Seperti yang sudah banyak diketahui, stres tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan mental tetapi juga keadaan fisik Anda. Sebagian dari Anda mungkin lebih kenal dengan efeknya yang membuat nafsu makan berkurang, sehingga akan membuat berat badan Anda menurun. Namun, beberapa orang malah mengalami berat badan yang naik karena stres, bagaimana bisa?
Bagaimana stres bisa membuat berat badan naik
Memang, efek stres pada setiap orang dapat berbeda-beda. Ada yang kehilangan nafsu sampai akhirnya melewatkan jam makan, ada juga yang malah menjadikan makanan sebagai pelarian dari tekanan dan rasa sedih.
Perlu diketahui, berat badan yang naik akibat stres juga dipengaruhi oleh faktor hormonal.
Saat Anda stres, tubuh akan melepaskan tiga jenis hormon, yaitu kortisol, adrenalin, dan norepinephrine. Hormon adrenalin dan norephinephrine yang bekerja bersama akan meningkatkan kewaspadaan tubuh untuk merespon sesuatu yang membuat Anda tertekan.
Efek dari kedua hormon tersebut hanya berlangsung sebentar sebelum akhirnya kembali normal dan digantikan dengan munculnya hormon kortisol.
Sebetulnya, hormon kortisol sendiri memiliki berbagai kegunaan untuk tubuh. Kortisol menjaga persediaan energi dengan merangsang metabolisme menggunakan lemak dan karbohidrat. Selain itu, kortisol juga berguna dalam menjaga keseimbangan cairan dan kadar gula darah serta menekan fungsi organ tubuh yang tidak digunakan.
Dengan kata lain, kortisol membantu tubuh agar lebih efektif ketika menghadapi situasi yang mengancam. Proses ini juga akan menghasilkan efek berupa peningkatan nafsu makan.
Sayangnya, jika stres tidak dapat dikendalikan, hormon kortisol yang masih ada dalam tubuh akan meningkat. Hal ini menyebabkan nafsu makan Anda naik saat stres yang tentunya bisa berujung pada berat badan yang bertambah.
Karena hormon kortisol menggunakan lemak dan karbohidrat untuk menjalankan laju metabolisme, Anda juga jadi cenderung menginginkan makanan yang manis dan berlemak.
Stres dapat memperlambat metabolisme tubuh pada wanita
Fakta ini ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Universitas Negeri Ohio pada tahun 2015.
Pada penelitian tersebut, peserta yang semuanya adalah wanita ditanya seputar hal-hal pemicu stress sebelum diberikan makanan tinggi lemak dan kalori. Setelah itu, peneliti akan menghitung tingkat metabolisme tubuh serta memeriksa kadar gula darah, insulin, trigliserida, dan kortisol.
Hasilnya, peserta yang memiliki pemicu stres membakar kalori jauh lebih sedikit dibandingkan dengan peserta yang sedang baik-baik saja. Mereka juga memiliki tingkat insulin lebih tinggi yang juga akan berdampak pada penumpukan lemak dalam tubuh dan berakibat pada perut hingga jadi buncit.
Cara mengatasi berat badan naik akibat stres
Salah satu hal yang sering dianjurkan jika Anda tidak ingin mengalami naik berat badan adalah mengatur manajemen stres dengan baik. Namun, jika hormon kortisol sudah terlanjur mengambil alih tubuh Anda, berikut adalah beberapa hal yang dapat Anda lakukan.
Memilih makanan dengan kandungan lemak baik
Hormon kortisol dapat bekerja dengan sempurna ketika ada persediaan lemak. Untuk mengakalinya, lebih baik konsumsi makanan yang mengandung lemak baik seperti salad dengan alpukat atau minyak zaitun. Namun, ingatlah untuk tetap memilih satu jenis sumber lemak baik dalam setiap makanan agar tidak berlebihan.
Mengendalikan porsi makan
Menahan keinginan untuk makan memang terkadang sulit, tapi tetap harus dilakukan agar tidak menimbulkan berat badan naik setelah lepas dari stres. Bila hal ini masih dirasa memberatkan, perbanyak porsi makanan yang mengandung serat dan air tinggi serta rendah kalori seperti sayuran.
Olahraga
Menjaga tubuh terus bergerak adalah kunci yang akan menghindari Anda dari masalah berat badan berlebih. Selain membakar lemak, olahraga juga dapat membantu menghilangkan stres dengan mendorong keluarnya hormon endorfin yang membuat tubuh lebih rileks dan bahagia. Tidak harus dengan olahraga berat, Anda juga bisa berjalan kaki selama 30 menit tiga jam setelah setelah makan.