Anda mungkin pernah merasakan kelelahan dan kepenatan yang tak tertahankan. Seolah-olah untuk bangkit dari tempat duduk saja tubuh sudah tidak sanggup. Saat hal ini terjadi, Anda mungkin tak menyadari bahwa salah satu penyebab kelelahan berlebihan mungkin saja depresi yang terselubung. Pasalnya, kebanyakan orang memang tidak menyadari kalau dirinya mengidap depresi. Lalu, apa bedanya kelelahan biasa dengan lelah yang jadi gejala depresi? Simak jawabannya berikut ini.
Penyebab kelelahan berlebih
Ada tiga kemungkinan ketika Anda mengalami lelah yang tak tertahankan. Tiga kemungkinan tersebut adalah kebanyakan aktivitas, sindrom kelelahan kronis, dan depresi. Lelah karena kebanyakan aktivitas umumnya akan hilang dalam waktu beberapa hari atau setelah Anda cukup beristirahat.
Kemungkinan kedua yaitu sindrom kelelahan kronis. Kelelahan ini cenderung bersifat jasmani. Sederhananya, gangguan tersebut menyerang sistem tubuh Anda. Maka, tak heran jika ciri-ciri lain dari sindrom kelelahan kronis yang tidak dirasakan orang dengan depresi adalah sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, nyeri tulang, demam ringan, serta gangguan penglihatan.
Sementara itu, jika penyebab kelelahan yang Anda rasakan merupakan gejala depresi, tanda lainnya bisa diamati dari kondisi kejiwaan Anda. Anda mungkin merasakan kesedihan dan keputusasaan yang berlarut-larut, kehilangan minat terhadap hal-hal yang tadinya dinikmati, merasa tidak berdaya dan tidak berguna, sulit berkonsentrasi, tidak bisa mengambil keputusan, atau ingin bunuh diri.
Bagaimana kelelahan bisa jadi gejala depresi?
Kelelahan saat depresi menjadi salah satu cara otak untuk melindungi diri. Thomas Minor, seorang ahli ilmu saraf dari University of California, Los Angeles (UCLA) memaparkan bahwa depresi merupakan reaksi tubuh terhadap stres akut. Stres yang dimaksud merupakan gangguan di mana tubuh memproduksi hormon stres seperti kortisol secara berlebihan.