backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

4 Penyebab Pusar Bau, dari Masalah Kebersihan hingga Tanda Penyakit (Plus Cara Mengatasinya)

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Widya Citra Andini · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    4 Penyebab Pusar Bau, dari Masalah Kebersihan hingga Tanda Penyakit (Plus Cara Mengatasinya)

    Pernah mencium bau yang tak sedap dari pusar? Meski rajin mandi, terkadang bisa saja ada kotoran yang tertinggal di pusar sehingga menimbulkan aroma tidak sedap. Lantas, mengapa pusar bisa mengeluarkan bau? Jika Anda bertanya-tanya, berikut berbagai penyebab pusar bau yang perlu Anda ketahui serta bagaimana cara mengatasi yang tepat.

    Apa yang menyebabkan pusar bau?

    Lokasi pusar memang terletak cukup jauh dari hidung kita. Namun, jika Anda menyadari adanya bau tak sedap di area tersebut, Anda mungkin mulai berpikir apa yang terjadi.

    Keluarnya aroma tak sedap dari pusar bisa jadi pertanda dari berbagai kondisi, mulai dari masalah kebersihan diri yang kurang menjaga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) hingga adanya gangguan kesehatan.

    Berikut adalah beberapa penyebab di balik timbulnya aroma tak sedap dari pusar.

    1. Kebersihan yang buruk

    Tahukah Anda jika pusar adalah tempat favorit kuman untuk bersarang karena bentuknya yang cekung dan kecil?

    Bahkan, semakin dalam cekungan pusar biasanya semakin banyak kotoran yang menumpuk di dalamnya.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan di University of Pittsburgh Medical Center (UPMC), pusar menjadi ‘rumah penampungan’ bagi 67 jenis bakteri.

    Tak hanya bakteri, jamur dan kuman lainnya juga bisa tumbuh di bagian perut tersebut.

    Bersama dengan minyak, kulit mati, keringat, dan kotoran lainnya, kuman dan bakteri yang bersarang semakin betah untuk tinggal dan berkembang biak dengan subur.

    Akibatnya, tumpukan bakteri, kotoran, serta keringat yang tidak pernah dibersihkan ini akan menciptakan bau busuk sama seperti bau ketiak saat Anda sedang berkeringat.

    Jadi, jika tak ingin pusar bau dan menjadi sarang bakteri, sebaiknya perhatikan kebersihan tubuh terutama di bagian pusar tersebut.

    Jangan sampai menunggu hingga muncul bau yang tak sedap baru Anda mulai membersihkannya.

    2. Infeksi jamur

    Candida adalah jamur yang gemar hidup di area kulit yang hangat, gelap, dan lembap seperti selangkangan, pusar, serta ketiak.

    Bila Candida terus tumbuh, lama-kelamaan jamur ini bisa menyebabkan infeksi. Infeksi yang terjadi di bagian gelap dan lipatan kulit ini disebut intertrigo kandidal.

    Selain berbau, kulit yang terinfeksi jamur Candida juga biasanya akan terlihat merah dan bersisik.

    Biasanya, orang dengan diabetes lebih berisiko terserang infeksi ini. Hal ini dikarenakan sistem kekebalan tubuh yang melemah sehingga tidak cukup kuat untuk melawan infeksi.

    3. Infeksi akibat tindakan tertentu

    Tak hanya infeksi akibat kondisi medis, tindakan tertentu pada pusar juga dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi.

    Salah satu contohnya adalah orang yang melakukan tindik pusar. Prosedur ini berisiko tinggi mengakibatkan infeksi di bagian pusar.

    Gejala infeksi lainnya selain pusar bau yakni rasa sakit dan nyeri, gatal, kemerahan, bengkak, hingga keluarnya nanah atau cairan berwarna putih dan hijau.

    Selain tindik pusar, prosedur operasi hernia umbilikalis berisiko menyebabkan infeksi pada area pusar.

    4. Kista

    Memiliki kista di sekitar pusar bisa menimbulkan bau yang kurang sedap.

    Kista sendiri sebenarnya hanyalah benjolan kecil yang biasanya tidak berbahaya dan tidak menyebabkan rasa sakit jika tidak terinfeksi.

    Epidermoid, pilar, dan sebasea adalah jenis kista yang bisa tumbuh di pusar dan berisiko menimbulkan infeksi.

    Kista epidermoid dan kista pilar mengandung sel-sel yang memproduksi endapan protein keratin yang cukup tebal.

    Jika kista membesar dan pecah, biasanya akan terlihat cairan tebal, kuning, serta berbau busuk yang mengalir. Bila ini terjadi, itu tandanya kista sudah terinfeksi.

    Begitu juga dengan kista sebasea yang biasanya berasal dari kelenjar minyak yang tersumbat dan menghasilkan produksi minyak yang cukup banyak.

    Jika ketiga kista ini sudah mengalami infeksi, wujudnya akan berubah menjadi kemerahan, gatal, dan terasa perih serta nyeri saat disentuh.

    Peradangan yang terjadi di dalam kista juga bisa menyebabkan produksi nanah dengan bau yang cukup menyengat.

    Bagaimana cara menghilangkan bau pada pusar?

    pusar berdarah

    Pada dasarnya, pusar bau dapat Anda atasi sesuai dengan penyebabnya. Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda coba untuk mengatasi pusar yang bau.

    1. Mandi hingga bersih

    Pada dasarnya, cara termudah untuk mencegah dan mengatasi pusar bau adalah dengan membersihkannya setiap hari saat mandi.

    Gosok bagian dalam pusar ketika mandi secara perlahan baik dengan jari atau bantuan kapas dan kain yang lembut agar kotoran yang terperangkap bisa dikeluarkan.

    Setelah itu, keringkan dengan handuk atau tisu sehingga pusar tidak lagi terasa lembap atau menyisakan air di dalamnya.

    2. Gunakan air hangat dan garam

    Cara lain untuk mengatasi bau pada pusar adalah dengan membersihkan pusar menggunakan campuran air hangat dan garam.

    Selanjutnya, gunakan ujung jari telunjuk untuk memijat lembut bagian dalam pusar.

    Anda juga bisa menggunakan bantuan kain lap yang lembut untuk membersihkan area pusar

    Sebaiknya, hindari penggunaan krim atau lotion tertentu di daerah pusar karena kelembaban yang berlebihan justru membuat bakteri dan jamur berkembang dengan subur.

    3. Periksakan diri ke dokter

    Jika penyebab pusar bau yang Anda alami adalah infeksi, Anda perlu segera memeriksakannya ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

    Usahakan untuk tidak memecahkan kista dengan benda tajam agar infeksi tidak bertambah parah.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Widya Citra Andini · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan