backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Kenapa Tenggorokan Sering Terasa Sakit Setelah Menangis?

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Adelia Marista Safitri · Tanggal diperbarui 27/01/2019

    Kenapa Tenggorokan Sering Terasa Sakit Setelah Menangis?

    Setelah menangis, tak jarang Anda akan merasa capek, pusing, hingga nyeri tenggorokan. Anda pun jadi bertanya-tanya, apa, sih, penyebab tenggorokan sakit setelah menangis? Wajar atau tidak, ya? Simak ulasannya berikut ini.

    Tenggorokan sakit setelah menangis, wajarkah?

    mudah menangis

    Anda pasti pernah mengalami sakit tenggorokan, terlebih ketika sedang flu atau pilek. Namun, Anda mungkin juga pernah menyadari saat tenggorokan tiba-tiba terasa bengkak dan nyeri setelah menangis, lalu kembali normal beberapa saat kemudian. Apakah ini hal yang wajar?

    Ternyata, air mata yang keluar tidak hanya sekadar membilas zat-zat iritan yang masuk, tapi juga merangsang kontraksi otot-otot tenggorokan. Melansir dari Reader’s Digest, hal ini merupakan respon alamiah yang terjadi saat tubuh sedang stres.

    Sederhananya, kontraksi otot-otot tenggorokan yang berlebihan inilah yang menyebabkan tenggorokan sakit setelah menangis. Hal ini wajar dialami oleh orang-orang yang sedang menangis atau merasakan kesedihan mendalam. Jadi, tenggorokan yang bengkak dan nyeri setelah menangis bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan.

    Apa penyebab tenggorokan sakit setelah menangis?

    obat untuk sakit tenggorokan

    Jangan buru-buru cemas dulu saat ada benjolan kecil di tenggorokan yang muncul tiba-tiba setelah Anda menangis. Ini bukan pertanda penyakit, kok. Benjolan ini sebetulnya adalah otot-otot dan jaringan tenggorokan yang mengalami kontraksi. Termasuk juga glotis atau tempat pita suara berada.

    Kontraksi otot dan jaringan tersebut memberikan tekanan yang besar pada tenggorokan. Kondisi ini disebut dengan sensasi globus. Sensasi globus adalah sensasi yang membuat Anda merasakan sakit atau ada sesuatu yang menyangkut di kerongkongan, padahal sebetulnya tidak ada apa-apa.

    Bukan karena faktor emosional, tenggorokan sakit saat menangis lebih berhubungan dengan masalah di sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom adalah sistem dalam tubuh yang bertanggung jawab terhadap insting “kabur atau lawan’ saat sedang terancam.

    Ketika Anda berada dalam situasi yang penuh tekanan dan emosional, otot-otot tubuh Anda akan berkontraksi dan membutuhkan lebih banyak oksigen. Akibatnya, glotis akan terbuka lebar supaya oksigen yang masuk ke dalam tubuh jadi lebih banyak.

    Namun pada saat yang bersamaan, Anda mungkin tidak sadar jadi lebih sering menelan dan menahan napas untuk mengendalikan emosi saat menangis. Kondisi ini mengakibatkan glotis dan otot-otot tenggorokan yang semula melebar berubah jadi menyempit.

    Ini artinya, otot-otot tenggorokan akan membuka dan menutup glotis secara bersamaan pada saat menangis. Akibatnya, tenggorokan Anda terasa tercekat atau merasakan ada sesuatu yang menyangkut di tenggorokan. Nah, inilah yang menyebabkan tenggorokan sakit setelah menangis.

    Cara mengatasi tenggorokan sakit setelah menangis

    obat sakit tenggorokan

    Mulai sekarang, Anda tak perlu cemas lagi ketika merasakan tenggorokan sakit setelah menangis. Begitu juga ketika Anda menyadari ada benjolan yang muncul di tenggorokan, tenang saja. Benjolan ini akan kembali mengecil setelah emosi Anda kembali stabil.

    Namun bagaimanapun, mengalami tenggorokan sakit setelah menangis tentu bikin Anda jadi tidak nyaman, ‘kan? Untuk mengatasinya, cobalah segera minum air putih yang banyak untuk membantu melegakan tenggorokan Anda.

    Bukan cuma membantu menenangkan diri, menelan beberapa teguk air putih juga bisa membantu melunakkan otot-otot tenggorokan yang tegang setelah menangis. Setelah itu, segeralah tidur atau istirahat. Hal ini dapat membantu merilekskan otot-otot tubuh secara keseluruhan, sehingga nantinya Anda akan merasa lebih segar dan sehat setelah bangun tidur.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Adelia Marista Safitri · Tanggal diperbarui 27/01/2019

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan