backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Gula Batu dan Gula Pasir, Mana yang Lebih Sehat?

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 08/04/2022

    Gula Batu dan Gula Pasir, Mana yang Lebih Sehat?

    Ada banyak sekali bentuk dan jenis gula yang beredar di pasaran, salah satunya yakni gula batu. Jenis gula ini digadang-gadang lebih menyehatkan daripada gula pasir yang biasa dikonsumsi, sebab rasanya cenderung tidak terlalu manis.

    Meski begitu, bukankah gula pada dasarnya terbuat dari bahan yang sama? Benarkah gula batu lebih sehat daripada gula pasir yang Anda gunakan sehari-hari? Simak jawabannya dalam ulasan di bawah ini.

    Apa itu gula batu?

    gula dapat menjadi makanan penyebab atau pemicu kanker payudara

    Gula batu atau gula kristal adalah kembang gula bertekstur keras yang dibuat dengan proses kristalisasi larutan gula cair. Bahan yang digunakan untuk membentuk gula ini merupakan larutan gula cair yang jenuh (sudah tidak dapat larut lagi dalam air).

    Anda dapat membuat gula kristal dari jenis gula apa pun, termasuk gula tebu, gula pasir putih, dan gula merah. Larutan gula yang menjadi bahan bakunya mengalami proses kristalisasi sehingga menghasilkan gula yang kokoh layaknya batu.

    Satu sendok teh gula kristal seberat 4 gram mengandung 25 kkal energi serta 6,5 gram karbohidrat yang berasal dari kandungan gula itu sendiri. Di luar itu, bahan pemanis ini tidak mengandung protein, lemak, maupun serat.

    Gula kristal biasanya menjadi pemanis teh, kopi, makanan penutup, dan beberapa jenis makanan gurih. Oleh karena bahan bakunya merupakan campuran gula dan air, rasa manis gula kristal biasanya tidak sekuat gula pasir atau jenis gula lainnya.

    Rasa manis yang ringan tersebut dianggap ideal untuk menemani hidangan yang gurih sekalipun. Bahkan, karena alasan yang sama, banyak yang meyakini bahwa gula batu lebih menyehatkan daripada gula pasir pada umumnya.

    Beda gula batu dan gula pasir

    gula rafinasi

    Kristalisasi merupakan proses perubahan wujud zat dari cair menjadi padat. Berbekal prinsip ini, perlu diketahui bahwa proses kristalisasi gula hanya mengubah bentuknya, tapi tidak dengan kandungan gizinya.

    Baik gula batu maupun gula pasir sama-sama terbuat dari sukrosa. Satu-satunya yang menjadi pembeda yakni gula kristal mengandung lebih banyak air. Kalaupun ada beda kandungan antara keduanya, selisihnya mungkin hanya sebesar 0,21 persen. 

    Sebagai gambaran, dalam 100 gram gula pasir terdapat karbohidrat sebanyak 99,98 gram. Sementara itu, gula kristal dengan jumlah yang sama mengandung karbohidrat sebanyak 99,70 gram.

    Melihat angka yang tidak jauh berbeda tersebut, terbukti bahwa gula batu tidak lebih sehat daripada gula pasir. Konsumsi gula kristal maupun gula pasir, terutama dalam jumlah besar, sama-sama berdampak buruk bagi kesehatan.

    Sesuai anjuran Kementerian Kesehatan RI, batas asupan gula yang aman bagi kesehatan yaitu maksimum 50 gram per hari atau setara dengan empat sendok makan. Akan lebih baik lagi bila Anda bisa membatasinya menjadi 25 gram per hari.

    Jika Anda ingin membandingkan mana gula yang baik untuk diabetesi (penderita diabetes), gula batu maupun gula pasir masih sama-sama memiliki risiko bahaya. Para ahli juga masih perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hasilnya.

    Keunggulan dan kekurangan gula kristal

    Setiap bahan pemanis memiliki keunggulan dan kekurangannya tersendiri, begitu pun gula kristal. Di bawah ini beberapa hal yang bisa Anda pertimbangkan.

    1. Menyediakan energi dengan cepat

    Gula batu, gula pasir, dan madu murni merupakan karbohidrat sederhana. Sistem pencernaan dapat menguraikan karbohidrat sederhana menjadi glukosa dalam waktu yang singkat. Dengan begitu, tubuh Anda pun akan mendapatkan energi dengan cepat pula.

    2. Rasa manisnya tidak begitu tajam

    Ingat bahwa bahan baku gula kristal merupakan campuran air dan gula pasir. Molekul gula akan larut dalam air sehingga hasil akhir proses kristalisasi tentulah gula dengan rasa yang tidak begitu manis.

    3. Bisa menyebabkan gigi berlubang

    Gula kristal tidak berbeda dengan gula pasir yang dapat menempel pada gigi. Bakteri menyukai gula ini dan mengambil makanan darinya. Pada saat yang sama, bakteri juga menghasilkan asam yang dapat mengikis gigi dan menyebabkan gigi berlubang.

    4. Meningkatkan risiko gangguan kesehatan

    Gula jenis apa pun yang dikonsumsi berlebihan dapat berdampak buruk bagi tubuh. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa konsumsi gula melebihi batas asupan berkaitan dengan risiko obesitas, penyakit jantung, dan diabetes tipe 2.

    Gula batu pada dasarnya adalah gula pasir yang telah dilarutkan dan berubah bentuk menjadi kristal. Maka dari itu, kandungan gizi dan risiko kesehatannya pun tidak berbeda dengan gula pasir pada umumnya.

    Tidak ada salahnya menggunakan gula kristal sebagai pemanis saat minum teh atau kopi. Namun, tetap batasi asupannya agar tidak kebanyakan, mengingat dapat menimbulkan masalah kesehatan yang tidak Anda inginkan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 08/04/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan