Baca semua artikel berita seputar coronavirus (COVID-19) di sini.
Seorang pasien suspek COVID-19 yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi meninggal dunia. Pasien tersebut meninggal setelah menjalani perawatan intensif selama empat hari. Meski demikian, faktor yang menyebabkan kematian bukanlah COVID-19, melainkan infeksi bakteri legionella yang menimbulkan keluhan mirip pneumonia.
Setiap tahun, pneumonia menjangkiti sekitar 450 juta orang di seluruh dunia. Menurut sebuah penelitian dalam jurnal The Lancet, pneumonia menyebabkan 3 juta kematian pada tahun 2016 dan merupakan salah satu penyakit yang paling sering menyebabkan kematian. Lantas, apa yang membuat pneumonia begitu mematikan?
Bagaimana pneumonia menyebabkan kematian?
Pneumonia merupakan penyakit pada paru-paru akibat infeksi virus, bakteri, atau jamur. Penyakit ini menyebabkan peradangan, penumpukan cairan di paru-paru, dan bahkan penumpukan nanah pada alveoli atau kantong udara berukuran kecil yang terdapat dalam paru-paru.
Pasien dengan tubuh yang sehat biasanya pulih dari pneumonia setelah menjalani perawatan selama 1-3 minggu. Namun, pneumonia juga dapat menyebabkan dampak yang lebih berbahaya, termasuk kematian pada orang-orang dengan kondisi tertentu.
Pneumonia berawal saat patogen (bibit penyakit) memasuki saluran pernapasan lewat batuk, bersin, atau bicara dalam jarak dekat dengan pasien yang terinfeksi. Keberadaan patogen lalu memicu peradangan dan pembengkakan pada alveoli dalam paru-paru.
Paru-paru berperan penting dalam pengiriman oksigen ke seluruh tubuh. Akan tetapi, peradangan dan pembengkakan membuat paru-paru tidak dapat berfungsi secara normal. Organ-organ vital akhirnya tidak mendapatkan pasokan oksigen yang cukup.
Pneumonia mungkin tidak langsung menyebabkan kematian, tapi penyakit ini membuat tubuh pasien terus mengeluarkan reaksi peradangan untuk melawan infeksi. Respons ini mengakibatkan penurunan tekanan darah dan semakin mengurangi aliran darah menuju organ-organ vital.
Organ-organ vital akhirnya kekurangan suplai darah dan oksigen sekaligus. Kombinasi keduanya lantas mengganggu fungsi jantung, ginjal, dan organ lain yang penting untuk menunjang kehidupan pasien. Hal ini akan membuat kondisi pasien semakin menurun.
Seiring waktu, pasien juga kesulitan bernapas karena alveoli dalam paru-parunya terisi oleh cairan atau nanah. Tanpa penanganan segera, pneumonia yang sangat parah bahkan dapat menyebabkan kematian dalam hitungan jam.
Faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia
Siapa pun dapat mengalami pneumonia, tetapi ada sejumlah faktor yang meningkatkan risiko infeksi dan membuat penyakit ini menjadi lebih berbahaya. Faktor-faktor tersebut mencakup penyebab pneumonia, usia, kondisi kesehatan, gaya hidup, dan lingkungan.
Berikut faktor-faktor yang perlu diwaspadai:
1. Penyebab pneumonia
Setiap jenis pneumonia dapat menyebabkan kematian, tapi risikonya tergantung pada jenis kuman yang menyebabkan penyakit. Pneumonia akibat virus misalnya, cenderung ringan dan gejalanya muncul perlahan. Namun, infeksi virus bisa lebih rumit dibanding bakteri dan jamur.
Pneumonia bakteri biasanya lebih parah dan gejalanya bisa muncul secara tiba-tiba. Apabila tidak ditangani dengan baik, bakteri dapat memasuki aliran darah dan memicu komplikasi yang lebih berbahaya.
Sementara itu, pneumonia akibat jamur lebih banyak ditemukan pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Infeksi jamur juga dapat menimbulkan komplikasi parah seperti halnya pneumonia bakteri.
2. Usia
Pneumonia lebih sering menyebabkan kematian pada anak di bawah dua tahun, sebab sistem kekebalan tubuh mereka belum berkembang sepenuhnya. Penyakit ini bahkan menjadi penyebab kematian tertinggi pada anak-anak di Amerika Serikat, seperti dikutip dari American Thoracic Society.
Selain anak-anak, lansia berusia 65 tahun ke atas juga berisiko mengalami komplikasi parah akibat pneumonia. Pasalnya, lansia memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah sehingga sulit bagi tubuh mereka untuk melawan infeksi.
3. Kondisi medis yang sudah ada
Pneumonia kerap menyebabkan komplikasi berat dan kematian pada pasien yang telah mengidap penyakit parah atau memiliki kondisi medis tertentu. Berikut sejumlah kondisi yang perlu diwaspadai:
- Penyakit yang menyerang paru-paru seperti asma, fibrosis kistik, dan penyakit paru obstruktif kronis.
- Penyakit jantung, sel darah merah sabit, dan diabetes.
- Baru saja mengalami pilek atau flu.
- Menjalani perawatan intensif dan menggunakan ventilator untuk bernapas.
- Mengalami kesulitan dalam batuk atau menelan sehingga liur dan sisa makanan dapat memasuki paru-paru, lalu memicu infeksi.
- Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah akibat HIV atau AIDS, kemoterapi, penggunaan steroid, atau penyebab lainnya.
4. Lingkungan sekitar
Paparan jangka panjang polutan, zat kimia, dan asap rokok dapat meningkatkan risiko pneumonia dan komplikasinya. Selain kematian, pneumonia juga bisa menyebabkan komplikasi berupa:
- meningitis (infeksi pada selaput otak)
- bakteremia (kondisi masuknya bakteri ke dalam aliran darah)
- gagal ginjal
- kegagalan sistem pernapasan
- sepsis (kondisi berbahaya akibat respons kekebalan tubuh secara besar-besaran untuk melawan infeksi)
5. Gaya hidup
Gaya hidup pasien turut memengaruhi tingkat keparahan pneumonia. Pneumonia dapat menyebabkan komplikasi berat dan kematian pada pasien yang menggunakan obat terlarang, merokok, serta mengonsumsi alkohol secara berlebihan.
Kesehatan Mental Karyawan Kena PHK Karena Pandemi COVID-19