tinggi kalori dan protein juga membantu mempercepat penyembuhan dari sakit tifus.

    3. Hindari makanan dengan aroma terlalu kuat

    Beberapa orang biasanya merasa mual dan ogah makan jika terdapat aroma yang terlalu kuat, terlebih lagi jika sedang sakit dan nafsu makan menurun drastis.

    Maka dari itu, sebaiknya jauhi makanan yang menghasilkan bau terlalu kuat atau tidak sedap. Berikut adalah makanan yang umumnya memiliki bau terlalu kuat bagi sebagian orang:

    • keju,
    • seafood,
    • telur rebus,
    • petai atau jengkol, dan
    • gorengan.

    Jadi, pastikan Anda memilih makanan dengan aroma dan rasa yang netral sehingga lebih mudah untuk dikonsumsi saat terkena tifus.

    4. Minum teh herbal

    Beberapa jenis teh herbal diyakini dapat membantu mengurangi rasa tidak nafsu makan saat terserang penyakit, termasuk tifus. Salah satu teh herbal yang bisa Anda coba minum untuk meningkatkan nafsu makan adalah jahe.

    Konsumsi jahe telah terbukti membantu mengurangi rasa mual dan muntah saat sakit. Dengan demikian, nafsu makan Anda niscaya dapat kembali normal. Tidak hanya bermanfaat untuk mengembalikan nafsu makan sewaktu sakit, minuman jahe juga membantu mengatasi morning sickness atau rasa mual pada ibu hamil.

    Selain jahe, Anda juga bisa mencoba tanaman herbal lain untuk dikonsumsi dalam bentuk teh, seperti teh hijau, ginseng, serta kapulaga.

    5. Penuhi kebutuhan cairan

    Salah satu upaya terpenting untuk cepat sembuh dari tifus adalah menjaga keseimbangan elektrolit dan air di dalam tubuh.

    Oleh karena itu, minum banyak air putih wajib Anda lakukan agar lekas pulih dari tifus dan nafsu makan kembali normal. Gangguan pencernaan yang menyebabkan tidak nafsu makan saat tifus juga dapat memicu dehidrasi. Jadi, pastikan Anda selalu memenuhi kebutuhan cairan ketika terserang tifus.

    Tak hanya dengan air putih, Anda juga bisa mendapatkan asupan cairan tambahan dari konsumsi sayur dan buah-buahan. Bila masih merasa mual dan tidak nafsu makan saat tifus, Anda bisa mengolah buah dan sayur menjadi jus sehingga lebih mudah dicerna.

    Itulah tadi beberapa tips yang bisa Anda terapkan untuk mengatasi hilangnya nafsu makan sewaktu terkena tifus.

    Selain memastikan asupan makanan harian tetap terjaga, pastikan Anda juga beristirahat total dan mendapatkan pengobatan tifus dari dokter.

    Dengan istirahat dan makan yang cukup, waktu penyembuhan akan semakin cepat dan Anda bisa lekas beraktivitas seperti biasa.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 22/09/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan