Masalah psikologis lain yang kerap terjadi pada transgender adalah penyalahgunaan zat seperti alkohol, rokok, dan narkotika. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena mereka kesulitan menempatkan diri dalam masyarakat yang bersikap diskriminatif.
Menurut The Center for American Progress, sekitar 20-30% gay dan transgender telah melakukan penyalahgunaan zat. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan jumlah penyalahguna zat pada populasi umum yang hanya sebesar 9 persen.
Penyalahgunaan zat dapat menimbulkan masalah baru seperti kecanduan, terlebih lagi apabila orang yang mengalaminya juga memiliki trauma dan dikucilkan. Padahal, angka tersebut mungkin saja dapat dikurangi dengan menghindari perilaku diskriminasi.
Transgender dan setiap orang yang merupakan bagian dari LGBTQ+ adalah kelompok yang rentan mengalami masalah psikologis. Penyebabnya sangat beragam, mulai dari kesulitan dalam menerima jati diri hingga perilaku diskriminatif dari lingkungan.
Selain itu, orang-orang LGBTQ+ yang mengalami masalah psikologis juga cenderung mendapatkan stigma negatif ganda. Seksualitas mereka dianggap sebagai penyakit kejiwaan, dan pada saat yang sama juga dinilai sebagai penyebab masalah psikologis lain.
Masalah psikologis yang menimpa transgender sebenarnya dapat dikurangi risikonya. Salah satunya dengan menghilangkan peraturan diskriminatif di tempat umum sehingga setiap orang memiliki hak yang sama dalam beraktivitas. Selain itu, edukasi tentang seksualitas juga penting untuk mengurangi perilaku pengucilan terhadap transgender.
Anda bisa melakukan konseling kesehatan mental ke psikolog atau psikiater tepercaya jika membutuhkan bantuan terkait masalah psikologis ataupun kejiwaan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar