Sedangkan penyakit tipes adalah penyakit yang berkaitan dengan saluran pencernaan, sehingga gejala demam pasti disertai dengan gejala sakit di saluran cerna, seperti sakit perut, diare, bahkan sembelit.
4. Kemunculan syok
Pada DBD, syok (kehilangan cairan yang parah) cukup sering terjadi. Sedangkan pada tipes, umumnya tidak terjadi syok jika belum terjadi komplikasi.
5. Komplikasi penyakit
Salah satu komplikasi yang paling mungkin terjadi pada DBD adalah kerusakan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan perdarahan. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini akan menyebabkan kegagalan sistem organ dalam yang berujung kematian.
Sedangkan komplikasi tipes dapat menyebabkan usus berlubang (perforasi usus) yang bisa mengakibatkan isi usus bocor ke rongga perut dan menimbulkan infeksi. Jika rongga perut sudah terinfeksi, hal tersebut akan menyebabkan peritonitis, yaitu infeksi pada jaringan yang melapisi bagian dalam perut. Infeksi ini dapat mengakibatkan berbagai organ berhenti berfungsi.
Bisakah seseorang terkena gejala tipes dan DBD bersamaan?
Sebenarnya, kedua penyakit infeksi ini mempunyai perbedaan yang cukup mencolok, dari cara penularan hingga penyebabnya yang berbeda. Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, sedangkan tipes muncul akibat kontaminasi bakteri pada makanan karena kebersihan lingkungan yang buruk.
Namun, baik gejala DBD dan tipes dapat terjadi bersamaan, bahkan cukup sering ditemukan ketika musim hujan atau perubahan cuaca ekstrem terjadi, seperti saat datangnya angin muson yang kerap kali menerpa Indonesia.
Meski belum diketahui secara pasti dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, berikut adalah kesimpulan dari para ahli terkait penyebab mengapa orang bisa kena demam berdarah dan tipes dalam waktu yang bersamaan:
1. Kena DBD membuat sistem kekebalan tubuh jadi lemah
Ketika seseorang kena demam berdarah, maka secara otomatis sistem imunnya akan sangat menurun.
Nah, ketika sistem kekebalan tubuh secara umum menurun, tubuh akan sangat mudah terserang penyakit infeksi lainnya, entah itu disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit lainnya. Bakteri Salmonella yang menjadi penyebab tifus pun tidak terkecuali.
2. Kerusakan dinding usus akibat DBD meningkatkan risiko infeksi bakteri
Infeksi demam berdarah ternyata juga dapat mengakibatkan kerusakan pada dinding usus. Hal ini dikaji dalam sebuah studi di The Southeast Asian journal of tropical medicine and public health. Ketika ini terjadi, perlindungan diri usus terhadap bakteri-bakteri jahat yang terdapat pada makanan menjadi menurun.
Akibatnya, tubuh akan rentan mengalami infeksi bakteri yang berasal dari makanan. Nah, salah satu bakteri yang mungkin menginfeksi adalah bakteri Salmonella typhi.
Ingat juga, penyakit tifus paling sering terjadi di musim hujan seperti halnya DBD. Meskipun jarang, bukanlah hal yang mustahil bila seseorang dapat terinfeksi demam berdarah dan demam tifoid dalam waktu yang sama.
Diagnosis dan pengobatan penyakit tipes dan DBD
Cara satu-satunya untuk memastikan demam yang Anda alami merupakan gejala tipes atau DBD adalah dengan melakukan tes darah.
Jadi, jika Anda mengalami demam tinggi yang sudah berlangsung selama lebih dari tiga hari, segeralah melakukan pemeriksaan darah di laboratorium terdekat. Dengan melakukan pemeriksaan darah nantinya akan diketahui secara pasti penyakit yang Anda alami.
Pada penyakit DBD, pemeriksaan biasanya dilakukan dengan memeriksa jumlah trombosit. Seseorang dikatakan terkena penyakit DBD ketika trombositnya mengalami penurunan, yaitu kurang dari 150.000 per mikroliter darah.
Sementara untuk memastikan penyakit tipes nantinya dokter akan menganjurkan Anda melakukan pemeriksaan widal setelah Anda mengalami demam paling tidak selama 5 hari. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah pada darah Anda mengandung antibodi terhadap bakteri penyebab tipes yaitu Salmonella typhi atau tidak.
Cara mengobati gejala-gejala tipes dan DBD pun tentu akan berbeda. Pengobatan DBD biasanya akan berfokus pada meningkatkan kadar trombosit di dalam tubuh, meski belum ada obat khusus yang bisa menyembuhkan penyakit ini.
Sementara itu, tifus biasanya akan ditangani dengan pemberian antibiotik, seperti ciprofloxacin, azithromycin, atau ceftriaxone.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar