backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Pasang Kateter Urine Bisa Picu Infeksi, Pahami Cara Mencegahnya

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 11/06/2021

    Pasang Kateter Urine Bisa Picu Infeksi, Pahami Cara Mencegahnya

    Pemasangan kateter urine ditujukan bagi pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri atau tidak dapat mengendalikan keluarnya urine selama menjalani masa perawatan medis. Mengingat alat ini akan dipasang langsung menuju saluran kemih, pasien yang menggunakan kateter urine akan rentan terhadap infeksi di area tersebut. Anda harus benar-benar memahami cara merawat kateter urine guna mencegah infeksi saluran kemih yang dapat menimbulkan komplikasi lebih lanjut.

    Pemasangan kateter urine picu infeksi saluran kemih

    Infeksi saluran kemih terkait pemasangan kateter umumnya disebabkan oleh bakteri dari peralatan medis, tangan petugas medis yang memasang kateter, atau bahkan dari tubuh pasien sendiri. Bakteri-bakteri ini bergerak melalui permukaan luar maupun permukaan dalam selang kateter menuju saluran kemih, lalu menyebabkan infeksi.

    Gejala infeksi umumnya berupa:

  • demam dan menggigil
  • sakit kepala
  • sensasi terbakar pada saluran kemih atau alat kelamin
  • urine tampak pucat akibat nanah
  • urine berbau tidak sedap
  • terdapat darah pada urine
  • nyeri punggung bagian bawah
  • Risiko infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter menjadi lebih tinggi jika Anda menggunakan kateter dalam waktu lama. Selain itu, pasien yang mengalami diare, diabetes, berjenis kelamin perempuan, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, serta keliru dalam merawat kateter juga berisiko mengalami penyakit ini.

    Cara mencegah infeksi saluran kemih

    Upaya mencegah infeksi saluran kemih harus dilakukan sejak awal tenaga medis melakukan pemasangan kateter. Mengutip panduan dari laman CDC dan SA Health, prosedur pemasangan alat ini harus dilakukan oleh tenaga medis terlatih dan kompeten dengan menerapkan poin penting sebagai berikut:

    • Pemasangan kateter hanya dilakukan bila memang diperlukan, dan harus segera dilepas begitu pasien tidak membutuhkannya lagi.
    • Tenaga medis profesional yang melakukannya harus menerapkan teknik pemasangan yang steril.
    • Kulit di area pemasangan kateter harus dibersihkan terlebih dahulu menggunakan cairan steril.
    • Menggunakan pelumas atau gel anestetik sekali pakai yang steril.
    • Mengeluarkan urine dari dalam kateter dapat dilakukan dengan dua metode. Metode pertama menggunakan kateter eksternal, sedangkan metode lainnya adalah dengan menggunakan kateter sementara yang disebut intermittent urethral catheterization.
    • Tenaga medis harus segera mengamankan posisi kateter yang telah dipasang untuk mencegah pergerakan dan daya tarik dari saluran kemih.

    Cara merawat kateter untuk mencegah infeksi

    Bakteri juga dapat menginfeksi saluran kemih pada hari kedua dan ketiga setelah kateter dipasang. Karena itu, Anda juga harus memastikan bahwa Anda telah merawat kateter dengan benar. Sebagai upaya mencegah infeksi, Anda dapat menerapkan cara berikut:

    • Selalu membersihkan tangan sebelum dan sesudah merawat kateter.
    • Tidak menekuk, meliukkan, atau melepaskan kateter dari selang pembuangan.
    • Memastikan bahwa posisi kantung penampungan urine lebih rendah dari kandung kemih untuk mencegah aliran balik.
    • Menjauhkan selang dan kantung penampungan urine dari kaki agar tidak tertarik.
    • Memastikan agar ujung selang kateter tidak menyentuh apa pun saat mengosongkan kantung penampungan.

    Prinsip mencegah infeksi ini tidak hanya berlaku di rumah sakit, tapi juga di rumah Anda bila Anda masih harus menggunakan kateter. Sebelum pulang dari rumah sakit, tanyakan pada perawat Anda semua hal yang perlu Anda ketahui tentang perawatan kateter. Bila muncul gejala infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter, segera periksakan diri Anda pada dokter terkait.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 11/06/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan