backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Apakah Cinta Bisa Memudar Seiring Berjalannya Waktu?

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 31/03/2020

    Apakah Cinta Bisa Memudar Seiring Berjalannya Waktu?

    Ketika mencintai seseorang, mungkin Anda akan berharap cinta itu akan terus terjalin selamanya. Namun, nyatanya banyak orang yang memutuskan berpisah dengan pasangannya setelah beberapa waktu, bahkan setelah menikah. Alasan rasa cinta di antara pasangan yang sudah memudar, banyak diutarakan hingga akhirnya memutuskan berpisah. Benarkah cinta bisa memudar setelah terjalin sekian lama?

    Benarkah cinta bisa memudar setelah beberapa waktu?

    Ketika jatuh cinta, hormin endorfin dan hormon oksitosin aktif sehingga menghasilkan sensasi, perasaan, dan dorongan yang membahagiakan. Perasaan tersebut hanya akan bertahan sementara, mungkin dalam beberapa menit atau beberapa tahun. Dengan demikian, lambat laun, perasaan yang menggebu-gebu itu bisa memudar.

    Saat perasaan tersebut tidak lagi muncul, beberapa orang bisa menjadi bosan dan berpikir bahwa cinta kepada pasangannya sudah memudar. Kelompok orang ini tidak berusaha untuk membangkitkan kembali hubungan mereka.

    Hal tersebut justru bisa menimbulkan konflik yang tidak sehat, jarak antar pasangan menjadi jauh, atau bahkan timbul saling tidak suka. Alasan-alasan itulah yang pada akhirnya bisa membuat Anda merasa tidak lagi cinta dengan pasangan, sehingga hubungan Anda bisa kandas dan tak bertahan selamanya.

    Di sisi lain, ada pula yang memahami bahwa perasaan menggebu-gebu seperti saat sedang jatuh cinta itu memang hanya sementara dan harus dipupuk agar hubungannya bertahan lebih lama. Hal inilah yang kemudian harus dibangun untuk kembali membangkitkan cinta di antara mereka.

    Dapat disimpulkan bahwa perasaan cinta memang bisa memudar seiring berjalannya waktu. Namun, tidak hanya soal waktu, banyak faktor atau alasan yang menyurutkan rasa cinta diantara pasangan.

    Bagaimana membangkitkan kembali cinta yang memudar?

    Seorang terapis psikologi Barton Goldsmith Ph. D dalam Psychology Today mengatakan untuk membangkitkan kembali cinta yang sudah memudar tidak bisa terjadi secara cepat. Perlu ada upaya dari kedua orang dalam pasangan agar cintanya kembali bangkit secara optimal. Dia pun mengatakan kunci menuju kebahagiaan adalah mempertahankan dan membangun keintiman antara pasangan.

    Untuk menjaga keintiman, bagi pasangan yang sudah menikah, tidak hanya melulu melalui hubungan seksual. Sentuhan-sentuhan yang penuh kasih sayang, seperti berpegangan tangan, berpelukan, dan mencium pun sama pentingnya untuk menjaga keintiman.

    Penting pula untuk mengetahui apa yang tidak disukai pasangan Anda, seperti sentuhan yang tidak diinginkan. Bangun komunikasi dengan pasangan mengenai apa yang Anda dan pasangan inginkan dan butuhkan.

    Menghabiskan waktu berkualitas bersama dengan pasangan pun bisa dilakukan untuk menjaga keintiman. Anda mungkin memiliki kenangan indah bersama pasangan saat pertama kali bertemu atau saat kencan pertama. Lakukankan kencan malam sesekali dengan pasangan atau hanya duduk berdua sambil mengobrol dan berpegangan tangan.

    Selain menjaga keintiman, ada beberapa hal lainnya pula yang bisa dilakukan untuk menjaga hubungan baik dengan pasangan dan terhindari dari cinta yang bisa memudar, yaitu:

    • Menjaga komunikasi secara baik dengan pasangan.
    • Belajarlah untuk memberi dan menerima dengan pasangan.
    • Bersiap pada kondisi jatuh bangun dalam hubungan.

    Cinta antara pasangan bisa memudar seiring dengan berjalannya waktu, tetapi Anda dan pasangan tetap dapat  membangkitkan lagi rasa cinta dengan upaya dari kedua belah pihak. Namun, cinta bukanlah satu-satunya hal yang diperlukan, Anda dan pasangan juga perlu kasih sayang, komitmen, keberanian, kebijaksanaan, dan kesabaran.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 31/03/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan