backup og meta

Oral Myiasis, Infeksi Larva Lalat di Rongga Mulut

DefinisiGejalaPenyebabFaktor risikoDiagnosisPengobatanPencegahan

Munculnya belatung di rongga mulut mungkin terdengar seperti adegan film horor. Akan tetapi, kondisi ini nyata terjadi yang dalam dunia medis dikenal dengan istilah oral myiasis. Ketahui lebih dalam mengenai gangguan mulut ini dalam pembahasan berikut.

Oral Myiasis, Infeksi Larva Lalat di Rongga Mulut

Apa itu oral myiasis?

Oral myiasis adalah infeksi pada jaringan mulut yang disebabkan oleh belatung atau larva lalat.

Istilah myiasis berasal dari bahasa Yunani, yakni “muia” dan “iasis” yang masing-masing punya arti “lalat” dan “penyakit”. Sementara itu, oral menunjukkan kondisi yang terjadi pada mulut.

Dalam dunia medis, miasis oral juga disebut sebagai mouth larva. Orang awam juga menyebut kondisi ini dengan belatung gigi atau mulut.

Kasus myiasis termasuk langka. Ini lebih sering dialami oleh orang dengan kebersihan diri yang buruk, tinggal di lingkungan kumuh, berusia lanjut, atau mengidap gangguan mental.

Akan tetapi, rongga mulut memang menjadi bagian tubuh yang paling sering terinfeksi belatung.

Penelitian dalam Qatar Medical Journal (2024) menjelaskan bahwa hampir 60% kasus miasis di Oman terjadi di rongga hidung dan mulut. Sisanya terjadi di mata (25%) dan telinga (4%).

Walaupun jarang terjadi, orang yang mengalami infeksi larva lalat pada mulut perlu memperoleh penanganan medis segera.

Tanda dan gejala oral myiasis

Tanda dan gejala paling mencolok dari mouth larva adalah munculnya belatung atau larva lalat yang tampak jelas di sekitar gigi, gusi, bibir, pipi bagian dalam, atau dasar lidah.

Larva yang menyerupai ulat ini kerap disalahartikan sebagai “ulat gigi” penyebab gigi berlubang.

Pertumbuhan larva lalat pada mulut ini juga bisa memicu tanda dan gejala lain seperti berikut.

  • Sensasi bergerak di dalam ringga mulut.
  • Nyeri atau rasa tidak nyaman pada gigi dan gusi.
  • Pembengkakan pada gusi dan jaringan lunak mulut.
  • Bau mulut yang sangat menyengat.
  • Perdarahan dari sekitar area yang terinfeksi.
  • Kesulitan berbicara, mengunyah, dan menelan makanan.

Penyebab mouth larva

lalat penyebab oral myiasis

Miasis oral disebabkan oleh lalat yang bertelur di dekat luka mulut. Setelah menetas, larva lalat akan memakan jaringan mulut sehingga memicu peradangan dan kerusakan jaringan.

Terdapat lebih dari 80 spesies lalat yang bisa menyebabkan mouth larva. Berikut ini adalah tiga spesies lalat yang paling umum menginfeksi manusia.

1. Screwworm fly (Cochiliomyia hominivorax)

Sesuai namanya, larva dari screwworm fly memiliki bentuk seperti ujung sekrup. Ini menjadikan larva lalat ini mampu menembus ke dalam jaringan lunak di rongga mulut.

Kebiasaan larva ini bisa memperparah infeksi dan menyebabkan luka dalam yang menyakitkan.

Karena sifatnya yang agresif, larva screwworm fly merupakan penyebab utama dari kasus oral myiasis yang parah.

2. Human botfly (Dermatobia hominis)

Spesies lalat bot manusia atau human botfly sering ditemukan di Amerika Tengah dan Selatan. 

Meskipun jarang menyerang area mulut secara langsung, larva dari lalat ini dapat berkembang dalam jaringan lunak, terutama bila ada luka terbuka di rongga mulut.

Lalat bot dewasa akan meletakkan telurnya pada tubuh nyamuk. Saat nyamuk mengisap darah manusia, telur lalat bisa masuk dan menetap di dalam tubuh.

Setelah menetas, larva lalat ini hidup dengan memakan jaringan tersebut selama 5–10 minggu.

3. Flesh fly (Sacrophagidae)

Jenis lalat lainnya yang sering dikaitkan dengan kasus miasis oral adalah flesh fly. Lalat ini akan bertelur langsung pada luka terbuka atau jaringan yang mengalami infeksi. 

Pada orang dengan kebersihan mulut yang buruk atau lansia yang punya luka mulut, larva flesh fly dapat berkembang biak dan memakan jaringan lunak di mulut. 

Infeksi ini bisa memburuk bila tidak segera ditangani. Spesies lalat ini biasanya ditemukan pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk.

Faktor risiko mouth larva

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko oral myiasis adalah sebagai berikut.

  • Luka terbuka di rongga mulut yang tidak segera ditangani.
  • Kebersihan gigi dan mulut yang buruk, seperti malas menyikat gigi.
  • Masalah kesehatan kronis, seperti diabetes melitus dan penyakit autoimun.
  • Mengidap gangguan mental atau disabilitas fisik.
  • Berusia lanjut atau tidak mampu merawat diri sendiri dengan baik.
  • Lingkungan sekitar tempat tinggal yang lembap, kumuh, dan tidak higienis.

Diagnosis oral myiasis

Diagnosis miasis oral dilakukan melalui pemeriksaan fisik oleh dokter. Munculnya larva hidup di dalam rongga mulut menjadi tanda yang sangat jelas dan khas. 

Pemeriksaan tambahan, seperti biopsi jaringan, kultur mikrobiologis, atau identifikasi jenis larva, juga dapat dilakukan untuk menentukan tingkat keparahan dan penyebab infeksi. 

Prosedur rontgen atau CT scan juga bisa digunakan saat diduga terjadi penyebaran ke jaringan yang lebih dalam. Diagnosis dini sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Pengobatan mouth larva

operasi gigi bungsu

Walau tampak menyeramkan, oral myiasis tetap dapat diobati secara medis. Pengobatan yang diberikan akan disesuaikan dengan keparahan infeksi dan kondisi kesehatan pasien.

Berikut ini adalah cara mengobati infeksi belatung larva lalat di mulut yang umum dilakukan.

1. Obat-obatan

Dokter terlebih dahulu mengobati larva mulut dengan mengoleskan kloroform, minyak terpentin, minyak mineral, atau merkuri klorida ke bagian mulut yang terinfeksi.

Pemberian zat-zat ini akan membuat belatung mati lemas dan memaksanya keluar dari jaringan mulut untuk mendapatkan oksigen.

Dokter juga dapat meresepkan obat ivermectin dengan dosis 150–200 mg/kg berat badan yang diminum sekali. Obat ini bekerja dengan cara melumpuhkan dan membunuh larva lalat.

2. Prosedur operasi

Setelah pemberian obat, dokter juga akan mengeluarkan larva secara manual dengan memakai pinset steril. Prosedur ini akan membutuhkan beberapa sesi tergantung keparahan infeksi.

Dokter juga akan memberikan suntikan anestesi lokal, seperti lidocaine, ke dalam jaringan yang terinfeksi untuk mendorong belatung keluar.

Jika jaringan telah mati, dokter bisa melakukan pembersihan jaringan (debridement). Ini penting untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut.

Untuk mencegah infeksi sekunder, dokter akan meresepkan antibiotik. Pasien juga akan diminta melakukan kontrol rutin untuk mencegah kekambuhan infeksi.

Pencegahan mouth larva

Oral myiasis dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan gigi dan lingkungan dengan baik. Berikut ini adalah beberapa langkah pencegahan yang bisa Anda lakukan.

  • Melakukan perawatan gigi dan mulut, seperti rutin menyikat gigi dua kali sehari.
  • Mengobati luka di mulut dengan sesegera mungkin.
  • Menjaga kebersihan tempat tinggal dan membasmi populasi lalat yang berlebihan.
  • Memberikan perawatan khusus untuk orang lanjut usia atau disabilitas.
  • Menggunakan kelambu atau jaring pelindung di tempat tidur.
  • Memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi setiap enam bulan sekali.

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai penyakit ini, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan informasi yang lebih baik.

Kesimpulan

  • Oral myiasis adalah infeksi rongga mulut yang disebabkan oleh larva lalat atau belatung.
  • Kondisi ini umumnya menyerang individu dengan kebersihan mulut buruk, memiliki luka terbuka di mulut, berusia lanjut, atau mengidap gangguan mental.
  • Gejala utama dari mouth larva adalah munculnya belatung hidup di mulut, disertai nyeri, gusi bengkak, bau mulut menyengat, dan kesulitan makan.
  • Penggunaan obat-obatan dan pengangkatan larva secara manual akan dilakukan untuk mengatasi miasis oral.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

About myiasis. (2024). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved July 16, 2025, from https://www.cdc.gov/myiasis/about/index.html

Almayahi, Z. K., Al Hattali, M., Al Kharusi, Z., Al Shaqsi, D., & Anis, K. (2024). The epidemiology and clinical features of the neglected myiasis: A pilot surveillance study from Oman. Qatar medical journal, 2024(1), 15. https://doi.org/10.5339/qmj.2024.15

Gadda, R. B., Agrawal, A., Kumar SN, S., & Rothe, T. M. (2021). Oral myiasis associated with drug induced gingival hyperplasia – a rare case report. Journal of Oral Medicine and Oral Surgery, 27(3), 45. https://doi.org/10.1051/mbcb/2021028

Saravanan, T., Mohan, M. A., Thinakaran, M., & Ahammed, S. (2015). Oral myiasis. Indian journal of palliative care, 21(1), 92–94. https://doi.org/10.4103/0973-1075.150200

Vinit, G. G., Jayavelu, P., & Shrutha, S. (2013). Oral myiasis in a maxillofacial trauma patient. Journal of Pharmacy And Bioallied Sciences, 5(6), 195. https://doi.org/10.4103/0975-7406.114316

Versi Terbaru

29/07/2025

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh drg. Maurany Annisa Haque

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

4 Risiko Komplikasi Jika Infeksi Gusi Tak Diobati

Waspada! Ini Gejala Infeksi Gigi yang Menyebar


Ditinjau oleh drg. Maurany Annisa Haque · Gigi · Maro Dental Practice Jember · Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Diperbarui 29/07/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan