Penyakit diabetes melitus tidak hanya berpengaruh pada kondisi fisik, tapi juga psikis. Rasa lelah akibat gejala diabetes, rutinitas mengecek gula darah, serta tuntutan untuk minum obat tak jarang membuat pasien diabetes rentan terhadap burnout.
Saat mengalami burnout, Anda tentu jadi tidak bersemangat melakukan banyak hal dan ini bisa mengganggu jalannya pengobatan diabetes. Lantas, bagaimana cara terbaik untuk menghadapinya?
Kenapa pasien diabetes rentan mengalami burnout?
Mengacu sebuah artikel dalam American Journal of Nursing, diabetes burnout adalah rasa frustrasi dan kelelahan yang dialami oleh pasien diabetes.
Perasaan ini berasal dari tuntutan yang mereka hadapi sehari-hari untuk mengelola kondisinya.
Diabetesi (pasien diabetes) yang mengalami burnout biasanya lelah karena harus terus berusaha mengontrol penyakitnya.
Anda kerap kewalahan dengan berbagai penyesuaian yang ada.
Untuk menjaga gula darah tetap terkendali, Anda perlu mengubah pola makan, meningkatkan aktivitas fisik, mematuhi pantangan, hingga disiplin menjalani pengobatan.
Tak jarang, Anda bisa merasa cemas akan risiko komplikasi diabetes yang berbahaya.
Anda pun dilanda rasa khawatir apakah upaya perawatan yang dilakukan sudah tepat atau malah memperparah penyakit.
Segala tuntutan perubahan gaya hidup serta kecemasan ini lama-kelamaan bisa membuat pasien diabetes mengalami burnout, kondisi kelelahan mental yang menurunkan kualitas hidup.
Setiap diabetesi bisa mengalami burnout, tapi pasien yang menjalani terapi insulin biasanya lebih rentan terhadap risiko ini. Pasalnya, mereka harus menggunakan insulin setiap hari.
Tanda-tanda burnout akibat diabetes
Setiap orang dapat mengalami gejala burnout yang berbeda-beda. Begitu pun dengan tingkat keparahan dan seberapa lama gejala berlangsung.
Kondisi ini bahkan bisa muncul dengan gejala yang beragam pada satu orang yang sama.
Tidak ada tanda-tanda khusus dari burnout akibat diabetes. Meski begitu, pasien sering kali mengalami kondisi berikut.
- Merasa seakan penyakitlah yang mengontrol hidup Anda, bukan sebaliknya.
- Menyendiri karena takut tidak ada yang memahami perasaan Anda.
- Merasa marah, frustrasi, putus asa, dan kewalahan saat menghadapi berbagai hal yang berkaitan dengan penyakit diabetes.
- Tidak punya motivasi untuk meneruskan pengobatan sekalipun Anda khawatir akan kondisi tubuh sendiri.
- Merasa kalah, gagal, atau pesimis terhadap masa depan.
Berbagai gejala tersebut sekilas mirip dengan depresi, tapi burnout dan depresi pada dasarnya berbeda.
Depresi biasanya memengaruhi setiap aspek kehidupan, sedangkan diabetes burnout kaitannya sangat spesifik menyangkut pada kondisi diabetes.
Meski demikian, burnout dalam jangka panjang bisa membuat pasien rentan terhadap depresi.
Pada sebuah penelitian dalam jurnal Endocrine, setidaknya 20-30% pasien diabetes menunjukkan tanda-tanda depresi.
Tips mengatasi burnout bagi diabetesi
Mengendalikan penyakit diabetes tidaklah mudah, terutama bila Anda mengalami burnout.
Berikut beberapa cara yang mungkin bisa membantu Anda.
1. Terima perasaan Anda
Rasa putus asa dan burnout sangatlah wajar dan banyak sekali pasien diabetes yang menghadapi masalah serupa.
Menerima semua ini merupakan langkah pertama untuk mengetahui apa saja emosi yang perlu Anda hadapi ke depannya.
2. Tidak memaksakan diri
Pasanglah target gula darah yang tidak terlalu jauh dari kondisi Anda sekarang.
Selain itu, cobalah untuk tidak menggunakan kata “gula darah jelek” untuk hasil cek gula darah yang tinggi. Hal ini justru menurunkan semangat Anda.
3. Kenali masalahnya
Kenali apa yang paling membuat Anda lelah atau frustrasi. Apakah itu gula darah yang naik-turun, rasa jenuh karena harus minum obat setiap hari, atau hal lain?
Setelah mencoba memahami, berkonsultasilah dengan dokter mengenai segala kecemasan Anda.
4. Beristirahat sejenak
Anda memang tidak bisa mengabaikan rutinitas untuk mengontrol gula darah, tapi Anda dapat beristirahat sejenak.
Lakukan apa pun yang membuat Anda rileks dan terhindar dari diabetes burnout, misalnya melakukan pijat atau berendam air hangat.
5. Ungkapkan perasaan Anda
Dukungan dari keluarga, teman, dan sesama diabetesi bisa membantu mengembalikan semangat Anda.
Coba ungkapkan perasaan Anda kepada mereka. Dengan demikian, Anda tahu bahwa Anda tidaklah sendirian dalam menghadapi ini.
6. Mencari dukungan profesional
Dokter dan perawat yang menangani Anda mungkin dapat memberikan dukungan fisik maupun emosional selama menjalani pengobatan diabetes.
Tidak hanya itu, Anda pun bisa berkonsultasi kepada psikolog untuk menghadapi stres dan burnout.