backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Sering Dikira Sama, Ini Perbedaan antara Fobia dan Rasa Takut

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 12/11/2021

    Sering Dikira Sama, Ini Perbedaan antara Fobia dan Rasa Takut

    Banyak yang mengira bahwa rasa takut dan fobia adalah kondisi yang sama. Bahkan, ada beberapa orang yang mengakui ketakutannya sebagai fobia tanpa mengetahui lebih dalam tentang kondisi tersebut. Padahal, terdapat perbedaan antara fobia dan rasa takut. Apa saja perbedaannya?

    Perbedaan fobia dan rasa takut

    takut berhubungan intim

    Ketakutan adalah sebuah hal yang wajar dan merupakan bagian dari diri manusia. Sejak lahir, manusia memiliki naluri bertahan hidup yang diperlukan untuk merespons adanya bahaya atau merasa tidak aman dengan memunculkan rasa takut.

    Meski bukan perasaan yang positif, takut dapat membantu melindungi kita dengan membuat kita lebih waspada terhadap bahaya dan bersiap untuk menghadapinya. Rasa takut dapat membuat kita untuk lebih berhati-hati.

    Sedangkan, fobia merupakan salah satu jenis gangguan kecemasan di mana pengidapnya merasa ketakutan terus menerus secara berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu. Objek yang ditakuti terkadang tidaklah berbahaya. Maka dari itu, fobia kerap dianggap sebagai ketakutan yang tidak masuk akal.

    Perbedaan yang paling terlihat dari fobia dan rasa takut adalah cara menanggapi dan bagaimana keduanya bisa muncul dari diri Anda.

    1. Perbedaan gejala yang muncul

    Salah satu perbedaan rasa takut dan fobia adalah gejala yang muncul ketika berhadapan dengan objek yang ditakuti. Tak hanya memengaruhi kondisi psikis seseorang, fobia juga dapat memberikan dampak pada fisik.

    Ketika merasa gugup dan takut, terkadang orang-orang mengalami gejala fisik seperti jantung berdebar-debar atau keringat dingin. Namun, gejala-gejala tersebut akan terasa lebih parah pada orang-orang yang memiliki fobia.

    Fobia dapat membuat pengidapnya mengalami sesak napas, sensasi nyeri di dada, pusing, dan mual saat menghadapi sesuatu yang ditakuti. Tak sedikit dari mereka yang sampai pingsan.

    2. Perbedaan respons terhadap objek yang ditakuti

    Respons yang muncul ketika Anda dekat dengan objek yang ditakuti juga akan berbeda dengan fobia. Ketika dihadapkan pada objek yang membuat takut, kondisi psikis Anda tidak akan terlalu terpengaruh.

    Berhadapan dengan objek atau situasi yang menakutkan akan tetap membuat Anda merasa tak nyaman. Namun, Anda masih bisa mengatasi rasa takut tersebut. Sebagai contoh, bila Anda takut naik pesawat, Anda akan menenangkan diri dengan membaca buku di pesawat atau berdoa sebelum terbang.

    Sementara itu, bila Anda memiliki fobia, respons Anda tentunya akan lebih ekstrem. Anda akan berkeringat, gemetar, menangis, atau gejala lainnya yang semakin memburuk ketika penerbangan mengalami turbulensi.

    Anda bisa jadi tidak mau naik pesawat sama sekali. Nantinya, Anda akan berusaha untuk menghindari bepergian dengan pesawat, bahkan membatalkan liburan atau perjalanan bisnis bila tidak ada transportasi alternatif. Anda juga bisa merasa cemas walau hanya pergi ke bandara.

    3. Fobia dapat muncul tanpa pemicu

    Perbedaan lain yang cukup mencolok antara fobia dan rasa takut adalah bagaimana kondisi keduanya muncul.

    Normalnya, perasaan takut baru muncul ketika Anda berhadapan dengan objek atau situasi yang Anda takuti. Di sisi lain, orang-orang yang fobia dapat merasa cemas berlebihan tanpa harus berhadapan dengan objek yang ditakuti.

    Bahkan, dengan memikirkannya saja, seseorang dengan fobia dapat bereaksi atau mengalami gejala-gejala yang biasa terjadi ketika mereka ketakutan.

    Bagaimana cara mengatasi fobia?

    terapi ke psikolog

    Setelah mengetahui perbedaan rasa takut dan fobia, Anda tentu juga perlu mengetahui bagaimana cara mengatasinya.

    Ya, rasa takut berlebihan atau fobia dapat diatasi dengan menjalani cognitive behavioral therapy (CBT). Terapi ini dilakukan untuk mengidentifikasi, memahami, hingga mengubah pola pikir dan perilaku penderita fobia.

    Cognitive Behavioral Therapy (CBT) biasanya digabungkan dengan metode yang dapat membuat penderita fobia menghadapi ketakutannya tersebut.

    Terapi ini bertujuan agar si penderita memahami sejauh mana mereka dapat menghadapi ketakutan mereka. Cara ini juga bisa menjadi petunjuk bahwa objek tersebut tidak semenyeramkan yang mereka pikirkan.

    Walaupun hasilnya tidak instan, orang yang menderita fobia dan menjalani CBT akan mendapatkan manfaatnya bila mereka konsisten dan disiplin saat menjalani terapi.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 12/11/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan