Merokok mempunyai efek buruk yang sangat luas pada tubuh, terutama pada paru-paru dan saluran pernapasan. Begitu seseorang menghirup bahan kimia yang terdapat dalam asap rokok, lapisan paru yang lembut menjadi teriritasi dan meradang.
Paru-paru seorang perokok juga mengalami peningkatan produksi dan ketebalan lendir. Karena fungsi silia dalam membersihkan lendir lebih lambat dibandingkan produksinya, lendir terakumulasi di saluran udara, menyumbatnya dan dapat memicu batuk. Penumpukan lendir ini juga dapat menyebabkan infeksi paru seperti bronkitis kronis.
Nah, jika Anda sudah lama menjadi perokok berat, apakah kondisi paru-paru masih mungkin untuk pulih kembali setelah berhenti merokok?
15 hari setelah berhenti merokok, produksi lendir paru mulai kembali normal
Penelitian yang diterbitkan dalam “European Respiratory Journal” pada tahun 2004 menyatakan bahwa mantan perokok memiliki jumlah sel penghasil lendir lebih sedikit dibandingkan dengan perokok aktif. Hal ini menunjukkan bahwa berhenti merokok dapat menurunkan jumlah sel-sel ini, dan dengan demikian mengurangi jumlah dahak yang diproduksi.
Meski sering dianggap remeh, lendir berperan penting dalam menjaga kesehatan paru-paru. Sebuah lapisan lendir tipis melapisi saluran napas, berfungsi untuk menyaring zat dan kuman berbahaya. Di bawah lapisan lendir tersebut terdapat sel yang memiliki rambut halus disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dari paru-paru menuju ke tenggorokan.
Merokok dapat membuat silia ini rusak dan terhambat sehingga melemahkan mekanisme perlindungan alami ini dan meningkatkan kemungkinan infeksi paru.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2011, disebutkan bahwa mekanisme pembersihan lendir ini dapat kembali normal kira-kira 15 hari setelah berhenti merokok. Proses perbaikan ini dapat menjelaskan mengapa beberapa orang batuk dengan dahak yang lebih banyak pada beberapa hari pertama setelah mereka berhenti merokok.
Sesak napas dan mengi akan membaik 1-2 bulan setelah berhenti merokok
Konsekuensi lain dari merokok yaitu dapat mengurangi aliran udara yang masuk dan keluar dari paru-paru Anda. Hal ini dapat terlihat dengan menggunakan tes fungsi paru FEV1, yaitu jumlah udara yang dapat dihembuskan di detik pertama secara paksa.
Para perokok biasanya memiliki nilai FEV1 yang tidak normal, yang menandakan adanya sumbatan aliran udara. Hal ini terjadi karena adanya penyempitan saluran napas yang diakibatkan penumpukan lendir atau pembengkakan akibat peradangan.
Menurut sebuah penelitian di jurnal respirasi tahun 2000 hingga 2006, berhenti merokok dapat memperbaiki nilai FEV1 dalam waktu 1 minggu. Kemudian mengi dan sesak napas akan mulai membaik dalam waktu satu sampai dua bulan setelah berhenti merokok.
Bagaimana dengan risiko kanker paru
National Cancer Institute di Amerika melaporkan bahwa asap rokok mengandung setidaknya 69 zat penyebab kanker. Oleh karena itu, perokok memiliki kemungkinan yang jauh lebih tinggi untuk terkena kanker paru dibandingkan orang yang tidak merokok. Risiko kanker paru ini juga bertambah semakin lama Anda merokok dalam hidup Anda, dan berapa jumlah rokok yang diisap setiap harinya.
Berhenti merokok dapat mengurangi risiko kanker paru, namun penurunan risiko kanker paru ini terjadi lebih lambat dibandingkan dengan penurunan risiko penyakit paru lainnya akibat rokok.
Tidak pernah ada kata terlambat
[embed-health-tool-bmi]