Mencegah ejakulasi dini merupakan topik seputar masalah seksual yang umum dibicarakan pria. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan oleh jurnal Drug Discovery Today, sebanyak 30 persen laki-laki pernah mengalami ejakulasi dini.
Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None
Mencegah ejakulasi dini merupakan topik seputar masalah seksual yang umum dibicarakan pria. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan oleh jurnal Drug Discovery Today, sebanyak 30 persen laki-laki pernah mengalami ejakulasi dini.
Menurut Andrew C. Kramer, MD, ahli urologi dan dosen bedah junior di University of Maryland School of Medicine, Baltimore, ejakulasi dini bisa terjadi karena stres, serta masalah yang melibatkan emosi dan psikologis. Selain itu, ejakulasi dini juga dianggap sebagai masalah kepercayaan diri pria. Lantas, bagaimana cara untuk mencegah ejakulasi dini?
Ejakulasi dini adalah kondisi keluarnya air mani lebih cepat dari seharusnya, dapat terjadi dalam 30 detik sampai semenit bahkan mungkin juga sebelum terjadinya penetrasi. Masih menurut Kramer, ejakulasi dini dapat dikaitkan dengan disfungsi ereksi, di mana masalah ini dapat menimpa laki-laki dari berbagai kalangan tanpa melihat usia.
Meskipun belum ditemukan secara pasti penyebab disfungsi ereksi hingga ejakulasi dini, seringnya kedua masalah ini dikaitkan dengan stres, depresi, dan gangguan kecemasan. Kalau dibiarkan, masalah ini akan memengaruhi hubungan Anda dan pasangan. Anda dan pasangan mungkin akan sama-sama tidak puas. Lalu, bagaimana solusinya?
Anda bisa mengunjungi dokter untuk berkonsultasi. Dokter akan merekomendasikan sesi konseling yang melibatkan psikoterapi. Selain itu juga, akan ada sesi komunikasi dengan pasangan mengenai disfungsi seksual.
Jika Anda memiliki disfungsi seksual, ada berbagai cara mengatasi ejakulasi dini agar masalah ini tidak terulang kembali. Pengobatan ini melibatkan teknik perilaku, anestesi topikal alias pengobatan yang diberikan langsung pada kulit, dan beberapa obat-obatan medis.
Seperti dijelaskan sebelumnya, ejakulasi dini bisa terjadi karena Anda merasa tertekan. Teknik perilaku bisa dibilang tidak rumit, Anda mungkin akan direkomendasikan untuk melakukan masturbasi sekitar satu atau dua jam sebelum melakukan senggama.
Perilaku ini ditujukan untuk mengendalikan ejakulasi dini selama Anda berhubungan seksual. Cara lainnya yang mungkin direkomendasikan adalah menghindari senggama selama beberapa waktu untuk fokus pada tipe permainan atau rangsangan seksual saja, sehingga stres yang memicu perdebatan dalam pikiran Anda dapat dihilangkan.
Tidak hanya wanita saja yang bisa melakukan senam kegel, pria juga bisa melakukannya. Senam kegel menargetkan otot-otot dasar panggul. Ejakulasi dini bisa disebabkan oleh otot dasar panggul yang lemah sehingga kemampuan untuk menahan ejakulasi juga melemah.
Latihan dasar panggul dengan senam kegel dapat menguatkan otot-otot ini untuk mencegah ejakulasi dini. Di bawah ini merupakan cara melakukan senam kegel.
Teknik lain untuk mengatasi ejakulasi dini yang mungkin juga direkomendasikan oleh dokter adalah teknik jeda-remas atau pause-squeeze. Cara kerja dari metode ini adalah seperti berikut.
Teknik ini ditujukan untuk mengetahui kapan tepatnya Anda harus menahan ejakulasi dan membuat Anda terbiasa menahannya, sehingga tidak lagi membutuhkan teknik tersebut.
Anda juga bisa mencoba teknik yang disebut berhenti-mulai atau start-stop, jika melakukan teknik yang sebelumnya terasa menyakitkan. Cara melakukan teknik berhenti-mulai adalah dengan menghentikan rangsangan seksual sebelum terjadinya ejakulasi, tunggu sampai gairah menurun, lalu Anda bisa memulai kembali melakukan stimulasi-stimulasi seksual.
Selain mencegah Anda dari penyakit menular seksual, menggunakan kondom juga bisa dijadikan alternatif teknik untuk mencegah ejakulasi dini. Kondom dapat menurunkan sensitivitas, yang mana hal ini jelas menjadi alat untuk menahan ejakulasi.
Untuk menahan klimaks, Anda bisa mencari kondom yang mengandung benzocaine atau lidocaine, sebab keduanya dapat memberikan efek kebas atau mati rasa. Jika tidak ada, cari kondom yang terbuat dari lateks yang tebal.
Pada beberapa kasus, Anda mungkin akan diberikan obat-obatan medis untuk mengatasi ejakulasi dini. Ada dua tipe pengobatan yang umum diberikan dokter, yakni obat topikal yang diaplikasikan langsung pada kulit atau obat yang diminum. Berikut ini penjelasan selengkapnya.
Anestesi ini dapat berupa krim dan spray yang biasanya memiliki kandungan benzocaine, prilocaine, atau lidocine. Efek yang dihasilkan anestesi topikal adalah efek mati rasa atau kebas pada penis ereksi.
Cara menggunakannya adalah dengan mengaplikasikannya pada penis yang sudah mengalami ereksi penuh sekitar 10 hingga 15 menit sebelum melakukan hubungan seksual. Hasilnya, Anda akan mengalami penurunan sensasi tanda ejakulasi dini.
Yang perlu Anda ketahui, anestesi ini memang dapat ditoleransi, namun juga memiliki efek samping. Beberapa laki-laki dikabarkan kehilangan sensitivitasnya sementara waktu dan ada pula yang mengalami penurunan kepuasan seksual.
Beberapa pengobatan medis diklaim mampu mengatasi ejakulasi dini, di antaranya obat antidepresan, analgesik dan phosphodiesterase-5.
Dikutip dari Mayo Clinic, obat-obatan ini tidak mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (U.S. Food and Drug Administration) sebagai pengobatan untuk mencegah ejakulasi dini, sehingga memerlukan pengawasan dan resep lebih lanjut dari dokter.
Sayangnya, tidak ada cara yang ampuh untuk menghindari ejakulasi dini. Pola hidup sehat, seperti mengatur pola makan, berolahraga, berhenti merokok, dan minum alkohol bisa jadi sedikit membantu, namun tidak dapat sepenuhnya mencegah ejakulasi dini terjadi.
Dikutip dari Harvard Health, Anda disarankan untuk mempertimbangkan konsultasi ke psikoterapi atau terapi seksual jika mengalami perasaan cemas, bersalah, atau frustrasi tentang kehidupan seksual bersama pasangan.
Selain itu Anda pun tidak perlu merasa bersalah saat mengalami ejakulasi dini, karena hal ini tergolong umum dialami pria. Cobalah untuk tidak menyalahkan diri sendiri dan berkomunikasi secara terbuka dengan pasangan Anda untuk menghindari adanya miskomunikasi.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar