backup og meta

Atrisi Gigi

Atrisi Gigi

Jika dibiarkan saja, kebiasaan menggertakkan atau menggesekkan gigi dapat membawa kerusakan. Lama-kelamaan, lapisan gigi akan terkikis. Dalam istilah medis, kondisi ini disebut dengan atrisi gigi.

Namun, apa yang membedakan atrisi dengan masalah gigi dan mulut lainnya? Cari tahu jawabannya melalui artikel berikut!

Apa itu atrisi gigi?

erosi gigi

Atrisi gigi adalah pengikisan lapisan gigi karena gesekan berlebih antara gigi bagian atas dan bawah.

Pengikisan ini umumnya terjadi pada bagian oklusal dan insisal gigi. Keduanya merupakan area pada ujung gigi yang paling sering mengalami gesekan.

Lain halnya dengan abrasi atau erosi gigi, kondisi ini tidak berkaitan dengan pengikisan oleh makanan.

Pengikisan karena atrisi gigi umumnya hanya terjadi pada lapisan enamel dan tidak mencapai struktur gigi di bawahnya.

Pengikisan juga tidak dapat mencapai akar gigi karena ada lapisan dentin yang melindungi bagian dalam gigi.

Namun, pada kondisi yang parah, atrisi dapat menghancurkan email dan menyebabkan dentin terbuka. Kerusakan pada dentin akan membuat gigi lebih sensitif dan meningkatkan risiko masalah gigi lainnya. 

Berdasarkan penelitian dalam Journal of Dentistry (2017), atrisi pada gigi merupakan salah satu penyebab utama berbagai kerusakan gigi.

Kondisi ini bisa menimpa siapa saja. Namun, kasusnya lebih banyak ditemukan pada laki-laki. Selain itu, lansia juga berpotensi lebih besar mengalami kondisi ini karena penggunaan gigi yang sudah lama.

Gejala atrisi gigi

Sama seperti permasalahan gigi lainnya, atrisi juga menimbulkan beberapa gejala yang mungkin membuat Anda merasa tidak nyaman.

Berikut bebreapa di antaranya.

  • Gigi lebih sensitif karena hilangnya lapisan enamel.
  • Mahkota gigi terlihat rata.
  • Perubahan warna gigi karena enamel terkikis.
  • Gusi yang sakit atau iritasi.
  • Sakit di bagian rahang.
  • Gigi goyang, baik hanya satu atau beberapa gigi.

Penyebab atrisi gigi

bruxism

Penyebab atrisi gigi berbeda dengan abrasi gigi dan erosi gigi. Abrasi gigi terjadi akibat tingkat asam yang berlebih di dalam mulut, sedangkan erosi gigi disebabkan oleh kebiasaan mengunyah makanan yang terlalu keras.

Sementara itu, berikut merupakan berbagai faktor yang dapat menyebabkan atrisi gigi.

1. Bruxism

Anda mungkin secara tidak sengaja sering menggertakkan gigi secara berulang. Kondisi ini disebut bruxism dan lebih sering terjadi saat seseorang tidur.

Selain menyebabkan pengikisan gigi, bruxism yang terjadi saat terlelap juga memungkinkan Anda mengalami gangguan tidur lainnya, seperti sleep apnea.

2. Mulut kering

Bukan hanya menjadi sumber penyakit, mulut kering rupanya juga mempercepat keausan gigi. Pelumasan gigi dengan air liur berperan penting dalam mengurangi gesekan yang terjadi.

3. Dental crown

Pemasangan crown gigi dengan bahan porselen memiliki kekuatan yang berbeda dengan gigi asli. Oleh karena itu, gesekan keduanya akan berpeluang besar menyebabkan atrisi.

Hal serupa juga terjadi pada pemasangan gigi palsu nonpermanen. Pasalnya, gigi palsu nonpermanen umumnya memiliki kekuatan yang berbeda jauh dengan gigi asli.

4. Kebiasaan mengunyah

Jika gigi atas dan bawah Anda tidak sejajar, gesekan yang terjadi saat keduanya bertemu akan semakin besar. Hal ini tentu akan meningkatkan risiko terjadinya pengikisan gigi.

Perlu diingat bahwa atrisi gigi sangat mungkin terjadi bersamaan dengan erosi atau abrasi. Lapisan gigi yang sudah rusak karena asam atau digunakan menggigit benda keras tentu akan lebih mudah terkikis saat ada gesekan.

Pengobatan atrisi gigi

Jika atrisi masih berada di tahap ringan, Anda tidak memerlukan perawatan medis khusus. Cukup kurangi kebiasaan penyebab gigi rusak dan lakukan pengecekan berkala ke dokter gigi.

Namun, jika kondisi ini sudah mengganggu penampilan ataupun fungsi gigi itu sendiri, Anda bisa melakukan beberapa pilihan pengobatan berikut.

1. Tambal gigi

Gigi yang terkikis dapat diperbaiki dengan tambal gigi. Pengobatan ini dapat digunakan untuk mengembalikan estetika ataupun fungsi gigi.

Tambal gigi permanen bisa menjadi pilihan yang tepat karena kekuatan giginya hampir sama dengan gigi asli. Konsultasikan jenis tambalan gigi yang sesuai pada dokter Anda.

2. Atasi bruxism

Jika penyebab atrisi gigi Anda adalah bruxism, penanganan yang diberikan mungkin sedikit berbeda. Pasalnya, bruxism kerap diakibatkan oleh stres yang kemudian mengakibatkan gangguan tidur.

Dokter mungkin menyarankan Anda untuk mengonsumsi jenis obat tertentu atau menggunakan alat pelindung gigi saat tidur.

3. Perawatan ortodontik

Apabila gigi yang tidak merata menjadi penyebab abrasi gigi Anda, perawatan gigi seperti pemasangan kawat gigi mungkin dilakukan.

Sebelum melakukan tindakan ini, dokter gigi perlu melakukan pemeriksaan secara menyeluruh.

Satu hal yang tidak kalah penting dilakukan selama proses pengobatan atrisi gigi adalah menjaga kebersihan gigi dan mulut. Kebiasaan ini akan mencegah kerusakan gigi yang lebih serius.

Serba-serbi atrisi gigi

  • Pengikisan gigi disebabkan oleh gesekan gigi atas dan bawah.
  • Seseorang dengan bruxism memiliki risiko terbesar.
  • Dapat diatasi dengan tambal gigi atau perawatan ortodontik lainnya seperti pemasangan kawat gigi.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Bruxism (teeth grinding) – Symptoms and causes. (2017, August 10). Mayo Clinic. Retrieved 31 October 2022 from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/bruxism/symptoms-causes/syc-20356095 

The dentist’s guide to tooth erosion, attrition, abrasion & Abfraction. (2021, November 30). Online Dental Programs. Retrieved 31 October 2022 from https://ostrowon.usc.edu/dental-erosion-attrition-abrasion-abfraction/.

Dental attrition. (n.d.). Merrion Road Dental | Dental Practice | Dublin. Retrieved 31 October 2022 from https://www.merrionroaddental.ie/b/dental-attrition.

Thippanna, R. K., & Ramu, V. C. (2017). Prevalence of dental attrition and its severity in relation to age and gender: A clinical study. CODS Journal of Dentistry9(1), 16-21. Retrieved 31 October 2022 from https://doi.org/10.5005/jp-journals-10063-0027.

Versi Terbaru

25/11/2022

Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

Penyebab Sakit Gigi Sampai Demam dan Penanganannya

Punya Masalah Gigi? Ini 10 Klinik Gigi Terbaik di Jabodetabek


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 25/11/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan