Banyak mitos terkait sakit gigi yang tidak benar, tetapi telanjur dipercayai oleh masyarakat. Akibatnya, timbul kesalahpahaman yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan gigi dan mulut.
Apa saja mitos tersebut? Lalu, bagaimana fakta sebenarnya?
Mitos sakit gigi yang sering dipercaya
Umumnya, mitos kesehatan gigi tersebar lewat mulut ke mulut atau informasi online. Sebelum menerapkan metode tertentu, penting bagi Anda untuk mencari tahu faktanya terlebih dulu.
Jika dilakukan sembarangan, mitos tersebut nantinya berpotensi memperburuk kesehatan gigi. Berikut beberapa mitos soal sakit gigi yang telah banyak menimbulkan kesalahpahaman.
1. Penyebab sakit gigi adalah gula
Konsumsi gula memang merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan dan sakit gigi. Namun, jika Anda dapat membersihkannya dengan baik, gigi Anda akan tetap sehat.
Saat gula menempel pada gigi dalam waktu yang lama, bakteri mulut akan mengubahnya menjadi asam. Asam yang berlebihan nantinya akan menimbulkan kerusakan dan membuat gigi nyeri.
Selain gula, makanan tinggi asam dan bertekstur lengket juga bisa menyebabkan sakit gigi. Meski begitu, masalah tersebut bisa dihindari apabila kebersihan gigi terjaga dengan baik.
2. Menaruh aspirin pada area yang nyeri bisa redakan sakit gigi
Menaruh aspirin pada bagian gigi yang sakit disebut bisa meredakan nyeri. Mitos tersebut tidak benar dan dapat memperparah rasa sakit atau ngilu pada gigi.
Dilansir dari Mayo Clinic, tindakan tersebut malah akan membuat peradangan semakin parah dan memicu sensasi terbakar pada gusi. Untuk meredakan nyeri, gunakanlah aspirin dengan cara meminumnya.
3. Soda diet tidak menyebabkan sakit gigi
Soda diet dianggap tidak menyebabkan sakit gigi karena minim atau tidak memiliki kandungan gula. Faktanya, kandungan asam dalam soda sangatlah tinggi.
Tingginya asam dalam soda akan mengikis enamel dan membuat gigi berlubang. Seiring waktu berjalan, lubang tersebut nantinya akan memicu rasa sakit pada gigi.
Selain itu, terkikisnya enamel juga akan membuat gigi menjadi lebih sensitif. Akibatnya, gigi jadi terasa ngilu ketika Anda mengonsumsi makanan atau minuman yang dingin.
4. Tidak boleh ke dokter gigi selama hamil
Ibu hamil dipercaya tidak boleh ke dokter gigi karena obat yang diberikan bisa memengaruhi janin. Padahal, berobat ke dokter gigi saat hamil boleh-boleh saja untuk dilakukan.
Lewat dokter gigi, ibu hamil dapat mengetahui potensi infeksi pada gigi. Jika dibiarkan, justru infeksi gigi dapat menyebar dan memengaruhi kondisi janin.
Saat hendak melakukan pemeriksaan, jangan lupa menyampaikan ke dokter mengenai kondisi kehamilan Anda. Dengan begitu, pengobatan gigi ibu hamil dapat disesuaikan agar tidak memengaruhi janin.
5. Menyikat gigi dengan kuat lebih efektif hilangkan bakteri gigi
Sakit gigi biasanya disebabkan oleh penumpukan plak. Banyak orang yang beranggapan bahwa menyikat gigi dengan kuat lebih efektif untuk menghilangkan plak.
Mitos tersebut tidak benar dan bisa membuat Anda mengalami sakit gigi atau gigi ngilu. Pasalnya, menyikat gigi dengan kuat akan mengikis enamel dan menyebabkan gigi lebih sensitif.
Dibandingkan menggosoknya terlalu kuat, Anda hanya perlu menggunakan metode menyikat gigi yang benar. Lakukan juga flossing agar kotoran di sela gigi dapat terangkat sepenuhnya.
6. Merokok tidak sebabkan sakit gigi
Beberapa orang menilai bahwa merokok tidak berbahaya untuk gigi. Aktivitas ini dipercaya hanya akan mengubah warna gigi perokok menjadi lebih kekuningan.
Faktanya, merokok dapat membuat mulut menjadi kering. Ketika mulut kering, aktivtias bakteri dalam mulut akan semakin meningkat.
Akibatnya, kerusakan gigi tidak dapat dihindari. Jika diteruskan, merokok tidak hanya mengakibatkan kerusakan. Gigi copot pun menjadi kondisi yang tak terhindarkan.
7. Gigi ngilu tidak membutuhkan perawatan
Mitos gigi ngilu sebagai hal normal dan bisa sembuh tanpa perawatan tidaklah benar. Apabila dibiarkan begitu saja, sensitivitas gigi akan semakin bertambah parah.
Akibatnya, rasa ngilu akan menjadi sangat mengganggu ketika Anda mengonsumsi makanan atau minuman panas dan dingin. Untuk mengatasinya, Anda bisa melakukan tindakan berikut.
- Menggunakan pasta gigi untuk gigi sensitif.
- Mengoleskan fluoride ke gigi sensitif untuk memperkuat enamel dan mengurangi rasa sakit.
- Melakukan bonding gigi pada permukaan yang sensitif.
- Perawatan saluran akar.
8. Hanya perlu ke dokter gigi saat merasa sakit
Tak sedikit orang yang hanya pergi ke dokter gigi saat merasakan sakit pada giginya. Padahal, pemeriksaan harusnya dilakukan secara rutin, setidaknya enam bulan sekali.
Dengan begitu, masalah pada gigi dapat dideteksi sedini mungkin. Pengobatan sedini mungkin membantu mencegah kondisi Anda bertambah parah.
Serba-serbi mitos sakit gigi yang sering timbulkan kesalahpahaman
- Penyebab sakit gigi hanyalah gula.
- Aspirin yang ditempel pada area sakit gigi bisa meredakan nyeri.
- Soda diet tidak menyebabkan kerusakan dan sakit gigi.
- Berobat ke dokter gigi saat hamil dapat memengaruhi kondisi janin.
- Menyikat gigi dengan kuat efektif untuk menghilangkan plak.
- Merokok tidak menyebabkan sakit gigi, hanya merubah warnanya menjadi kekuningan.
- Gigi ngilu tidak membutuhkan perawatan.
- Pergi ke dokter gigi hanya perlu dilakukan saat gigi sakit.