backup og meta

Meskipun Mirip, Begini Cara Membedakan Gejala Tipes dan DBD

Meskipun Mirip, Begini Cara Membedakan Gejala Tipes dan DBD

Penyakit tipes dan DBD (demam berdarah dengue) memiliki gejala yang mirip satu sama lain, yaitu munculnya demam yang cukup tinggi dan badan lemas. Karena itu, banyak orang keliru menganggap demam tipes adalah DBD, begitu juga sebaliknya. Padahal jika Anda salah menduga jenis penyakit yang diderita, nantinya bisa menyebabkan kesalahan penanganan. Lantas bagaimana cara memahami beda gejala tipes dan DBD? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

Perbedaan DBD dan tifus berdasarkan penyebabnya

Meski sama-sama merupakan penyakit infeksi, DBD dan tifus memiliki berbagai perbedaan yang cukup jelas. Salah satunya adalah penyebab di balik masing-masing penyakit.

Penyebab tifus

Tipes atau bahasa medisnya disebut dengan demam tifoid merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi.

Bakteri ini masuk ke dalam tubuh atau tepatnya ke saluran pencernaan melalui makanan, minuman, atau air yang sudah terkontaminasi. Tidak menjaga kebersihan makanan dan minuman, sanitasi yang buruk, serta terbatasnya akses air bersih diduga menjadi penyebab utama penyakit tipes.

Penyebab DBD

Sementara demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk aedes aegypti paling banyak ditemui selama musim hujan dan setelah musim hujan di area tropis dan subtropis.

Sebenarnya baik penyakit tipes dan DBD merupakan dua penyakit yang paling banyak menyerang masyarakat Indonesia. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja tanpa pandang usia dan jenis kelamin. Jika tidak ditangani dengan baik dan secepatnya, kedua penyakit ini bisa membahayakan nyawa.

Perbedaan demam pada gejala tipes dan DBD

Tipes dan DBD memang memiliki gejala khas yang sama, yaitu demam tinggi. Namun, ternyata keduanya memiliki pola kemunculan yang berbeda. Berikut penjelasannya:

  • Pada DBD, demam tinggi berkisar pada suhu 39-40 derajat Celsius. Kemunculan demam biasanya bersifat mendadak. Selain itu, demam pada gejala DBD akan berlangsung sepanjang hari dan bisa bertahan sampai 7 hari.
  • Sementara itu, demam pada tifus muncul secara perlahan. Di awal kemunculan gejala, suhu tubuh tidak terlalu tinggi atau bahkan normal. Kemudian, demam akan naik secara bertahap tiap hari, dan bisa mencapai hingga 40,5 derajat Celsius. Demam tifus juga bisa saja naik turun, misalnya muncul di malam hari dan menurun di pagi hari.

Perbedaan lainnya pada gejala umum tipes dan DBD

Selain dilihat dari perbedaan demamnya, ada juga beberapa perbedaan gejala umum di antara kedua penyakit tersebut. Berikut ini adalah berbagai beda ciri-ciri tipes dan DBD yang harus Anda ketahui dan pahami.

1. Bintik atau ruam merah

Pada DBD, akan muncul bintik merah khas DBD di bagian bawah kulit yang terjadi akibat pendarahan dan bila ditekan, bintik merahnya tidak pudar.

Selain bintik merah, orang yang terkena DBD juga sering mengalami mimisan dan perdarahan ringan pada gusi. Sedangkan pada tipes, bintik merah yang muncul bukan bintik pendarahan, melainkan akibat infeksi dari bakteri Salmonella.

2. Waktu kejadian

Perbedaan lain yang cukup jelas dari gejala tipes dan DBD adalah waktu kejadian penyakitnya.

Penyakit DBD terjadi musiman, terutama saat musim penghujan di mana lingkungan yang lembap jadi tempat paling tepat untuk nyamuk bisa berkembang biak.

Sedangkan tipes bukan merupakan penyakit musiman dan bisa terjadi sepanjang tahun jika tidak menjaga kebersihan lingkungan dengan baik.

3. Rasa nyeri yang muncul

DBD terkadang menyebabkan nyeri otot, sendi, dan tulang. Nyeri ini biasanya mulai terasa setelah demam muncul. Selain itu, DBD juga akan memunculkan gejala sakit kepala parah, mual, dan muntah.

Sedangkan penyakit tipes adalah penyakit yang berkaitan dengan saluran pencernaan, sehingga gejala demam pasti disertai dengan gejala sakit di saluran cerna, seperti sakit perut, diare, bahkan sembelit.

4. Kemunculan syok

Pada DBD, syok (kehilangan cairan yang parah) cukup sering terjadi. Sedangkan pada tipes, umumnya tidak terjadi syok jika belum terjadi komplikasi.

5. Komplikasi penyakit

Salah satu komplikasi yang paling mungkin terjadi pada DBD adalah kerusakan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan perdarahan. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini akan menyebabkan kegagalan sistem organ dalam yang berujung kematian.

Sedangkan komplikasi tipes dapat menyebabkan usus berlubang (perforasi usus) yang bisa mengakibatkan isi usus bocor ke rongga perut dan menimbulkan infeksi. Jika rongga perut sudah terinfeksi, hal tersebut akan menyebabkan peritonitis, yaitu infeksi pada jaringan yang melapisi bagian dalam perut. Infeksi ini dapat mengakibatkan berbagai organ berhenti berfungsi.

Bisakah seseorang terkena gejala tipes dan DBD bersamaan?

Sebenarnya, kedua penyakit infeksi ini mempunyai perbedaan yang cukup mencolok, dari cara penularan hingga penyebabnya yang berbeda. Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, sedangkan tipes muncul akibat kontaminasi bakteri pada makanan karena kebersihan lingkungan yang buruk.

Namun, baik gejala DBD dan tipes dapat terjadi bersamaan, bahkan cukup sering ditemukan ketika musim hujan atau perubahan cuaca ekstrem terjadi, seperti saat datangnya angin muson yang kerap kali menerpa Indonesia.

Meski belum diketahui secara pasti dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, berikut adalah kesimpulan dari para ahli terkait penyebab mengapa orang bisa kena demam berdarah dan tipes dalam waktu yang bersamaan:

1. Kena DBD membuat sistem kekebalan tubuh jadi lemah

Ketika seseorang kena demam berdarah, maka secara otomatis sistem imunnya akan sangat menurun.

Nah, ketika sistem kekebalan tubuh secara umum menurun, tubuh akan sangat mudah terserang penyakit infeksi lainnya, entah itu disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit lainnya. Bakteri Salmonella yang menjadi penyebab tifus pun tidak terkecuali.

2. Kerusakan dinding usus akibat DBD meningkatkan risiko infeksi bakteri

Infeksi demam berdarah ternyata juga dapat mengakibatkan kerusakan pada dinding usus. Hal ini dikaji dalam sebuah studi di The Southeast Asian journal of tropical medicine and public health. Ketika ini terjadi, perlindungan diri usus terhadap bakteri-bakteri jahat yang terdapat pada makanan menjadi menurun.

Akibatnya, tubuh akan rentan mengalami infeksi bakteri yang berasal dari makanan. Nah, salah satu bakteri yang mungkin menginfeksi adalah bakteri Salmonella typhi.

Ingat juga, penyakit tifus paling sering terjadi di musim hujan seperti halnya DBD. Meskipun jarang, bukanlah hal yang mustahil bila seseorang dapat terinfeksi demam berdarah dan demam tifoid dalam waktu yang sama.

Diagnosis dan pengobatan penyakit tipes dan DBD

Cara satu-satunya untuk memastikan demam yang Anda alami merupakan gejala tipes atau DBD adalah dengan melakukan tes darah.

Jadi, jika Anda mengalami demam tinggi yang sudah berlangsung selama lebih dari tiga hari, segeralah melakukan pemeriksaan darah di laboratorium terdekat. Dengan melakukan pemeriksaan darah nantinya akan diketahui secara pasti penyakit yang Anda alami.

Pada penyakit DBD, pemeriksaan biasanya  dilakukan dengan memeriksa jumlah trombosit. Seseorang dikatakan terkena penyakit DBD ketika trombositnya mengalami penurunan, yaitu kurang dari 150.000 per mikroliter darah.

Sementara untuk memastikan penyakit tipes nantinya dokter akan menganjurkan Anda melakukan pemeriksaan widal setelah Anda mengalami demam paling tidak selama 5 hari. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah pada darah Anda mengandung antibodi terhadap bakteri penyebab tipes yaitu Salmonella typhi atau tidak.

Cara mengobati gejala-gejala tipes dan DBD pun tentu akan berbeda. Pengobatan DBD biasanya akan berfokus pada meningkatkan kadar trombosit di dalam tubuh, meski belum ada obat khusus yang bisa menyembuhkan penyakit ini.

Sementara itu, tifus biasanya akan ditangani dengan pemberian antibiotik, seperti ciprofloxacin, azithromycin, atau ceftriaxone.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Typhoid fever – Mayo Clinic. (2020). Retrieved November 25, 2020, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/typhoid-fever/symptoms-causes/syc-20378661 

Dengue fever – Mayo Clinic. (2020). Retrieved November 25, 2020, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dengue-fever/symptoms-causes/syc-20353078 

Typhoid – WHO. (2018). Retrieved November 25, 2020, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/typhoid 

Dengue and severe dengue – WHO. (2020). Retrieved November 25, 2020, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe-dengue 

Differentiating Dengue from Other Acute Febrile Illnesses – CDC. (n.d.). Retrieved November 25, 2020, from https://www.cdc.gov/dengue/training/cme/ccm/Differentiating%20Dengue%20AFI.pdf 

Host Response to the Dengue Virus – Scitable by Nature Education. (n.d.). Retrieved November 25, 2020, from https://www.nature.com/scitable/topicpage/host-response-to-the-dengue-virus-22402106/ 

Vejchapipat, P., Theamboonlers, A., Chongsrisawat, V., & Poovorawan, Y. (2006). An evidence of intestinal mucosal injury in dengue infection. The Southeast Asian journal of tropical medicine and public health, 37(1), 79–82.

Sharma, Y., Arya, V., Jain, S., Kumar, M., Deka, L., & Mathur, A. (2014). Dengue and Typhoid Co-infection- Study from a Government Hospital in North Delhi. Journal of clinical and diagnostic research : JCDR, 8(12), DC09–DC11. https://doi.org/10.7860/JCDR/2014/9936.5270 

Hervind, & Widyaningsih, Y. (2017). Dengue hemorrhagic fever and typhoid fever association based on spatial standpoint using scan statistics in DKI Jakarta. AIP Conference Proceedings 1862, 030159. https://doi.org/10.1063/1.4991263 

Fernández, E., Smieja, M., Walter, S., & Loeb, M. (2016). A predictive model to differentiate dengue from other febrile illness. BMC Infectious Diseases, 16(1). https://doi.org/10.1186/s12879-016-2024-y 

Seshan R.V, V., S, G., & Srikanth, P. (2016). Dengue and typhoid co-infection: A case report from a tertiary care hospital in South India. International Journal Of Case Reports And Images, 7(9), 563. https://doi.org/10.5348/ijcri-201615-cs-10076

Versi Terbaru

25/11/2020

Ditulis oleh Risky Candra Swari

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Shylma Na'imah


Artikel Terkait

Berbagai Bahaya Tipes Jika Tak Diobati dengan Tuntas

Apakah Pasien DBD Harus Rawat Inap atau Boleh di Rumah?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Risky Candra Swari · Tanggal diperbarui 25/11/2020

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan