Infeksi HIV juga bisa terjadi jika ada kontak dengan cairan rektal pada anus. Cairan rektal sangat kaya akan sel imun sehingga virus HIV mudah melakukan replikasi atau penggandaan diri.
Cairan rektal pun menjadi sarang bagi HIV. Maka, jika pasangan yang melakukan penetrasi telah positif mengidap HIV, virus ini akan dengan cepat berpindah pada pasangannya lewat cairan rektal pada anus.
Tak seperti vagina, anus tidak memiliki sistem pembersih alami sehingga pencegahan infeksi virus lebih sulit dilakukan oleh tubuh.
Seks bebas tanpa alat kontrasepsi
Biasanya, kaum penyuka sesama jenis, transgender, dan biseksual (LGBT) berada dalam sebuah lingkaran pergaulan dan komunitas yang lebih sempit dari heteroseksual.
Ini dikarenakan kaum LGBT belum diterima secara utuh oleh masyarakat, jadi jumlahnya pun lebih sedikit dari heteroseksual.
Para anggota berbagai komunitas LGBT, terutama pada daerah tertentu, memiliki jaringan dan hubungan yang sangat erat.
Akibatnya, jika seorang gay berganti-ganti pasangan seksual, biasanya dia pun akan memilih pasangan yang berasal dari komunitas yang sama.
Inilah yang menyebabkan penularan HIV jadi lebih marak ditemukan pada kasus penyuka sesama jenis alias gay.
Di samping itu, masih banyak pasangan gay yang melakukan hubungan seks tanpa alat pengaman, misalnya kondom.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, seks anal lebih berisiko menularkan HIV. Tentu hal ini akan jadi semakin berbahaya jika seks anal dilakukan tanpa kondom.
Penularan HIV akibat perilaku seks bebas ini sebenarnya sangat bisa dicegah dengan mempraktikkan seks yang aman dan tidak berganti-ganti pasangan.
Tidak memeriksakan diri
Karena stigma sosial yang mengecam kaum LGBT dan kasus HIV sebagai penyakit kaum gay, banyak yang merasa takut untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
Padahal, beberapa hari atau minggu setelah terinfeksi HIV, pasien akan masuk tahap infeksi akut di mana virus ini dengan mudah menyebar.
Sementara pada tahap infeksi akut ini biasanya gejala-gejala yang dialami disalahpahami sebagai gejala flu biasa.
Dengan perawatan intensif yang diberikan tenaga kesehatan, infeksi virus ini bisa ditekan. Maka, menunda pengobatan dan perawatan akan semakin membuat kaum gay berisiko HIV.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar