backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Gigi Bayi Kuning? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 16/05/2023

    Gigi Bayi Kuning? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya

    Tidak hanya pada orang dewasa, bayi dan anak-anak bisa saja mengalami masalah gigi kuning yang mengganggu penampilan mereka. Mengapa bayi dan anak-anak juga rentan mengalami perubahan warna gigi? Simak pembahasannya berikut ini.

    Penyebab gigi bayi dan anak kuning

    Gigi kuning pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh kebiasaan sehari-hari yang dapat mengubah warna gigi, mulai dari sering minum kopi dan teh hingga merokok.

    Anda mungkin merasa heran, mengapa gigi susu pada bayi dan anak bisa berwarna kuning atau bahkan keropos, padahal mereka jauh dari kebiasaan tersebut?

    Nah, berikut ini merupakan beberapa kemungkinan penyebabnya. 

    1. Teknik menyikat gigi tidak benar

    cara menyikat gigi anak

    Orangtua disarankan untuk mulai merawat gigi anak sejak gigi pertamanya muncul, yaitu sekitar usia 5–7 bulan. Namun, teknik menyikat gigi yang salah bisa membuat gigi anak kuning.

    Warna kuning tersebut disebabkan oleh plak yang terbentuk karena adanya sisa makanan pada sela gigi dan gusi. Lalu, sisa makanan bereaksi dengan bakteri hingga terbentuk plak gigi.

    2. Konsumsi makanan tertentu

    Konsumsi buah-buahan yang bercita rasa asam, seperti jeruk, tomat, dan stroberi, juga berisiko menimbulkan perubahan warna pada gigi bayi dan anak-anak.

    Kandungan asam pada makanan tersebut bisa membuat enamel gigi terkikis. Akibatnya, bagian dalam gigi yang berwarna kekuningan atau yang disebut dentin akan lebih terlihat.

    Banyak makan buah atau jus yang asam bisa menghilangkan mineral gigi dari waktu ke waktu. Kondisi ini bisa menyebabkan gigi bayi kuning dan bahkan keropos.

    3. Efek samping obat-obatan

    Sebuah studi dalam jurnal BMC Oral Health (2015) menemukan bahwa konsumsi suplemen zat besi pada anak-anak bisa menimbulkan noda kuning hingga kehitaman pada gigi.

    Obat-obatan lain, seperti antibiotik tetrasiklin yang diminum oleh ibu ketika hamil atau menyusui, juga diketahui dapat menyebabkan gigi bayi berubah warna.

    4. Paparan fluoride yang berlebihan

    Paparan fluoride yang berlebihan berisiko menyebabkan fluorosis pada gigi anak. Kondisi ini ditandai dengan adanya noda putih, kuning, atau kecokelatan pada gigi anak yang baru tumbuh.

    Menurut American Academy of Pediatrics, fluorosis hanya terjadi dan berisiko lebih tinggi pada anak-anak yang belum genap berusia delapan tahun.

    Fluorosis dapat disebabkan oleh paparan fluoride dari pasta gigi maupun air yang diminumnya.

    5. Trauma gigi

    Bayi yang mulai belajar berjalan rentan terjatuh. Apabila benturan terjadi pada bagian wajah, hal ini lebih mungkin menyebabkan cedera atau trauma pada gigi.

    Trauma gigi dapat merusak saraf dan pasokan darah ke gigi. Seiring waktu, gigi bayi mungkin berubah warna menjadi kuning, cokelat, dan bahkan hitam.

    6. Cacat bawaan

    gambar gusi bayi mau tumbuh gigi

    Kondisi gigi kuning dan keropos pada bayi kemungkinan juga disebabkan oleh cacat bawaan, yakni amelogenesis imperfekta (amelogenesis imperfecta).

    Dikutip dari MedlinePlus, gangguan perkembangan gigi ini menyebabkan gigi berukuran kecil, berubah warna, berlubang, keropos, dan mudah patah.

    Amelogenesis imperfekta dapat terjadi sendiri tanpa ada gejala lain atau menjadi bagian dari sindrom yang memengaruhi banyak bagian tubuh.

    7. Penyakit kuning

    Studi dalam jurnal Acta Stomatologica Croatica (2018) menyebutkan bayi mungkin punya gigi dengan rona kuning kehijauan bila mereka mengalami penyakit kuning (jaundice).

    Penyakit kuning atau hiperbilirubinemia terjadi saat kadar bilirubin dalam darah meningkat. Ini dapat menyebabkan penumpukan bilirubin pada berbagai jaringan tubuh, termasuk gigi.

    Cara membersihkan gigi kuning pada bayi dan anak

    Orangtua disarankan mulai membersihkan gigi bayi semenjak giginya pertama kali muncul. Hal ini bertujuan untuk mencegah penumpukan bakteri dan plak penyebab gigi kuning.

    Untuk membersihkan gigi bayi, Anda dapat mengikuti langkah-langkah seperti di bawah ini.

    1. Pegang bayi dengan posisi setengah tidur dan sandarkan kepalanya pada dada Anda.
    2. Cuci tangan hingga bersih, lalu lilitkan jari telunjuk dengan kain kasa atau lap bersih yang sudah dibasahi dengan air hangat.
    3. Seka secara perlahan gigi dan bagian gusi bayi secara lembut dengan pola melingkar.
    4. Untuk mencegah karies, tambahkan pasta gigi bayi dan anak dengan takaran sebesar butir beras.

    Biasanya anak-anak sudah mampu menggenggam sikat gigi sejak usia tiga tahun. Pada tahap ini, Anda dapat mengajarkan mereka untuk mulai sikat gigi sendiri.

    Rutinitas menyikat gigi anak harus selalu didampingi oleh orangtua hingga anak berusia enam tahun. Hal ini dilakukan sebab mereka belum mampu berkumur dan meludah tanpa bantuan.

    Tidak semua masalah gigi kuning pada bayi dan anak-anak bisa ditangani dengan perawatan di rumah. Terkadang, beberapa kondisi perlu ditangani langsung oleh dokter gigi anak.

    Oleh karena itu, jika Anda menemukan adanya noda membandel dan tidak segera hilang pada gigi anak, sebaiknya segera konsultasikan langsung pada ahlinya.

    Kesimpulan

    • Gigi kuning pada bayi dan anak-anak bisa disebabkan oleh plak, efek makanan dan obat tertentu, fluorosis, trauma gigi, cacat bawaan, hingga penyakit kuning.
    • Untuk memutihkan gigi bayi dan anak yang kuning, Anda perlu membiasakan mereka untuk sikat gigi rutin dua kali dalam sehari.
    • Tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan perawatan rumahan. Periksa dengan dokter untuk menentukan perawatan terbaik sesuai kondisi gigi anak Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 16/05/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan