Lidah sebagai indra pengecap memiliki fungsi untuk mengenali rasa makanan, mulai dari manis, asin, asam, hingga umami.
Bagaimana cara kerja indra pengecap dalam mengenali rasa makanan? Lalu, benarkah ada bagian lidah tertentu yang sensitif mengenali dan mengecap rasa tertentu? Simak faktanya di sini.
Bagaimana lidah bisa mengenali rasa makanan?
Lidah manusia mampu mengenali rasa makanan berkat adanya kuncup pengecap (taste buds) yang mengandung reseptor-reseptor kecil.
Reseptor kecil ini tersebar di hampir seluruh rongga mulut, terutama di lidah, langit-langit mulut, dan belakang kerongkongan.
Masing-masing kuncup pengecap ini memiliki mikrovili, yakni rambut mikroskopis yang sensitif. Bagian ini terdiri dari saraf-saraf sensorik yang membawa pesan rasa ke otak.
Hidung juga membantu indra pengecap untuk mengenali rasa. Saat mengunyah, senyawa kimia makanan terlepas ke hidung dan memicu reseptor penciuman untuk mengirim informasi rasa ke otak.
Mekanisme ini menjelaskan alasan mengapa ketika pilek atau hidung tersumbat, rasa makanan yang Anda makan akan terasa hambar.
Dikutip dari Nemours KidsHealth, rata-rata orang dewasa punya 10.000 kuncup pengecap yang akan memperbarui diri setiap dua minggu atau lebih.
Seiring bertambahnya usia, jumlah kuncup pengecap berkurang menjadi sekitar 5.000. Kondisi ini menjadikan orang lanjut usia alias lansia kurang sensitif terhadap rasa.
Di samping faktor usia, kebiasaan merokok juga mampu mengurangi jumlah kuncup pengecap.
Perbedaan papila dan kuncup pengecap
Benarkah ada bagian perasa lidah yang lebih peka?
Mungkin Anda sudah tidak asing lagi dengan ilustrasi lidah di atas. Peta lidah atau tongue map ini menggambarkan bagian lidah tertentu yang lebih sensitif terhadap empat rasa dasar.
Berikut adalah penjelasan ilustrasi bagian lidah dan rasa yang lebih dominan dikecapnya.
- Ujung lidah: sensitif terhadap rasa manis.
- Pinggir lidah depan: sensitif terhadap rasa asin.
- Pinggir lidah belakang: sensitif terhadap rasa asam.
- Pangkal/belakang lidah: sensitif terhadap rasa pahit.
Konsep ini awalnya dicetuskan oleh ilmuwan Jerman, David P. Hänig, pada tahun 1901. Hänig menyelidiki sensitivitas lidah terhadap empat rasa dasar pada berbagai bagian lidah.
Ia mencatat bahwa ada variasi kecil dalam sensitivitas rasa pada bagian tertentu indra pengecap manusia. Kemudian, hal inilah yang disederhanakan menjadi konsep peta lidah atau tongue map.
Pada tahun 1942, Edwin G. Boring, psikolog Amerika, menata ulang dan mempopulerkan peta lidah dalam buku Sensation and Perception in the History of Experimental Psychology.
Konsep ini selanjutnya diterima secara luas dan menjadi bagian dari pendidikan dasar tentang indra pengecap selama beberapa dekade.
Namun, penelitian terbaru menemukan bahwa konsep tongue map ini tidak akurat seutuhnya.
Brian Lewandowski, ahli saraf dan pakar rasa di Monell Chemical Senses Center, Philadelphia, AS, menyebut bahwa kemampuan indra pengecap untuk mengenali rasa tidak terbatas pada bagian tertentu saja.
Brian Lewandowski
Reseptor untuk masing-masing rasa pada kuncup pengecap atau taste buds tersebar di semua penjuru lidah dan rongga mulut.
Itu artinya, bagian lidah mana pun bisa merasakan manis, asin, asam, pahit dan bahkan umami yang pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Jepang, Kikunae Ikeda, pada tahun 1908.
Hanya saja, bagian ujung dan pinggir lidah yang punya jumlah kuncup pengecap lebih banyak kemungkinan lebih sensitif terhadap sensasi tertentu.
Kesimpulan
- Lidah manusia mengenali rasa makanan dengan bantuan kuncup pengecap (taste buds) yang mengandung reseptor-reseptor kecil.
- Reseptor ini tersebar di seluruh rongga mulut, terutama pada lidah, langit-langit mulut, dan belakang kerongkongan.
- Peta lidah yang menggambarkan bagian lidah yang lebih sensitif kurang tepat.
- Studi terbaru menyebutkan bahwa reseptor rasa tersebar di seluruh permukaan indra pengecap dan bisa merasakan kelima rasa, yakni manis, asin, asam, pahit, dan umami.