backup og meta

Awas, Cemburu Buta Pada Pasangan Bisa Jadi Tanda Gangguan Jiwa

Awas, Cemburu Buta Pada Pasangan Bisa Jadi Tanda Gangguan Jiwa

Cemburu itu tanda cinta, kata orang. Cemburu dalam batas wajar bisa membuat hubungan lebih langgeng. Namun hati-hati jika sudah main tuding tanpa alasan jelas — “Kamu tadi jalan bareng sama perempuan mana?!’, padahal sih ternyata ia adalah saudara sepupu pasangan Anda yang baru berkunjung setelah sekian lama. Terbakar cemburu buta bisa menjadi pertanda sebuah gangguan jiwa yang disebut sebagai sindrom Othello.

Terbakar cemburu itu wajar, tapi…

Sama seperti bahagia, marah, sedih, dan kecewa, cemburu adalah emosi alamiah manusia. Cemburu adalah insting yang dipicu oleh peningkatan aktivitas pada korteks cingulate anterior, yaitu bagian otak yang menciptakan rasa kesenangan. Namun, area otak ini juga terkait dengan pengucilan dan rasa dikhianati.

Rasa cemburu adalah tanda kalau Anda menghargai komitmen yang sebelumnya sama-sama dibuat berdua, dengan demikian Anda akan merasa kecewa kalau komitmen tersebut dilanggar. Rasa cemburu yang Anda alami juga merupakan wujud ekspresi bahwa Anda peduli dan ingin hubungan Anda dengan pasangan tetap langgeng. Cemburu menyebabkan lonjakan kadar hormon testosteron dan kortisol yang memicu hasrat untuk Anda mempertahankan pasangan setiap kali Anda dilanda cemburu. Hal ini diperkuat juga dengan adanya peningkatan aktivitas septum lateral, bagian otak yang berperan dalam mengendalikan emosi dan menjalin ikatan pada pasangan.

pasangan ingin putus

Jadi, cemburu merupakan alarm yang bertugas mengingatkan Anda bahwa hubungan asmara memang harus selalu dibina dan dipertahankan, bukan dibiarkan begitu saja. Akan tetapi, rasa cemburu bisa dibilang sehat ketika Anda tetap mampu untuk berpikir logis, tidak mendramatisir masalah sehingga terus dibiarkan berlarut-larut dan makin membesar. Cemburu yang sehat adalah ketika Anda mampu menenangkan diri dan mulai membicarakan masalah tersebut pada pasangan dengan baik-baik tanpa terbutakan emosi.

Jika rasa cemburu membuat Anda berubah menjadi obsesif dan menunjukkan perilaku posesif, hati-hati. Ini bisa jadi pertanda cemburu buta yang sama sekali tidak sehat.

Cemburu buta bisa jadi tanda sindrom Othello

Cemburu berlebihan bisa menjadi tanda Anda mengidap gangguan jiwa yang disebut sindrom Othello. Nama sindrom ini diadaptasi dari salah satu tokoh terkenal karangan Shakespeare, Othello, seorang prajurit perang yang terbakar cemburu buta setelah dipengaruhi dan dimanipulasi oleh teman sesama prajuritnya mengenai ketidaksetiaan istrinya. Pada akhirnya, Othello membunuh istrinya sendiri, meski sebenarnya sang istri sama sekali tidak melakukan hal-hal yang dituduhkan tersebut.

Sindrom Othello termasuk ke dalam gangguan kejiwaan terkait delusi. Delusi terjadi saat otak merasakan atau memproses suatu hal yang tidak benar-benar terjadi. Artinya, seseorang yang delusional tidak dapat membedakan mana kenyataan dan imajinasi, sehingga ia meyakini dan bersikap sesuai dengan hal yang ia percaya (yang padahal sangat bertentangan dengan keadaan sebenarnya). Seseorang yang memiliki sindrom Othello sangat menyakini betul bahwa pasangannya berselingkuh sehingga ia terus-menerus memendam perasaan cemburu yang berlebihan dan tidak wajar.

Mereka juga akan terus mencoba membenarkan atau membuktikan bahwa pasangannya tidak setia. Contohnya adalah dengan selalu cek galeri hape pasangan, cek sms dan chat, menjawab setiap panggilan masuk, kepo-in Facebook dan email, selalu menanyakan lokasi dan apa yang ia lakukan setiap 5 menit sekali, sampai diam-diam membuntuti pasangan kemana pun ia pergi (stalking) –  untuk mendapatkan bukti bahwa pasangannya tidak setia, walaupun sebenarnya tidak ada perubahan ganjil apapun pada diri pasangannya.

Bukannya tidak mungkin kecenderungan terbakar cemburu buta akibat sindrom Othello ini kemudian membuahkan tindak kekerasan atau kriminalitas, seperti tindak bunuh diri maupun pembunuhan, baik kepada pasangannya ataupun pihak lain yang dianggap mengganggu hubungannya dengan pasangan.

Sindrom Othello lebih banyak diidap pria, yang punya gangguan saraf

Sindrom Othello sebenarnya jarang ditemukan, namun kebanyakan diidap oleh kaum pria rentang usia 40-an. Sebuah penelitian juga menemukan bahwa sekitar 69,5% penderita sindrom Othello memiliki gangguan saraf yang mendasari perilakunya.

Beberapa penyakit neurologis yang sering dikaitkan dengan sindrom Othello adalah stroke, trauma kepala, tumor otak, penyakit neurodegeneratif (kemunduran fungsi-fungsi saraf), infeksi otak, hingga efek penggunaan obat-obatan terlarang, khususnya yang mengandung dopamin.

Kelainan otak yang biasanya terjadi pada sindrom Othello berasal dari bagian otak depan, yang secara garis besar mengatur perilaku sosial, penyelesaian masalah, serta fungsi motorik atau mengatur gerakan.

Akan tetapi, tidak berarti orang-orang sehat yang tidak masuk karakteristik di atas tidak dapat mengalami Sindrom Othello.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

  1. Tasman A, Kay J. Essentials of Psychiatry. West Sussex: John Wiley & Sons, Ltd; 2006.
  2. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan and Sadock’s Synopsis of Psychiatry. Ed ke-11. Wolters Kluwer; 2015.
  3. Graff-Radfold J, Whitwell JL, Geda YE, Josephs KA. Clinical and Imaging Features of Othello’s Syndrome. Eur J Neurol. 2012 January; 19(1): 38-46.
  4. Famuyiwa OO, Ekpo M. The Othello Syndrome. Journal of the Medical Association. 1983; 75(2): 207-9.
  5. Ortigue S, Bianchi-Demicheli F. Intention, False Belief, and Delusional Jealousy: Insights into the Right Hemisphere from Neurological Patients and Neuroimaging Studies. Med Sci Monit. 2011; 17(1).

Versi Terbaru

07/06/2018

Ditulis oleh dr. Gladys Riany

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita

Diperbarui oleh: Ajeng Quamila


Artikel Terkait

6 Cara agar Anda Tidak Lagi Dibilang Cuek

Small Talk, Obrolan Ringan untuk Membangun Keakraban


Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh dr. Gladys Riany · Tanggal diperbarui 07/06/2018

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan