Apa yang harus dilakukan ketika orang terdekat yang mengalami gangguan kejiwaan? Apakah orang dengan gangguaan jiwa atau yang kerap disebut orang gila bisa sembuh?
Pertanyaan tersebut kerap terlontar lantaran minimnya informasi sekaligus banyaknya stigma keliru terkait perawatan untuk orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Supaya stigma tersebut tidak berlanjut, pastikan Anda sudah tahu informasi berikut.
Apakah orang dengan gangguan jiwa bisa sembuh?
Gila adalah istilah yang paling sering digunakan awam untuk orang-orang yang mempunyai gangguan mental. Padahal, diagnosis gangguan mental atau gangguan jiwa tidak mengenal istilah gila.
Sama seperti penyakit fisik, gangguan mental memiliki jenis dan tingkat keparahan yang beragam.
Berdasarkan hal itulah, beberapa gangguan mental bisa disembuhkan, sementara yang lain memang diobati dengan tujuan pengendalian gejala.
Ketika gejalanya terkendali, seseorang dengan gangguan mental bisa beraktivitas dan memiliki kualitas hidup seperti kebanyakan orang.
Karena itulah, orang gila perlu mendapatkan perawatan profesional agar bisa sembuh. Memberi mereka perlakuan yang tidak pantas, seperti memasung ODGJ atau mengurungnya justru bisa memperburuk kondisi mental.
Banyak pengidap gangguan mental tidak memeriksakan kondisinya
Sampai saat ini, masih banyak orang yang abai dengan kesehatan mental. Padahal, kesehatan fisik dan mental merupakan dua hal yang saling berkaitan.
Menjaga kesehatan keduanya adalah kunci untuk kesejahteraan pribadi, penjaga hubungan dengan orang lain, dan memainkan peran penting untuk fungsi manusia kepada masyarakat.
Fenomena pengabaian gangguan jiwa sering kali berasal dari stigma yang sayangnya banyak dipercayai. Anggapan bahwa orang gila tidak bisa sembuh, ODGJ itu berbahaya, dan hal lain yang sebenarnya keliru kerap membuat orang enggan berobat.
Keengganan untuk berobat mungkin juga terjadi karena anosognosia. Ini adalah kondisi ketika seseorang tidak menyadari kondisinya sendiri akibat kerusakan otak yang memengaruhi persepsinya.
Cleveland Clinic menyebutkan bahwa anosognosia adalah kondisi yang dialami oleh lebih dari 50% orang dengan skizofrenia atau orang dengan gangguan mental kronis lainnya.
Beberapa orang juga keliru karena menganggap bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh kurangnya iman. Padahal, gangguan jiwa disebabkan oleh beragam faktor, seperti peristiwa traumatis, keturunan, sampai lingkungan, bukan keimanan seseorang.
Bahaya gangguan jiwa yang diabaikan

Sama halnya dengan penyakit fisik, gangguan mental bisa memburuk jika tidak segera diobati. Berikut adalah beberapa kondisi yang mungkin terjadi.
1. Gejala semakin memburuk
Gangguan mental tidak bisa sembuh dengan sendirinya sehingga membutuhkan tenaga kesehatan, seperti psikolog atau psikiater (dokter spesialis jiwa) untuk diagnosis dan perawatan.
Jika tidak diperiksa, gejala ODGJ bisa memburuk dan semakin mengganggu aktivitas harian.
Sebagai contoh, depresi yang dibiarkan bisa membuat seseorang enggan keluar dari rumah, bahkan untuk menerima bantuan dari orang terdekat.
2. Produktivitas harian terganggu
Gangguan jiwa yang dibiarkan bisa memengaruhi kemampuan seseorang dalam mempelajari sesuatu, bahkan hal-hal sederhana.
Pasalnya, gangguan jiwa adalah kondisi yang berkaitan dengan fungsi otak, yaitu mengolah serta menyimpan informasi (daya ingat), berpikir logis, serta mengambil keputusan.
Karena itulah, tidak sedikit anak dengan gangguan kejiwaan terpaksa drop out dari sekolah. Kondisi ini tentu juga bisa mengganggu kesempatan seseorang berkembang di pekerjaannya.
3. Kualitas hidup menurun
Seperti yang disebutkan di atas, gangguan jiwa bisa membuat pengidapnya kesulitan melakukan aktivitas sederhana, seperti bangun dari tempat tidur, memutuskan kegiatan yang akan dijalani hari ini, dan hal lain yang biasanya bisa dilakukan tanpa berpikir.
Jika dibiarkan, gangguan jiwa mungkin menimbulkan masalah baru, termasuk finansial, hubungan sosial, hingga masalah kesehatan fisik.
Dalam dunia medis, masalah fisik yang timbul akibat kondisi mental disebut gangguan psikosomatis.
4. Kematian
Hilangnya kemampuan berpikir logis pada ODGJ sering kali membuat mereka memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri.
Pikiran tersebut mungkin menjadi lebih kuat ketika mereka merasa diabaikan oleh orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, penting untuk mencari tahu cara yang baik dalam menghadapi ODGJ.
Meski sulit, cobalah memahami dan membantunya mendapatkan perawatan profesional.
Bagaimana cara mengobati gangguan jiwa?

Setiap orang dengan gangguan jiwa bisa menerima perawatan yang berbeda sesuai jenis dan tingkat keparahannya.
Di tahap awal, psikolog atau psikiater biasanya menyarankan perawatan dengan terapi perilaku kognitif. Jenis terapi ini bertujuan mengubah pola pikir dan respons negatif dari pasien menjadi positif.
Demi hasil terbaik, dokter mungkin meresepkan obat-obatan untuk gangguan jiwa yang perlu diminum teratur dalam jangka waktu tertentu.
Seseorang dengan gangguan mental umumnya juga diminta untuk memperbaiki gaya hidup, misalnya mengatur asupan makanan dan pola tidur.
Di samping perawatan secara medis, dukungan dari orang terdekat sangat dibutuhkan selama proses perawatan ODGJ. Oleh karena itu, alih-alih menjauhkan diri, cobalah untuk mendekati dan menemani mereka, terutama di saat-saat terburuknya.
Kesimpulan
- Bisa tidaknya gangguan kejiwaan untuk disembuhkan tergantung dengan jenis dan keparahannya. Jika tidak bisa disembuhkan, ODGJ tetap membutuhkan perawatan supaya gejalanya terkendali sehingga kualitas hidup tetap terjaga.
- Jika diabaikan, gangguan kejiwaan yang tadinya ringan pun bisa semakin memburuk. Kondisi ini juga akan memengaruhi kualitas hidup seseorang yang mengalaminya.
- Perawatan pertama yang umumnya diberikan pada pasien gangguan jiwa adalah psikoterapi. Jika dibutuhkan, dokter mungkin meresepkan obat. Dukungan orang di sekitar sangat dibutuhkan selama perawatan ODGJ.