backup og meta

Deteksi Meningitis dari Awal, Cek dengan Pemeriksaan ini!

Deteksi Meningitis dari Awal, Cek dengan Pemeriksaan ini!

Meningitis terjadi karena peradangan di selaput otak atau selaput yang melindungi saraf tulang belakang. Namun, gejala awalnya sering kali tidak kentara. Padahal, meningitis bisa menyebabkan dampak berbahaya. Oleh sebab itu, pemeriksaan medis berperan penting dalam mendeteksi meningitis sekaligus menentukan pengobatan yang sesuai dengan penyebabnya.

Pemeriksaan untuk mendiagnosis meningitis

Diagnosis meningitis yang dilakukan dokter bertujuan untuk memastikan adanya inflamasi di selaput otak dan mengetahui infeksi penyebabnya.

Pembengkakan di selaput otak tidak hanya disebabkan oleh satu jenis kuman penyebab penyakit (patogen), tapi bisa juga efek infeksi berbagai virus, bakteri, jamur ataupun parasit. Melalui rangkaian pemeriksaan, penyebab meningitis bisa diketahui dengan pasti sehingga Anda memperoleh pengobatan yang tepat.

Prosedur diagnosis utama untuk penyakit ini adalah melalui pungsi lumbal, yaitu pengambilan cairan tulang belakang (serebrospinal) untuk kemudian dianalisis. Namun, terdapat juga pemeriksaan lanjutan yang berguna untuk melengkapi hasil diagnosis.

Berikut ini adalah tahapan tes yang perlu dilakukan untuk mendiagnosis penyakit radang selaput otak ini:

1. Pemeriksaan fisik untuk tanda dan gejala meningitis

Dokter memeriksa gejala hepatitis B

Saat pertama berkonsultasi, dokter akan mengamati tanda-tanda dan gangguan yang dicurigai sebagai gejala meningitis. Pemeriksaan fisik meningitis fokus dilakukan di bagian telinga, leher, kepala, hingga tulang belakang.

Sakit kepala parah yang disertai dengan leher kaku merupakan gejala khas dari penyakit ini. Untuk itu, dokter akan menarik leher Anda ke depan secara perlahan. Kondisi leher yang kaku dan nyeri akan otomatis membuat Anda membungkuk.

Gangguan kesehatan tersebut biasanya juga diikuti dengan nyeri pada sendi, otot, dan tulang belakang. Dokter akan melipat kaki Anda sampai ke bagian pinggul dan secara perlahan meluruskannya kembali. Saat melakukan gerakan ini, rasa sakit yang kuat di tulang belakang bisa mengindikasikan gejala meningitis.

Namun, diagnosis menigitis tidak bisa ditentukan hanya dari pemeriksaan fisik ini. Tes lain tetap dibutuhkan sebagai pemeriksaan lanjutan.

2. Tes darah

Dalam tes ini, dokter atau perawat akan mengambil sampel darah Anda untuk dianalisis lebih lanjut. Dari hasil tes darah dapat diketahui terjadinya infeksi di dalam tubuh melalui kadar sel darah putih yang naik.

Apabila peradangan di selaput otak diikuti dengan infeksi di pembuluh darah (sepsis), sampel darah yang diambil bisa menunjukkan jenis bakteri yang menjadi penyebab meningitis.

Sayangnya, meningitis yang disebabkan oleh infeksi virus tidak menyebar hingga ke pembuluh darah sehingga diperlukan tes lain untuk memastikannya.

3.  Lumbal Pungsi

Menurut studi University of Minnesota, lumbal pungsi adalah pemeriksaan yang dapat memberikan informasi diagnostik yang utama untuk penyakit meningitis.

Prosedur tes ini dilakukan dengan mengambil sampel serebrospinal, yaitu cairan yang terdapat dalam membran yang melindungi otak dan saraf tulang belakang. Cairan akan diambil melalui jarum suntik. Analisis akan dilakukan dari komponen dalam cairan serebrospinal seperti sel darah putih, protein berikut dengan mikroorganisme yang menginfeksi.

Hasil analisis cairan serebrospinal lantas menentukan apakah benar terdapat peradangan di selaput otak dan saraf tulang belakang dan mikroorganisme penyebab infeksinya. Artinya, Anda juga bisa langsung mengetahui jenis meningitis yang dialami hanya dari pemeriksaan ini.

4. Polymerase Chain Reaction (PCR)

PCR atau tes molekular bisa dilakukan untuk menentukan jenis virus yang menyebabkan radang selaput otak. Pada tes ini, dokter akan mengambil sampel cairan tubuh, misalnya dari serebrospinal untuk kemudian diperiksa dalam laboratorium.

Sesuai fungsinya, tes ini hanya dilakukan ketika dokter mencurigai bahwa infeksi viruslah yang menjadi penyebab meningitis. Hal ini bisa diketahui karena gejala meningitis virus umumnya lebih ringan dibandingkan dengan meningitis akibat bakteri.

Selain melalui PCR, infeksi virus meningitis juga bisa diketahui melalui tes antibodi dengan hasil pemeriksaan yang bisa diperoleh lebih cepat. Namun, biasanya hasilnya tidak seakurat tes PCR.

5. Tes pemindaian

Tes pemindaian atau pencitraan untuk melihat kondisi bagian dalam tubuh yang terinfeksi sebenarnya lebih diperlukan untuk evaluasi perkembangan penyakit. Namun, pemeriksaan ini dapat membantu dokter membedakan meningitis dengan penyakit lain yang juga menyebabkan gangguan pada saraf.

Terdapat beberapa tes pemindaian yang dilakukan dalam proses diagnosis meningitis, yaitu:

  • CT atau MRI pada otak: pemeriksaan ini bisa menentukan lokasi inflamasi dari meningitis di otak. Dari tes ini mungkin juga ditemukan berbagai gangguan saraf atau kerusakan fungsi otak lain yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan pengobatan yang tepat.
  • MRI tulang belakang: tes dapat menunjukkan lokasi inflamasi dari meningitis di selaput saraf tulang belakang. Gangguan lain, seperti tumor, perdarahan, dan abses (kantung bernanah) juga dapat dideteksi.
  • Rontgen dada (X-ray): infeksi bakteri atau virus tertentu yang menyerang paru-paru dapat berkaitan dengan radang di selaput otak. Salah satu contohnya adalah meningitis tuberkulosis. Kondisi tersebut dapat dikonfirmasi dari tes pemindaian ini.

Kapan perlu melakukan pemeriksaan meningitis?

Gejala meningitis

Dari hasil pemeriksaan, dokter selanjutnya akan menentukan cara pengobatan meningitis yang tepat. Meskipun meningitis dapat ditangani melalui pengobatan medis, Anda sebaiknya tetap mewaspadai bahaya penyakit ini sejak dini.

Apabila Anda mengalami tanda-tanda dan gejala meningitis atau mengenalinya saat terjadi pada orang terdekat, segera berkonsultasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan. Waspadai gejala seperti sakit kepala kronis yang disertai gangguan leher kaku, mual, dan kejang.

Penanganan meningitis yang dilakukan sesegera mungkin bisa mencegah komplikasi berbahaya yang mengarah pada kerusakan otak permanen dan kematian.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Shmaefsky, Brian, and Hilary Babcock. Meningitis. Infobase Publishing, 2010.

Zueter, A. M., & Zaiter, A. (2015). Infectious meningitis. Clinical Microbiology Newsletter, 37(6), 43-51.https://www.doi.org/10.1016/j.clinmicnews.2015.02.004

Bahr, N. C., & Boulware, D. R. (2014). Methods of rapid diagnosis for the etiology of meningitis in adults. Biomarkers in medicine, 8(9), 1085–1103. https://doi.org/10.2217/bmm.14.67

Doherty, C. M., & Forbes, R. B. (2014). Diagnostic Lumbar Puncture. The Ulster medical journal, 83(2), 93–102. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25075138/

Versi Terbaru

29/12/2020

Ditulis oleh Fidhia Kemala

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Atifa Adlina


Artikel Terkait

6 Penyakit Menular Berbahaya Paling Umum di Indonesia

Kenapa Harus Suntik Meningitis Sebelum Berangkat ke Tanah Suci?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 29/12/2020

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan