backup og meta

9 Efek Samping Operasi Plastik yang Perlu Diketahui

9 Efek Samping Operasi Plastik yang Perlu Diketahui

Ada beragam alasan operasi plastik dilakukan, seperti untuk alasan kecantikan atau kesehatan. Namun, sama seperti prosedur medis lainnya, operasi plastik dapat mengakibatkan efek samping dan komplikasi.

Penting mengetahui apa saja bahaya operasi plastik sebelum Anda memutuskan untuk menjalaninya.

Berbagai efek samping operasi plastik

Efek samping operasi plastik yang paling umum adalah wajah membengkak, kemerahan, atau rasa nyeri setelah selesai prosedur. 

Selain risiko ini, ada kemungkinan efek samping dari anestesi, tapi  akan mereda sendiri seiring waktu.

Berikut beberapa efek samping serta komplikasi operasi plastik lainnya yang mungkin terjadi.

1. Hasil yang tidak sesuai

pertanyaan yang haru diketahui sebelum operasi plastik

Ketakutan terbesar orang yang menjalani operasi plastik, terutama jenis operasi plastik wajah, adalah hasil yang tidak sesuai keinginan.

Bukannya mendapatkan wajah yang selama ini diimpikan, Anda bisa makin tidak menyukai bentuk wajah Anda.

Hasil yang tidak sesuai juga bisa terjadi pada operasi payudara, misalnya payudara menjadi tidak simetris.

2. Bekas luka

Jaringan parut merupakan bekas luka yang tebal, menonjol, dan sulit hilang, salah satu jenisnya adalah keloid.

Jaringan ini bisa muncul selama proses penyembuhan luka operasi plastik. Namun, kemunculannya tidak selalu dapat diprediksi.

Biasanya sayatan operasi plastik yang mengakibatkan kerusakan kulit serius bisa menimbulkan jaringan parut.

Menurut sebuah riset dalam Archives of plastic surgery (2017) risiko munculnya keloid pasca-operasi plastik pengencangan perut sebesar 1 – 3,7 persen. 

3. Kerusakan saraf atau mati rasa

Dalam beberapa kasus, saraf dapat rusak atau terputus selama prosedur operasi plastik. 

Ketika terjadi kerusakan saraf di wajah, Anda tidak bisa berekspresi dengan normal atau mengalami kelopak mata atas turun (ptosis). 

Mati rasa dan kesemutan juga umum terjadi setelah operasi plastik, sekaligus bisa menjadi tanda kerusakan saraf. 

Gangguan pada saraf umumnya bersifat sementara, tetapi dalam beberapa kasus bisa menjadi kerusakan saraf permanen.

4. Infeksi

Risiko infeksi luka operasi dapat dipicu oleh bakteri yang masuk saat atau setelah proses operasi. Namun, peluang infeksi luka operasi termasuk kecil. 

Selulitis infeksi kulit dapat terjadi setelah operasi plastik. Dalam beberapa kasus, infeksi bisa bersifat internal dan parah, bahkan membutuhkan antibiotik intravena.

5. Hematoma

hematoma

Hematoma adalah penggumpalan darah di luar pembuluh darah. Efek samping operasi plastik ini membuat area yang dioperasi bengkak dan memar.

Dalam beberapa kasus, hematoma bisa cukup besar untuk menyebabkan rasa sakit dan bahkan menghambat aliran darah yang melalui area terdampak. 

6. Trombosis vena dalam dan emboli paru

Trombosis vena dalam adalah suatu kondisi di mana gumpalan darah terbentuk di pembuluh darah dalam, biasanya di kaki. 

Saat gumpalan ini pecah dan berpindah ke paru-paru, kondisi ini dapat menjadi pulmonary embolism.

Komplikasi operasi plastik ini relatif jarang terjadi. Namun, penggumpalan darah bisa berakibat fatal.

Riset dari dalam Aesthetic surgery journal (2017) menyebutkan efek samping ini hanya mempengaruhi 0,09% dari semua pasien yang menjalani operasi plastik. 

Selain itu, prosedur operasi plastik perut lebih berisiko menyebabkan trombosis vena dan emboli paru.

7. Seroma

Seroma adalah suatu kondisi yang terjadi ketika serum atau cairan tubuh steril menggenang di bawah permukaan kulit.

Kondisi tersebut kemudian mengakibatkan pembengkakan dan terkadang nyeri, atau menimbulkan infeksi. 

Seroma merupakan komplikasi paling umum operasi plastik pengencangan perut, terjadi pada 15 – 30% pasien yang menjalani operasi.

8. Komplikasi anestesi

Anestesi adalah obat bius yang memungkinkan pasien menjalani operasi tanpa merasakan rasa sakit.

Anestesi umum terkadang dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi paru-paru, stroke, serangan jantung, dan kematian. 

Terbangun di tengah operasi sebenarnya sangat jarang terjadi, tetapi ada risikonya.

Risiko anestesi yang lebih umum termasuk:

  • gemetar,
  • mual dan muntah, dan 
  • bangun dengan bingung atau disorientasi.

9. Kematian

Kematian menjadi risiko operasi plastik yang paling jarang terjadi. Persentasenya bahkan mungkin kurang dari satu persen. 

Data dari Plastic and Reconstructive Surgery (2019) menunjukkan sepanjang tahun 2012 -2017 terjadi 42 kematian di Amerika Serikat akibat prosedur operasi plastik. 

Setidaknya, 25 kasus kematian akibat operasi plastik terjadi akibat trombosis vena dalam dan emboli paru. 

Informasi tambahan

  • Komplikasi operasi plastik lebih sering terjadi pada perokok, lansia, dan orang dengan obesitas.
  • Anda dapat mengurangi risiko efek samping operasi yang tidak diinginkan dengan berkonsultasi terkait kondisi Anda kepada ahli bedah plastik. 
  • Anda juga perlu mengetahui lebih dalam reputasi fasilitas kesehatan di mana operasi akan dilakukan.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Bucknor, A., Egeler, S. A., Chen, A. D., Chattha, A., Kamali, P., Brownstein, G., Reed, L., Watts, D., & Lin, S. J. (2018). National Mortality Rates after Outpatient Cosmetic Surgery and Low Rates of Perioperative Deep Vein Thrombosis Screening and Prophylaxis. Plastic and reconstructive surgery142(1), 90–98. https://doi.org/10.1097/PRS.0000000000004499

Kaoutzanis, C., Winocour, J., Gupta, V., Ganesh Kumar, N., Sarosiek, K., Wormer, B., Tokin, C., Grotting, J. C., & Higdon, K. K. (2017). Incidence and Risk Factors for Major Hematomas in Aesthetic Surgery: Analysis of 129,007 Patients. Aesthetic surgery journal37(10), 1175–1185. https://doi.org/10.1093/asj/sjx062

Rohrich, R. J., Mendez, B. M., & Afrooz, P. N. (2018). An Update on the Safety and Efficacy of Outpatient Plastic Surgery: A Review of 26,032 Consecutive Cases. Plastic and reconstructive surgery141(4), 902–908. https://doi.org/10.1097/PRS.0000000000004213

Swanson E. (2013). Prospective outcome study of 225 cases of breast augmentation. Plastic and reconstructive surgery131(5), 1158–1166. https://doi.org/10.1097/PRS.0b013e318287a0e1

Thomas, A. B., Shammas, R. L., Orr, J., Truong, T., Kuchibhatla, M., Sergesketter, A. R., & Hollenbeck, S. T. (2019). An Assessment of Bleeding Complications Necessitating Blood Transfusion across Inpatient Plastic Surgery Procedures: A Nationwide Analysis Using the National Surgical Quality Improvement Program Database. Plastic and reconstructive surgery143(5), 1109e–1117e. https://doi.org/10.1097/PRS.0000000000005537

Vidal, P., Berner, J. E., & Will, P. A. (2017). Managing Complications in Abdominoplasty: A Literature Review. Archives of plastic surgery44(5), 457–468. https://doi.org/10.5999/aps.2017.44.5.457

Washer, L. L., & Gutowski, K. (2012). Breast implant infections. Infectious disease clinics of North America26(1), 111–125. https://doi.org/10.1016/j.idc.2011.09.003

Winocour, J., Gupta, V., Kaoutzanis, C., Shi, H., Shack, R. B., Grotting, J. C., & Higdon, K. K. (2017). Venous Thromboembolism in the Cosmetic Patient: Analysis of 129,007 Patients. Aesthetic surgery journal37(3), 337–349. https://doi.org/10.1093/asj/sjw173

FAQ: Breast Augmentation. (n.d.). Michigan Medicine. Retrieved 26 December 2022, from https://www.uofmhealth.org/conditions-treatments/surgery/plastic/breast/faqs

Versi Terbaru

19/01/2023

Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Memahami Septorhinoplasty, Operasi Plastik untuk Hidung

Operasi Plastik, Ini Tujuan dan Alasan Banyak Orang Mencobanya


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 19/01/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan