Sekarang ini banyak perokok yang beralih ke vape alias rokok elektrik. Mereka beranggapan bahwa vape lebih aman dibandingkan dengan rokok. Sebagian lainnya menggunakan vape sebagai cara untuk berhenti merokok. Meski begitu, vape juga memiliki dampak buruk bagi kesehatan Anda. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa perasa yang digunakan dalam liquid vape berpotensi menjadi bagian yang paling beracun dari uap yang Anda hirup.
Apa yang membuat perasa pada liquid vape berbahaya?
Liquid vape mengandung berbagai bahan kimia yang berbeda pada setiap produk. Menurut Flori Sassano, seorang peneliti utama di Fakultas Kedokteran, University of North Carolina melaporkan bahwa beragam bahan kimia dalam vape beracun bagi sel manusia, tapi yang paling beracun adalah perasa yang terkandung dalam cairan atau liquid vape.
Bahan kimia ini termasuk vanillin dan cinnamaldehyde, yang masing-masing menghasilkan rasa vanili dan kayu manis.
Bahan perasa tersebut sebenarnya telah disetujui oleh Foods and Drugs Administration, yaitu badan POM di Amerika Serikat untuk dikonsumsi lewat mulut. Namun, bukan berarti bahan perasa tersebut aman untuk dihirup dari vape atau rokok elektrik. Bahan perasa ini dikatakan aman ketika dicerna dalam tubuh tetapi bahaya ketika dihirup masuk dalam sistem pernapasan.
Bahaya liquid vape rasa vanili dan kayu manis
Sebagian besar cairan dalam vape terdiri dari propilena glikol dan gliserin nabati.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Frontiers in Physiology melaporkan bahwa liquid vape dengan perasa vanili dan kayu manis termasuk perasa yang paling beracun. Ditambah lagi, mencampur berbagai rasa vape atau rokok elektrik memiliki efek yang jauh lebih parah daripada hanya pakai satu perasa saja.
Penggunaan rokok elektrik telah meningkat selama beberapa tahun terakhir ini, dengan berbagai rasa yang unik. Ketika cairan ini dipanaskan dan dihirup, bahan kimia dalam perasa masuk ke paru-paru dan bisa membahayakan.
Selain itu, bahan kimia perasa ini memengaruhi sel-sel kekebalan tubuh, khusunya sel darah putih yang disebut monosit.
Penulis penelitian ini, Dr. Thivanka Muthumalage, menyatakan bahwa meskipun dianggap aman bagi sistem pencernaan, ternyata perasa tersebut sudah terbukti dapat merusak sistem pernapasan.
[embed-health-tool-bmi]