backup og meta

7 Cara Kerja Obat di dalam Tubuh untuk Atasi Penyakit

7 Cara Kerja Obat di dalam Tubuh untuk Atasi Penyakit

Ada berbagai jenis obat di dunia. Setiap obat dibedakan berdasarkan fungsi zat yang terkandung. Berbeda jenisnya, beda pula cara kerja obat. Lantas, bagaimana mekanisme obat dalam menangani masalah kesehatan?

Berbagai macam cara kerja obat

Untuk memahami cara kerja obat, Anda perlu mengetahui peran reseptor.

Reseptor adalah protein yang tertanam di dinding sel yang bisa menerima bahan kimia lain di luar sel tubuh. 

Kandungan aktif pada obat akan menempel pada reseptor dan menghasilkan mekanisme obat tertentu.

Dari banyaknya jenis obat, berikut adalah tujuh cara kerja obat secara umum.

1. Merangsang respons tubuh melalui reseptor agonis

Bahan kimia di dalam suatu obat akan menempel di reseptor agonis atau reseptor yang membuat proses dalam sel menjadi lebih aktif.

Contoh obat dengan cara kerja ini adalah obat-obatan golongan opioid, seperti morfin, methadone, buprenorphine, hydrocodone, dan oxycodone.

Obat opioid meniru cara kerja senyawa endorfin di dalam tubuh. Endorfin memberikan efek meredakan nyeri sehingga obat opioid merangsang efek aktivitas endorfin dalam mengurangi rasa sakit.

Penting Anda ketahui

Obat opioid tergolong ke dalam obat narkotika. Penggunaan obat hanya boleh dengan resep dokter asli dengan aturan pakai obat yang lengkap.

2. Menekan respons tubuh melalui reseptor agonis

Beberapa obat juga bisa menempel di reseptor agonis, tetapi efeknya berkebalikan (inverse agonist) dengan obat opioid.

Obat justru menekan aktivitas sel atau senyawa tertentu sehingga tidak memberikan efek berbahaya bagi tubuh.

Contoh obat dengan cara kerja inverse agonist adalah cetirizine untuk meredakan gejala alergi.

Cetirizine bekerja dengan cara menempel di reseptor bernama reseptor histamin. Histamin merupakan senyawa pemicu gejala alergi. 

Setelah menempel di reseptor histamin, cetirizine justru menghalangi efek histamin di dalam tubuh.

3. Memblokir respons tubuh tapi tidak mengaktifkannya

cara kerja obat cetirizine

Cara kerja obat ini menempel di reseptor tubuh, tetapi tidak mengaktifkannya.

Obat ini justru mencegah reseptor menjadi aktif dengan mengikat sel sehingga bisa meringankan suatu gejala.

Contoh obat dengan mekanisme ini adalah obat betaprolol, yakni obat hipertensi golongan beta-blocker B1.

Betaprolol bekerja dengan cara memblokir reseptor beta-1 (B-1) yang meningkatkan detak jantung dan kekuatan jantung.

Efeknya, jantung bekerja tidak terlalu keras sehingga tekanan darah pun turun.

4. Menstabilkan respons tubuh

Cara kerja obat ini tidak merangsang, memblokir, atau menekan reseptor. Namun, obat tetap membuat reseptor bekerja sebagaimana mestinya. 

Mekanisme obat ini terjadi pada aripiprazole yang digunakan untuk pasien skizofrenia. 

Mengutip studi terbitan Frontiers in Psychiatry (2014), orang dengan skizofrenia mengalami halusinasi dan waham akibat otak melepas senyawa bernama dopamin dalam jumlah besar.

Hal tersebut membuat reseptor dopamin 2 pun meningkat.

Gejala skizofrenia juga ditandai dengan sulit bicara, tidak ada motivasi, dan sulit merasa senang. Kondisi ini disebabkan oleh berkurangnya respons reseptor dopamin.

Obat aripiprazole membantu menyeimbangkan aktivitas reseptor dopamin agar tidak terlalu aktif, tetapi tidak diblokir secara berlebihan.

5. Menukar, mengganti, atau mengumpulkan zat 

Beberapa obat juga bekerja dengan cara menukar atau mengganti zat di dalam tubuh dan menyimpannya sebagai cadangan.

Suplemen zat besi bekerja dengan mekanisme obat ini. 

Orang yang perlu suplemen zat besi biasanya adalah pasien anemia. Jumlah zat besi harus ditingkatkan dengan suplemen.

Selain itu, cara kerja obat ini juga ditemukan pada terapi hormon, misalnya suntik insulin untuk pasien diabetes tipe 1. 

6. Reaksi kimia langsung yang bermanfaat

Obat juga bisa bekerja dengan membuat reaksi kimia antara obat dengan kandungan di dalam tubuh.

Hasilnya, tubuh akan mendapatkan manfaat agar fungsinya berjalan dengan baik.

Anda bisa menemukan cara kerja ini pada suplemen antioksidan, seperti vitamin C, vitamin E, dan beta-karoten.

Antioksidan mampu mencegah atau menghilangkan radikal bebas dengan cara merusak susunannya. Radikal bebas diketahui merupakan molekul yang bisa merusak sel-sel tubuh.

7. Reaksi kimia langsung yang berbahaya

Kebalikannya, cara kerja ini bisa menyebabkan reaksi kimia antara obat dan tubuh, tetapi berbahaya dan bersifat merusak.

Beberapa obat bisa merusak atau menghancurkan sel-sel tubuh.

Meski terdengar berbahaya, cara kerja ini dibutuhkan pada beberapa jenis penyakit, misalnya obat kemoterapi untuk pasien kanker.

Obat kemoterapi mengganggu siklus pertumbuhan dan membunuh sel kanker.

Setiap obat mengandung zat aktif dengan mekanisme berbeda-beda di dalam tubuh.

Pemberian pengobatan oleh dokter tentu mempertimbangkan cara kerja zat aktif dengan tubuh Anda.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Explainer: how do drugs work?. (2022). Retrieved 8 December 2022, from https://www.sydney.edu.au/news-opinion/news/2016/04/29/explainer–how-do-drugs-work-.html

Marino, M., Jamal, Z., & Zito, P. (2022). Pharmacodynamics. Statpearls Publishing. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507791/

Church, D. S., & Church, M. K. (2011). Pharmacology of Antihistamines. The World Allergy Organization Journal, 4(Suppl 3), S22. https://doi.org/10.1097/1939-4551-4-S3-S22

Cetirizine: MedlinePlus Drug Information. (2022). Retrieved 8 December 2022, from https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a698026.html

Beta-blockers: Types, Uses and Side Effects. (2022). Retrieved 8 December 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/22318-beta-blockers

Kirino E. Profile of aripiprazole in the treatment of bipolar disorder in children and adolescents. Adolesc Health Med Ther. 2014;5:211-221. https://doi.org/10.2147/AHMT.S50015

Brisch, R., Saniotis, A., Wolf, R., Bielau, H., Bernstein, G., Steiner, J., Bogerts, B., Braun, K., Jankowski, Z., Kumaratilake, J., Henneberg, M., & Gos, T. (2014). The Role of Dopamine in Schizophrenia from a Neurobiological and Evolutionary Perspective: Old Fashioned, but Still in Vogue. Frontiers in Psychiatry, 5. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2014.00047

Hatwalne, M. S. (2012). Free radical scavengers in anaesthesiology and critical care. Indian Journal of Anaesthesia, 56(3), 227-233. https://doi.org/10.4103/0019-5049.98760

Understanding antioxidants – Harvard Health. (2019). Retrieved 9 December 2022, from https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/understanding-antioxidants

Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 24 Tahun 2021 Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian. (2021). Retrieved 6 December 2022, from https://jdih.pom.go.id/download/product/1303/24/2021

Versi Terbaru

14/12/2022

Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Kegunaan Obat Penghilang Rasa Sakit, Dosis, dan Cara Kerjanya

Waspada Efek Samping Obat Pereda Nyeri yang Bisa Terjadi


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 14/12/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan