Baca semua artikel tentang coronavirus (COVID-19) di sini.
Setelah lebih dari dua bulan bekerja dari rumah, masa transisi PSBB membuat sebagian perusahaan mewajibkan kembali untuk bekerja di kantor. Namun, kembali ke gedung perkantoran yang telah lama ditinggal kosong ternyata memiliki ancaman tersembunyi bagi para pekerja. Apa ancaman kesehatan selain COVID-19?
Masalah kesehatan di gedung perkantoran yang ditinggal kosong
Kembali bekerja di kantor setelah menjalani karantina di rumah selama beberapa bulan ternyata bisa menimbulkan masalah kesehatan baru selain COVID-19.
Ancaman kesehatan tersebut muncul karena gedung perkantoran yang biasanya dipenuhi pegawai kantor ditutup selama beberapa bulan. Gedung perkantoran yang ditinggal kosong tersebut disebut bisa menyebabkan masalah kesehatan yang tak terlihat.
Menurut Andrew Whelton, profesor teknik sipil di Purdue University bangunan perkantoran tidak dirancang untuk ditinggal dalam waktu yang lama. Hal ini dibuktikan melalui penelitian dari Purdue University tentang protokol kesehatan saluran air di gedung selama COVID-19.
Para ahli mencoba memperingatkan pengelola gedung untuk memperhatikan masalah air di bangunan mereka. Pasalnya, ada kemungkinan air dapat tergenang di pipa, keran, atau toilet. Apabila lockdown atau masyarakat kembali bekerja di kantor, bakteri yang menumpuk dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Salah satu ancaman kesehatan yang paling mungkin terjadi akibat saluran air di perkantoran adalah penyakit legionnaire. Legionnaire adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang disebut sebagai legionella dan bisa menyebabkan pneumonia.
1,347,026
1,160,863
36,518
Apa itu penyakit legionnaire?
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, penyakit legionnaire merupakan salah satu ancaman kesehatan di gedung perkantoran yang telah lama ditinggal kosong. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri legionella yang dapat menimbulkan pneumonia.
Dilansir dari CDC, legionella adalah jenis bakteri yang sering ditemukan di lingkungan air tawar, seperti danau dan sungai. Bakteri ini dapat menimbulkan masalah kesehatan jika tumbuh dan menyebar di saluran air bangunan, seperti
- pancuran dan wastafel
- saluran air pendingin ruangan
- bak berisi air panas yang tidak dikeringkan setelah digunakan
- air mancur
- tangki air panas
Sementara itu, bangunan seperti rumah yang tidak menggunakan air untuk mendinginkan ruangan tidak berisiko terhadap pertumbuhan legionella.
Di Indonesia sendiri, penyakit legionnaire pernah terjadi di beberapa tempat pada 2001. Menurut hasil survei dari Kemenkes RI, bakteri ini ditemukan pada air menara sistem pendingin beberapa hotel. Hal ini terlihat dari hasil pemeriksaan darah pada petugas yang terpapar bakteri legionella.
Penyebaran bakteri ini dapat terjadi setelah mereka tumbuh dan berkembang biak dalam saluran air bangunan. Air yang mengandung legionella kemudian dapat menyebar dalam tetesan yang cukup kecil. Akibatnya, kemungkinan penularan terjadi ketika orang bernapas dan menghirup tetesan kecil air yang mengandung bakteri.
Risiko saluran air gedung perkantoran yang telah lama ditinggal kosong telah terkontaminasi oleh bakteri legionella pun ada. Berita baiknya, kebanyakan orang sehat yang terpapar legionnaire tidak menunjukkan gejala yang parah. Namun, ada beberapa orang yang berisiko mengalami kondisi yang membutuhkan perhatian, yaitu:
- orang dewasa berusia di atas 50 tahun
- perokok atau pernah merokok
- pasien penyakit paru kronis, seperti emfisema dan PPOK
- pasien yang tengah menggunakan obat yang melemahkan sistem imun
- penderita kanker
- pasien diabetes, gagal ginjal, dan gagal hati
Penyakit legionnaire di tengah pandemi COVID-19
Lantas, apa yang membuat bakteri legionella di saluran air gedung perkantoran yang telah lama ditinggal kosong membutuhkan perhatian, terutama di tengah COVID-19?
Jika melihat dari kelompok yang berisiko mengembangkan kondisi yang cukup parah, penyakit legionnaire cenderung menyerang orang dengan sistem imun lemah.
Sementara itu, menurut Menurut Caitlin Proctor, salah satu peneliti dalam studi tersebut, pasien dan penyintas COVID-19 mungkin lebih berisiko terhadap penyakit ini.
Maka dari itu, penelitian ini dibuat untuk meningkatkan kewaspadaan, baik bagi pemerintah, pengelola gedung, dan masyarakat. Dengan demikian, pengelola gedung dapat memeriksa saluran air gedung perkantoran sebelum kembali dibuka dan masyarakat lebih berhati-hati.
Cara Atasi Rasa Cemas Saat Kembali ke Kantor di Tengah Pandemi
Bagaimana menangani bakteri legionella di gedung perkantoran?
Sebenarnya, pengelola gedung perkantoran yang telah lama ditinggal kosong dapat mengurangi risiko penularan dengan menuangkan disinfektan ke sistem air. Akan tetapi, ketika air dibiarkan terlalu lama, cairan disinfektan perlahan akan menghilang.
Terlebih lagi, disinfektan akan hilang pada beberapa lantai setelah akhir pekan, sehingga airnya kembali rentan terhadap kontaminasi bakteri.
Walaupun demikian, pengelola gedung mungkin dapat membuang air yang telah tersimpan lama selama ini dan mengisinya dengan yang baru. Selain itu, mereka juga dapat menuangkan disinfektan dosis tinggi dan menaikkan suhu agar bakteri mati.
Oleh karena itu, peran masyarakat sebagai pegawai kantor mungkin dapat mengingatkan pengelola gedung untuk memelihara saluran air dengan baik. Mulai dari menghubungi departemen kesehatan masyarakat hingga rutin memeriksa pembuangan saluran air agar tidak berisi bakteri.
Satu hal yang perlu diketahui bahwa tidak semua gedung memiliki sistem air yang sama. Gedung perkantoran yang lama ditinggal kosong pun pasti memerlukan waktu tersendiri untuk membersihkan saluran air dari kontaminasi bakteri.
Bantu dokter dan tenaga medis lain mendapatkan alat pelindung diri (APD) dan ventilator untuk melawan COVID-19 dengan berdonasi melalui tautan berikut.
Kalkulator Masa Subur
Ingin Cepat Hamil? Cari tahu waktu terbaik untuk bercinta dengan suami lewat kalkulator berikut.
Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih detail.