backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Fakta COVID-19 Varian Arcturus, Gejalanya Tampak pada Mata

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 25/04/2023

Fakta COVID-19 Varian Arcturus, Gejalanya Tampak pada Mata

Hingga Senin (17/4) lalu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah mencatat terdapat tujuh kasus COVID-19 varian Arcturus di Indonesia. Meski semua pasien hanya mengalami gejala ringan, tingkat penularan yang tinggi dari penyakit infeksi ini perlu diwaspadai.

Apa itu COVID-19 varian Arcturus?

Varian Arcturus adalah subvarian atau turunan varian Omicron yang pertama kali ditemukan di India pada 23 Januari 2023. Arcturus juga dikenal sebagai subvarian Omicron XBB.1.16.

Julukan varian Arcturus sendiri diambil dari nama bintang paling terang yang terlihat di belahan bumi utara.

Menurut Kemenkes RI, varian COVID-19 ini adalah penggabungan antara BA.2.10.1 dan BA.2.75 dengan tiga mutasi pada spike protein, yakni E180V, F486P, dan K478R.

Selanjutnya, mutasi pada K478R membuat virus SARS-CoV-2 varian Arcturus sangat kebal terhadap antibodi yang tertinggal dalam tubuh dari infeksi COVID-19 sebelumnya.

Hal ini juga terkait dengan kemampuan virus untuk lebih cepat menyebar serta menyebabkan infeksi.

Sampai saat ini, belum terdapat data yang menunjukkan bahwa salah satu dari 600 subvarian Omicron ini meningkatkan keparahan dan kematian pada orang yang terinfeksi.

Akan tetapi, tingkat penularannya yang cukup tinggi membuat varian COVID-19 ini masuk ke dalam daftar variant of interest (VoI).

Varian Arcturus termasuk ke dalam variant of interest 

mutasi covid-19

Subvarian Omicron XBB.1.16 pertama kali ditemukan pada Januari dan telah dipantau oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak 22 Maret 2023 lalu.

Laporan terbaru dari WHO pada 20 April 2023 telah meningkatkan status varian Arcturus ini dari variant under monitoring (VuM) menjadi variant of interest (VoI).

Peningkatan status ini dilakukan karena kecepatan penularan varian Arcturus yang lebih tinggi daripada varian COVID-19 lain sehingga memicu kenaikan kasus di beberapa negara.

WHO mencatat XBB.1.16 telah dilaporkan di 31 negara, seperti India, Inggris, serta Indonesia.

Selain dari XBB.1.16, WHO saat ini juga sedang melacak satu varian COVID-19 lainnya, yakni XBB.1.5 atau yang lebih dikenal dengan varian Kraken.

Data terakhir dari WHO menunjukkan bahwa varian Kraken atau XBB.1.5 dilaporkan di lebih dari 96 negara di seluruh dunia.

Perbandingan COVID-19 varian Kraken dan Arcturus

Dikutip dari The Independent, para ilmuwan dari Universitas Tokyo menemukan varian Arcturus bisa menyebar 1,17 hingga 1,27 kali lebih cepat dibandingkan dengan varian Kraken. Selain itu, hasil pengamatan juga menunjukkan varian Arcturus lebih kebal terhadap antibodi COVID-19 dalam tubuh orang yang terinfeksi.

Tanda dan gejala COVID-19 varian Arcturus

Sebagai salah satu subvariannya, orang yang terinfeksi varian Arcturus kemungkinan juga akan mengalami gejala varian Omicron. Beberapa gejala yang umum, meliputi:

  • pilek,
  • sakit kepala,
  • kelelahan,
  • bersin terus-menerus, dan
  • sakit tenggorokan.

Laporan dari dokter spesialis anak di India juga menunjukkan infeksi varian Arcturus pada anak terkait dengan konjungtivitis. Kondisi ini ditandai dengan mata merah, bengkak, dan nyeri.

Berbeda dengan kasus pada umumnya, konjungtivitis akibat varian COVID-19 ini dapat disertai dengan nyeri yang lebih parah, pandangan kabur, dan kepekaan berlebih terhadap cahaya (fotofobia).

Selain itu, varian XBB.1.16 juga dikaitkan dengan gejala demam yang lebih tinggi dibandingkan varian Omicron yang jarang menyebabkan peningkatan suhu tubuh.

Demam tinggi pada varian Arcturus disebabkan oleh adanya respons peradangan tubuh yang lebih khas dibandingkan dengan infeksi varian COVID-19 lainnya.

Siapa yang lebih berisiko terinfeksi varian Arcturus?

covid-19 pada lansia

Meski belum dilaporkan dapat menyebabkan gejala yang parah dan bahkan kematian, beberapa kelompok berikut ini berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi virus SARS-CoV-2 varian Arcturus.

1. Orang dengan penyakit bawaan

Infeksi COVID-19 lebih umum terjadi pada orang yang memiliki penyakit bawaan atau komorbid, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes, dan gangguan pernapasan.

Berbagai penyakit tersebut bisa mengganggu sistem kekebalan tubuh sehingga pengidapnya lebih mudah terkena infeksi virus, termasuk COVID-19.

2. Lansia

Orang lanjut usia (lansia) lebih rentan terhadap COVID-19 karena kerja sistem kekebalan tubuh yang menurun seiring bertambahnya usia. 

Selain itu, banyak lansia juga memiliki penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, dan stroke, yang cenderung meningkatkan risiko mereka untuk terinfeksi.

3. Belum vaksinasi

Vaksinasi COVID-19 dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi dampak berat dari infeksi virus yang Anda alami.

Orang yang tidak memperoleh vaksin COVID-19 pada umumnya mengalami gejala yang lebih parah dan berisiko mengalami komplikasi serius, termasuk kematian.

Maka dari itu, penting bagi Anda untuk segera mendapatkan vaksin dosis primer dan booster.

Meski PPKM di Indonesia sudah resmi dicabut, Anda tetap perlu selalu menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker dan menerapkan perilaku hidup sehat.

Jangan lupa juga untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat apabila mengalami gejala yang dicurigai sebagai COVID-19.

Kesimpulan

  • Varian Arcturus atau XBB.1.16 merupakan subvarian atau turunan varian Omicron.
  • WHO telah memasukkan COVID-19 varian XBB.1.16 ke dalam daftar variant of interest (VoI) karena tingkat penularannya yang tinggi dan lebih kebal terhadap antibodi.
  • Orang yang terinfeksi varian ini bisa mengalami gejala berupa pilek, sakit kepala, kelelahan, sakit tenggorokan, demam tinggi, dan konjungtivitis.
  • Pengidap komorbid, lansia, dan orang yang belum vaksinasi berisiko tinggi terinfeksi varian COVID-19 ini.
  • Segera dapatkan vaksin COVID-19 primer dan booster untuk mencegah penularan dan mengurangi keparahan gejalanya.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 25/04/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan