backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Alexithymia, Kondisi yang Bikin Anda Sulit Ungkapkan Emosi

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 07/09/2023

Alexithymia, Kondisi yang Bikin Anda Sulit Ungkapkan Emosi

Tidak semua orang mampu mengungkapkan emosinya dengan baik. Terlebih lagi untuk orang yang memiliki alexithymia, ini tentu menjadi suatu hal yang lebih sulit lagi. Ketahui ciri-ciri, penyebab, dan cara mengatasinya di sini.

Apa itu alexithymia?

Saat menghadapi pertanyaan, “Bagaimana perasaanmu?” Anda mungkin bingung menentukan jawabannya. Inilah gambaran kecil dari apa yang dialami oleh orang-orang dengan alexithymia.

Meski paham bahwa dirinya sedang senang, mereka tidak tahu cara untuk mengungkapkannya.

Alexithymia adalah ketidakmampuan dalam mengungkapkan emosi. Kondisi ini sering dikaitkan dengan gangguan antisosial, tetapi keduanya memiliki karakteristik yang berbeda.

Pada dasarnya, alexithymia bukanlah penyakit atau gangguan mental, melainkan kondisi subklinis.

Artinya, ciri-cirinya tidak dapat disamakan dengan gejala penyakit klinis, misalnya flu, diabetes, depresi, gangguan bipolar, maupun post-traumatic stress disorder (PTSD).

Meski demikian, kondisi ini merupakan fenomena psikologis yang tetap diakui keberadaannya.

Kondisi ini sering dikaitkan, bahkan muncul secara bersamaan dengan gangguan mental, misal depresi, PTSD, gangguan makan, autisme, hingga skizofrenia.

Alexithymia dan autisme

Alexithymia memiliki hubungan yang kuat dengan gangguan spektrum autisme (ASD). Studi dalam Frontiers in Psychology (2018) menunjukkan bahwa sekitar setengah dari penyandang autisme berpeluang besar mengalami kesulitan mengungkapkan emosi.

Ciri-ciri orang dengan alexithymia

mengatasi rasa sedih

Secara umum, ciri-ciri utama dari alexithymia adalah ketidakmampuan mengungkapkan emosi.

Ketika berinteraksi dengan orang lain, orang-orang dengan kondisi ini cenderung menunjukkan perilaku sebagai berikut.

  • Kesulitan mengenali emosi dan perasaan.
  • Kesulitan membedakan antara emosi dan respons tubuh terhadap emosi tersebut.
  • Tidak mampu mengenali dan merespons emosi orang lain, termasuk ekspresi wajah dan nada bicaranya.
  • Memiliki cara berpikir yang sangat logis dan kaku, tanpa menyertakan perasaan.
  • Tidak mampu menyampaikan perasaannya dengan baik.
  • Tidak memiliki mekanisme pengalihan emosi yang baik saat menghadapi stres.
  • Lebih jarang berimajinasi atau berfantasi.
  • Terkesan kaku, menjauhkan diri, tidak punya selera humor, dan cuek pada orang lain.
  • Merasakan ketidakpuasan akan hidupnya.

Alexithymia adalah kondisi yang muncul dalam bentuk spektrum. Artinya, tingkat keparahan dan dampaknya mungkin berbeda-beda pada setiap orang.

Seseorang mungkin masih bisa mengenali emosinya. Sementara itu, ada pula orang yang tidak bisa melakukannya sama sekali.

Dalam beberapa kasus, orang yang mengalami alexithymia bahkan tidak menyadari kondisinya. Akibatnya, timbul rasa frustrasi pada orang itu sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Ini karena kesulitan yang mereka alami dalam mengungkapkan emosi menjadi hambatan dalam berinteraksi.

Penyebab alexithymia

Penyebab alexithymia belum dipahami pasti. Namun, para ahli menduga faktor genetik, trauma masa kecil, serta gangguan pada otak memengaruhi kemunculannya.

1. Faktor genetik

Sejumlah bukti menunjukkan bahwa alexithymia kemungkinan bisa diturunkan dalam keluarga.

Gen tertentu dapat meningkatkan risiko seseorang utnuk mengalami kondisi ini. Anda lebih berisiko mengalaminya bila orangtua atau saudara kandung Anda juga memiliki kondisi serupa.

2. Trauma masa kecil

Trauma psikologis pada masa kanak-kanak, seperti karena pengabaian atau pelecehan, dapat meningkatkan peluang seseorang untuk mengalami alexithymia.

Pengalaman-pengalaman buruk akibat trauma masa kecil bisa menyulitkan seseorang untuk belajar bagaimana mengenali dan mengekspresikan emosi mereka.

3. Gangguan pada otak

Sebuah penelitian dalam jurnal Neuropsychologia (2017) menunjukkan kerusakan pada insula anterior otak ternyata memicu gangguan emosi yang mirip dengan alexithymia.

Insula anterior sendiri adalah bagian otak yang mengatur perasaan, perhatian, serta kepekaan terhadap rangsangan pancaindra.

Cara mengatasi alexithymia

konseling psikologi

Guna mengatasinya, penting untuk menangani masalah psikologis yang mendasari alexithymia.

Ini sebabnya, langkah pertama yang perlu Anda ambil jika kesulitan mengungkapkan emosi adalah konsultasi dengan psikolog.

Psikolog akan membantu Anda belajar mengenali emosi, sebab ini adalah masalah utama yang dialami orang-orang dengan kondisi ini.

Anda pun dapat menjalani terapi berikut ini guna memahami hubungan antara pikiran, emosi, dan respons yang Anda berikan.

  • Terapi perilaku kognitif: membantu Anda mempelajari bagaimana cara mengenali dan mengekspresikan emosi dengan cara yang lebih sehat.
  • Terapi psikodinamika: membantu Anda memahami akar penyebab dari kondisi ini dan mengenal mekanisme koping (coping mechanism) untuk menghadapinya.
  • Kelompok pendukung: menyediakan ruang yang aman untuk orang-orang dengan kondisi serupa agar tetap terhubung dan saling berbagi pengalaman.

Selain untuk mengatasi alexithymia, terapi-terapi di atas dapat membantu menangani gangguan psikologis yang Anda alami.

Kendati tidak tergolong dalam kondisi medis, alexithymia merupakan fenomena psikologis yang berdampak pada hampir semua aspek kehidupan seseorang.

Meski begitu, Anda tidak perlu cemas. Perlahan tapi pasti, terapi rutin bersama psikolog dapat membantu Anda mengenali dan mengungkapkan emosi dengan lebih baik.

Kesimpulan

  • Alexithymia adalah kondisi saat seseorang kesulitan mengenali dan mengungkapkan emosi yang dirasakannya.
  • Kondisi ini sering dikaitkan dengan dengan gangguan mental, seperti depresi, PTSD, gangguan makan, autisme, hingga skizofrenia.
  • Penyebab dari kondisi ini mencakup genetik, trauma masa kecil, dan gangguan otak.
  • Terapi psikologis, seperti terapi perilaku kognitif dan psikodinamika, dapat membantu orang-orang dengan kondisi ini untuk memahami emosinya dengan lebih baik.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 07/09/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan