backup og meta

Pentingnya Vaksin Rabies dan Waktu Pemberiannya

Pentingnya Vaksin Rabies dan Waktu Pemberiannya

Penyakit rabies atau yang lebih dikenal sebagai penyakit anjing gila bisa menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian. Supaya terbebas dari bahaya penyakit ini, Anda bisa mengandalkan vaksin rabies. Simak informasi seputar vaksin ini dalam ulasan berikut.

Siapa saja yang membutuhkan vaksin rabies?

Rabies adalah penyakit zoonosis (menular dari hewan ke manusia) yang disebabkan oleh infeksi lyssavirus.

Virus rabies berpindah ketika seseorang tergigit oleh hewan yang telah terinfeksi virus tersebut sebelumnya. Infeksi virus ini menyerang sistem saraf manusia, lalu berpindah ke otak.

Pada awalnya, penyakit rabies mungkin tidak menunjukkan gejala yang parah. Namun, penyakit infeksi ini hampir selalu menimbulkan akibat fatal setelah gejalanya muncul.

Itu sebabnya, setiap orang memang sebaiknya memperoleh vaksin antirabies. Orang-orang yang berisiko tinggi terinfeksi virus rabies sangat dianjurkan untuk melakukan vaksinasi.

Orang-orang dalam kelompok rentan tersebut biasanya memiliki profesi yang berhubungan langsung dengan hewan, misalnya:

  • dokter hewan,
  • peternak hewan,
  • pekerja atau peneliti laboratorium yang penelitiannya melibatkan hewan yang bisa terinfeksi rabies, dan
  • orang yang bepergian ke daerah endemis rabies.

Di samping itu, orang yang tergigit oleh hewan, terutama anjing, tikus, dan hewan liar, baik yang diketahui terinfeksi rabies maupun yang tidak terinfeksi juga perlu mendapatkan vaksin.

Dalam penanganan kasus gigitan hewan, vaksin rabies dapat mencegah timbulnya gejala rabies yang bisa mengakibatkan gangguan saraf dan kelumpuhan.

Dua jenis vaksin antirabies (VAR)

Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan RI, ada dua jenis vaksin antirabies (VAR), yaitu Profilaksis Pra-Pajanan (PrPP) dan Profilaksis Pasca Pajanan (PEP).

Kedua vaksin ini dapat memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit rabies selama bertahun-tahun.

Perbedaan kedua vaksin tersebut adalah waktu pemberiannya.

Salah satu vaksin digunakan sebagai pencegahan sebelum terjadinya infeksi virus, sedangkan yang lainya untuk mengantisipasi kemunculan gejala setelah Anda terpapar virus.

1. PrPP: vaksin untuk pencegahan awal

Vaksin PrPP adalah vaksinasi untuk pencegahan yang diberikan sebelum adanya paparan atau infeksi virus rabies.

Vaksin ini berguna untuk membentuk antibodi agar sistem kekebalan tubuh mampu melawan infeksi virus sejak awal.

Kelompok orang yang paling berisiko terpapar virus rabies perlu mendapatkan vaksin PrPP.

Untuk pencegahan rabies dengan efektif, berikut 3 dosis vaksin PrPP yang harus diberikan.

  • Dosis 1: Diberikan sesuai jadwal perjanjian dengan dokter.
  • Dosis 2: Diberikan 7 hari setelah dosis pertama.
  • Dosis 3: Diberikan 21 hari atau 28 hari setelah dosis pertama.

Dosis vaksin ini mungkin bisa ditambahakan apabila Anda termasuk orang yang berisiko sangat tinggi terinfeksi virus rabies.

2. PEP: vaksin setelah terinfeksi virus

Penyuntikan vaksin juga perlu segera dilakukan setelah seseorang terkena virus rabies.

Dokter akan menyuntikkan vaksin PEP setelah membersihkan luka akibat gigitan hewan seperti tikus, anjing, dan kelelawar.

Hal ini ditujukan agar virus tak semakin menyebar dan menimbulkan gejala rabies yang berbahaya, seperti kerusakan saraf dan kelumpuhan.

Jumlah dosis vaksin antirabies yang diberikan pasca-infeksi untuk setiap orang mungkin berbeda-beda, tergantung apakah pasien telah mendapatkan vaksin PrPP atau belum.

Biasanya, seseorang yang sudah terkena virus rabies dan belum pernah divaksinasi harus mendapatkan empat dosis vaksin antirabies dengan ketentuan seperti berikut ini.

  • Dosis segera: diberikan langsung setelah Anda tergigit hewan atau terpapar virus rabies.
  • Dosis tambahan: diberikan pada hari ke-3, ke-7, dan ke-14 setelah pasien mendapatkan dosis segera.

Seseorang yang sebelumnya sudah menjalani vaksinasi PrPP bisa diberikan dua dosis vaksin antirabies PEP.

  • Dosis segera: diberikan segera setelah terpapar virus rabies.
  • Dosis tambahan: diberikan tiga hari setelah pasien mendapatkan dosis segera.

Menurut studi dari jurnal Clinical Medicine, suntikan rabies imunoglobulin (RIG) juga diperlukan pada tahap pemberian dosis segera.

RIG mampu menetralisasi virus rabies di dalam tubuh dan memberikan perlindungan efektif selama 7–10 hari.

Namun, pasien yang telah memperoleh vaksin PrPP lengkap (tiga dosis vaksin) tidak lagi memerlukan suntikan rabies imunoglobulin (RIG).

Meskipun vaksinasi masih bisa dilakukan setelah terinfeksi virus rabies, pencegahan penyakit rabies melalui vaksin tetap lebih efektif dilakukan sebelum Anda terinfeksi.

Tingkat kematian akibat rabies

Tingkat kematian akibat rabies hampir mencapai 100% jika tidak ditangani dengan tepat. Begitu gejala klinis sudah muncul, pasien umumnya akan mengalami kematian dalam beberapa hari.

Apakah ada efek samping dari vaksin rabies?

penyebab sakit kepala dan mata serta pusing

Secara umum, tidak ada efek samping yang berarti dari vaksin antirabies.

Setelah melakukan vaksin, biasanya muncul beberapa efek samping ringan, tetapi gangguan ini bisa mereda dengan sendirinya.

Efek samping dari vaksin antirabies yang mungkin muncul yaitu:

  • nyeri, bengkak, kemerahan pada area kulit yang divaksin,
  • sakit kepala,
  • sakit perut,
  • nyeri otot,
  • nyeri sendi,
  • demam, dan
  • bintik-bintik gatal pada kulit.

Efek samping serius dari vaksin antirabies memang jarang terjadi. Namun, ada beberapa kondisi yang membuat Anda tidak boleh mendapatkan vaksin ini, seperti:

  • memiliki alergi terhadap kandungan obat dalam vaksin,
  • mmengidap HIV/AIDS atau penyakit kanker,
  • minum obat yang memiliki efek melemahkan sistem imun, dan
  • sedang hamil atau menyusui.

Jika Anda memiliki salah satu atau beberapa kondisi tersebut, sebaiknya konsultasikan dulu pada dokter sebelum melakukan vaksin rabies.

Perlukah vaksin rabies untuk hewan?

anjing dan manusia bakteri usus

Vaksin rabies sebaiknya juga diberikan pada hewan peliharaan yang berisiko terinfeksi, seperti anjing dan kucing.

Selain melindungi hewan kesayangan Anda, hal ini juga termasuk dalam upaya pencegahan rabies pada manusia.

Vaksinasi untuk hewan peliharaan bisa mulai dilakukan saat hewan berumur kurang dari tiga bulan untuk satu dosis vaksin.

Dosis selanjutnya akan diberikan ketika hewan berumur lebih dari tiga bulan. Setelahnya, satu dosis vaksin lanjutan (booster) akan diberikan sekali setiap tahunnya.

Vaksin antirabies tak hanya berguna untuk perlindungan sebelum infeksi, tetapi juga untuk pencegahan setelah infeksi.

Mengingat penyakit rabies berisiko tinggi menyebabkan kematian, pemberian vaksin jauh lebih baik untuk kesehatan Anda dan hewan peliharaan di rumah.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Warrell, M., & Warrell, D. (2015). Rabies: the clinical features, management and prevention of the classic zoonosis. Clinical Medicine, 15(1), 78-81. doi: 10.7861/clinmedicine.14-6-78

Rabies VIS. (2022). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved 23 May 2023, from https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/vis/vis-statements/rabies.html

Vaccines by Disease. (2021). U.S. Department of Health and Human Services. Retrieved 23 May 2023, from https://www.hhs.gov/immunization/diseases/index.html

Rabies Bisa Dicegah dan Disembuhkan. (2018). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Retrieved 23 May 2023, from https://www.kemkes.go.id/article/view/18100300007/rabies-bisa-dicegah-dan-disembuhkan.html

Rabies. (n.d.). American Animal Hospital Association. Retrieved 23 May 2023, from https://www.aaha.org/aaha-guidelines/2022-aaha-canine-vaccination-guidelines/key-vaccination-considerations-by-antigen/rabies/

Versi Terbaru

23/05/2023

Ditulis oleh Rr. Bamandhita Rahma Setiaji

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Agar Terhindar dari Rabies, Terapkan 4 Langkah Pencegahan Ini

3 Penyebab Mulut Berbusa yang Perlu Anda Waspadai


Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Rr. Bamandhita Rahma Setiaji · Tanggal diperbarui 23/05/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan