Selama ini, Anda mungkin sudah sering mendengar istilah FoMO atau fear of missing out. Namun, tahukah Anda bahwa beberapa orang justru lebih senang ketika melewatkan suatu informasi atau pengalaman? Kondisi ini dikenal dengan istilah JoMO.
JoMO kerap dianggap lebih baik dari FoMO yang biasanya membuat Anda khawatir melewatkan informasi dan pengalaman yang sedang ramai dibicarakan. Lantas, benarkah demikian? Berikut ulasannya.
Apa itu JoMO?
JoMO atau joy of missing out adalah istilah yang merujuk pada tindakan untuk memilih tidak terlibat dalam kegiatan tertentu, terutama yang berkaitan dengan media sosial atau sumber hiburan lainnya.
Joy of missing out didefinisikan sebagai perasaan puas pada diri sendiri dan hal-hal yang disukai sehingga Anda tidak merasa butuh mengetahui atau mengikuti hal-hal yang sedang ramai dibicarakan.
Secara tidak langsung, JoMO bisa membantu seseorang mengendalikan obsesi akan suatu hal, salah satunya adalah kecanduan bermain media sosial.
Tak dapat dipungkiri bahwa ada orang-orang yang berupaya menjadi yang paling up-to-date dan mengikuti berbagai tren yang sedang ramai di media sosial demi mendapat pengakuan dari orang lain.
Untuk mendapatkan pengakuan, mereka mungkin rela melakukan hal-hal yang berlebihan, seperti mengorbankan uang tabungan atau menunjukkan sikap yang dibuat-buat.
Karena itulah, JoMO kerap dinilai lebih baik dari FoMO karena bisa membuat Anda mengendalikan diri sendiri dan tidak memiliki kebiasaan membanding-bandingkan diri dengan orang lain.
Dengan menerapkan JoMO, Anda diharapkan bisa lebih fokus pada sesuatu yang produktif dan memiliki emosi yang lebih stabil atau tidak mudah terpengaruh.
Bagaimana cara menerapkan JoMO dalam keseharian?
Salah satu hal yang ingin ditekankan dalam praktik JoMO adalah memberikan lebih banyak waktu, tenaga, dan emosi untuk hal-hal yang bisa memberikan kepuasan bagi diri sendiri tanpa merasa terbebani.
Demi mencapai tujuan tersebut dan lebih bisa menikmati kebahagiaan sederhana dalam hidup Anda, ikutilah beberapa langkah berikut.
1. Nikmati waktu tanpa teknologi
Laman Cleveland Clinic menyebutkan bahwa pembatasan media sosial adalah salah satu cara efektif untuk menciptakan joy of missing out.
Setelah itu, Anda bisa memanfaatkan waktu bermain media sosial media untuk hal-hal lain, seperti beristirahat, membaca buku yang sudah lama tergeletak, atau bertemu teman.
2. Jangan takut berkata tidak
Mendapatkan ajakan nongkrong secara berturut-turut? Jika Anda sudah kelelahan dan tidak lagi bisa menikmatinya, jangan takut untuk melakukan penolakan.
Sejatinya, Anda memang membutuhkan waktu untuk diri sendiri tanpa keterlibatan orang lain. Oleh karena itu, jangan takut menolak ajakan yang sebenarnya tidak Anda inginkan.
3. Cari tahu hobi atau minat Anda
Seseorang sering kali mudah merasa FoMO karena belum tahu apa yang diinginkannya. Ingat, tidak ada kata terlambat untuk mencari hobi yang bisa memberikan kebahagiaan tersendiri bagi diri Anda.
Ketika memiliki hobi atau minat terhadap suatu hal, Anda akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk hal tersebut sehingga tidak harus menggunakan media sosial setiap hari.
Ingat, JoMO bukan berarti Anda harus benar-benar menghilang dan tidak bersosialisasi dengan orang lain.
Sebaliknya, JoMO justru akan membantu Anda membangun koneksi yang lebih dalam dengan orang-orang di sekitar, seperti keluarga atau sahabat.
Meski menawarkan manfaat, bukan berarti Anda harus menerapkan joy of missing out setiap waktu. Terkadang, Anda tetap harus memiliki rasa ingin tahu akan hal-hal tertentu.
Sebagai contoh, pada era COVID-19 lalu, FoMO akan mendorong Anda mengetahui informasi terbaru akan penyakit tersebut.
FoMO maupun JoMO bukanlah suatu gangguan mental. Namun, jika Anda merasa tidak bisa mengendalikan ketertarikan akan hal tertentu atau merasa terlalu sering menarik diri dari lingkungan di sekitar, tak ada salahnya untuk berkonsultasi ke profesional.