Orang dengan gangguan jiwa kerap mendapat perlakuan yang tidak pantas seperti dipasung dan dikurung. Keadaan ini bisa terjadi karena minimnya pengetahuan dan stigma yang telah ada sejak lama. Lalu, sebenarnya apa yang harus dilakukan saat seseorang mengidap gangguan jiwa? Apakah orang dengan gangguan jiwa atau disebut gila bisa sembuh?
Apakah orang dengan gangguan jiwa bisa sembuh?
Gila adalah istilah yang paling sering digunakan awam untuk orang-orang yang mempunyai gangguan mental. Padahal, diagnosis gangguan mental atau gangguan jiwa tidak mengenal istilah gila.
Gangguan jiwa merupakan kondisi kesehatan yang melibatkan perubahan emosi, pemikiran, perilaku, atau kombinasi dari ketiganya. Gangguan jiwa berhubungan dengan stres atau masalah pada aktivitas sosial, pekerjaan, dan keluarga.
Beberapa kasusnya ringan dan hanya mengganggu di saat-saat tertentu seperti fobia. Dalam kondisi parah, kondisi ini dapat mengganggu keseluruhan fungsi manusia dalam menjalani aktivitas dan bersosialisasi.
Penyakit mental bisa terjadi pada siapa saja tanpa pandang usia, jenis kelamin, ras, latar belakang, atau aspek identitas budaya lainnya. Sama halnya dengan penyakit yang menyerang fisik, gangguan jiwa bisa disembuhkan. Bahkan, sebagian dari mereka bisa kembali menjalani aktivitas seperti biasa setelah sembuh.
Kebanyakan penderita gangguan mental tidak memeriksakan keadaannya
Banyak orang sering abai dengan kesehatan mental mereka. Padahal, mental yang sehat merupakan kunci untuk kesejahteraan pribadi dan emosional, penjaga hubungan dengan orang lain, dan memainkan peran penting untuk fungsi manusia kepada masyarakat.
Hal ini bukan hanya terjadi di kalangan awam saja, para tenaga kesehatan juga kerap masih lalai dalam menjaga kesehatan mentalnya. Menurut Monthly Index of Medical Specialities (MIMS), hampir 50 persen tenaga kesehatan tak menghiraukan kondisi mental mereka.
Stigma merupakan penghalang terbesar saat ini. Anggapan dan perkataan seperti gangguan jiwa tidak harus diperiksakan ke dokter, bisa sembuh dengan sendirinya, dan ODGJ itu berbahaya bisa membuat orang enggan untuk berobat.
Ada pula orang-orang yang mengalami anosognosia, yaitu kondisi di mana seseorang menunjukkan tanda yang jelas dari gangguan jiwa, tetapi tidak menyadari hal tersebut karena kurangnya pemahaman akan diri sendiri. Kondisi ini terdapat pada 50 persen pasien dengan skizofrenia atau keadaaan gangguan mental kronis lainnya.
Faktor lainnya meliputi takut akan efek samping obat, khawatir dengan hasil diagnosis, dan merasa hal tersebut membuang waktu dan uang.
Beberapa orang juga keliru dengan beranggapan bahwa gangguan jiwa disebabkan karena kurang iman. Padahal, gangguan jiwa disebabkan oleh gangguan pada keseimbangan zat kimia (neurotransmitter) atau kerusakan sel dan saraf otak seseorang.
Bahaya jika gangguan jiwa diabaikan
Serupa dengan penyakit fisik, penyakit mental juga bisa menjadi semakin memburuk bila penderitanya tidak segera melakukan pemeriksaan dan pengobatan.
1. Kondisi ODGJ bertambah buruk
Gangguan mental tidak dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tetap perlu untuk mendatangi tenaga kesehatan yang ahli (dokter spesialis jiwa, juga dikenal dengan istilah psikiater) untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Jika tidak diperiksakan, gejala-gejala yang dialami ODGJ bisa bertambah buruk, bahkan lebih parah dari sebelumnya. Sebagai contoh, Anda mungkin jadi semakin tidak bisa keluar dari rumah karena depresi dan putus asa.
2. Merusak fungsi kognitif otak
Jika gangguan jiwa menyerang Anda, keadaan ini bisa memengaruhi prestasi di sekolah atau kemampuan untuk belajar apa saja.
Pasalnya, gangguan jiwa adalah masalah yang berkaitan dengan fungsi normal otak yaitu mengolah informasi, menyimpan informasi (daya ingat), berpikir logis, serta mengambil keputusan.