Penelitian yang diterbitkan pada European Urology pada 2016 itu melakukan pengamatan terhadap 31,925 peserta pria dengan mengambil data dari laporan peserta seputar seberapa sering mereka berejakulasi dalam kurun waktu hampir dua puluh tahun. Mereka juga diberi pertanyaan apakah ada gejala-gejala terkait kanker prostat yang muncul.
Sayangnya, hasil penelitian belum bisa meyakinkan anggapan di atas. Penelitian hanya bergantung pada data survei yang dilaporkan oleh peserta sendiri, bukan data dari laboratorium yang terkontrol.
Selain itu, tidak ada informasi spesifik tentang apakah ejakulasi yang terjadi merupakan hasil dari masturbasi atau dengan bantuan pasangan.
Ditambah lagi, penelitian lain pada kelompok yang sama yang terbit pada 2004 tidak menunjukkan perbedaan efek yang signifikan antara seberapa sering ejakulasi dengan risiko kanker prostat.
Sebenarnya, tak ada aturan pasti yang memperlihatkan frekuensi ejakulasi tertentu lebih baik daripada yang lain. Hanya saja, frekuensi ejakulasi bisa berbeda-beda pada setiap orang dan bergantung pada beberapa faktor seperti usia dan tingkat kesehatan tubuh.
Misalnya, dari data Sexual Exploration in America Study, orang-orang yang berusia 25-29 tahun merupakan kelompok yang paling sering ejakulasi dengan memakan persentase rata-rata sebanyak 68,9 persen. Angka menurun jadi 63,2% pada pria berusia 30-an, dan terus menurun seiring dengan bertambahnya dekade usia.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar